PKS Harap Dubes RI untuk AS Segera Terisi usai Kosong Hampir 2 Tahun

- Posisi Duta Besar RI untuk AS kosong selama hampir dua tahun
- Jazuli menekankan pentingnya diplomasi meski posisi Dubes belum terisi
- Menyikapi kebijakan tarif impor Trump, Jazuli dukung negosiasi dan diversifikasi mitra dagang
Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi I DPR Fraksi PKS, Jazuli Juwaini, turut menyoroti kekosongan posisi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat (AS) yang sudah berlangsung hampir dua tahun.
Jazuli berharap pemerintah segera menyelesaikan persoalan ini, agar posisi Dubes RI untuk AS segera terisi demi memperkuat hubungan bilateral.
“Tentu kita berharap posisi Dubes segera terisi. Tapi selama itu belum terjadi, tidak boleh jadi alasan untuk berhenti melakukan diplomasi yang membawa maslahat bagi negara dan bangsa,” kata dia dalam keterangannya, dikutip Minggu (13/4/2025).
1. Kekosongan dubes harusnya bukan jadi penghambat

Jazuli mengakui pentingnya peran dubes. Namun, ia menilai hal itu seharusnya tidak menjadi penghambat utama bagi Indonesia dalam melakukan upaya-upaya diplomasi.
“Keberadaan duta besar memang penting, tapi bukan satu-satunya faktor dalam melakukan komunikasi dan diplomasi," ujar dia.
"Kita tetap bisa melakukan lobby dan negosiasi strategis, meski posisi itu belum terisi,” imbuh Jazuli.
2. RI harus ambil sikap secara proporsional

Adapun, menyikapi kebijakan tarif impor yang diberlakukan pemerintahan Presiden Donald Trump, Jazuli menekankan agar pemerimtah mengambil langkah secara proporsional.
Ia mengingatkan kebijakan ini tidak hanya berdampak pada Indonesia, tetapi juga memicu ketidaknyamanan di dalam negeri Amerika sendiri, termasuk kalangan pengusaha.
“Kebijakan Trump ini bukan hanya menimpa Indonesia. Bahkan, pengusaha-pengusaha dalam negeri Amerika pun juga tidak nyaman yang berurusan dengan beberapa komoditi dari Indonesia. Kita harus menyikapinya secara tenang, tidak emosional,” ujar Jazuli.
3. Dukung RI lakukan negosiasi ketimbang konfrontasi

Jazuli pun mendukung langkah pemerintah Indonesia yang lebih memilih jalur negosiasi dibanding konfrontasi terbuka, dalam merespons kebijakan tersebut.
“Saya kira ini langkah yang arif dan bijak. Intinya bagaimana dari kebijakan Presiden Amerika yang tidak bersahabat ini, kita tetap mengambil keuntungan ekonomi maksimal bagi bangsa dan negara Indonesia,” tutur dia.
Jazuli juga menekankan pentingnya diversifikasi mitra dagang, dan diplomasi ekonomi yang tidak semata-mata bergantung pada Amerika Serikat.
“Kita bukan hanya berurusan dengan Amerika. Kita juga harus membuka peluang kerja sama ekonomi dengan negara-negara lain yang bisa dioptimalkan demi keuntungan bangsa,” kata dia.