Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Respons Bendera Putih di Aceh, PDIP: Mungkin Mereka Menyerah

Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno
Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno. (IDN Times/Amir Faisol).
Intinya sih...
  • Rakyat Aceh memerlukan bantuan
  • Gambarkan kondisi terkini di Aceh
  • Warga mulai mendirikan bendera putih
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ketua DPP PDIP, Rano Karno menanggapi aksi warga Aceh yang mulai mendirikan bendera putih setelah tiga pekan dilanda banjir bandang di daerahnya. Rano menilai, aksi ini dapat dimaknai dengan berbagai prespektif.

Ia menduga memang kepala daerah di Aceh sudah tidak mampu untuk menanggulangi bencana di daerah mereka. Hal ini ditengarai terbatasnya kas di daerah.

"Mungkin memang ada beberapa juga pimpinan daerah, bupati, wali kota Aceh juga sudah menyerahkan. Mereka sudah bersurat kepada Kementerian Dalam Negeri. Harus kita akui, APBD wilayah masing-masing," kata Rano Karno di Jakarta, Kamis (18/12/2025).

1. Rakyat Aceh memerlukan bantuan

DSC_7822-84.jpg
Kondisi Kompleks Pertokoan di Kecamatan Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Rabu (10/12/2025). Aceh Tamiang diterjang banjir bandang pada Rabu (26/11/2025). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Selain itu, dia mengatakan, warga Aceh sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan setelah diuji oleh bencana banjir akhir November lalu.

"Tentu mungkin menyerah itu karena memerlukan bantuan. Itu kan simbolis sebetulnya. Saya yakin tidak ada niat untuk menyindir," kata dia.

Ia mengaku mendapat banyak laporan dari tim tanggap darurat PDIP yang sedang berada di lokasi bencana sejak taragedi besar di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara.

"Itu kan mungkin karena kita tahu, banyak jalan putus. Saya barangkali hampir setiap minggu, kebetulan tim Baguna kita sudah ada di tempat. Kita dapat laporan," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta itu.

2. Gambarkan kondisi terkini di Aceh

DSC_7890-60.jpg
Kondisi Desa Babo, Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh pasca diterjang banjir bandang, Rabu (10/12/2025). Aceh Tamiang diterjang banjir bandang pada Rabu (26/11/2025). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Rano menggambarkan situasi yang sangat darurat di Aceh. Ia mengatakan, bantuan bisa saja diserahkan dalam bentuk uang, tetapi kondisinya berbeda karena banyak kebutuhan logistik yang tak bisa dibeli di sana.

Karena itu, tim tanggap darurat PDIP mengirimkan bantuan ke warga terdampak di Aceh dalam bentuk logistik untuk memenuhi kebutuhan warga di sana.

Dalam sebuah acara peringatan Hari Ibu Nasional di Jakarta, PDIP berhasil mengumpulkan donasi untuk bantuan kemanusiaan bencana banjir Sumatra sebesar Rp3,2 miliar. Bantuan tersebut akan disalurkan ke korban bencana di Sumatra pada Senin (22/12/2025).

"Karena kita juga lihat kebutuhan pokok apa yang dikurang. Kalau di sana masih bisa dibeli, kita maaf, kita kirim uang. Tapi kalau memang tidak ada, kita beli di sini. Bagaimana cara mengirim. Itulah makanya. Donasi ini tidak akan pernah selesai," kata dia.

3. Warga mulai mendirikan bendera putih

Foto udara kondisi rumah warga yang rusak akibat banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Minggu (30/11/2025). (ANTARA FOTO/Yudi Manar)
Foto udara kondisi rumah warga yang rusak akibat banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Minggu (30/11/2025). (ANTARA FOTO/Yudi Manar)

Di Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, banyak pengungsi mengalami darurat air bersih. Belum lagi listrik yang belum menyala sampai hari ini. Sementara di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, warga harus berjalan berkilometer menyusuri medan ekstrem demi bisa mendapatkan sembako karena akses darat masih terputus.

Dalam beberapa hari terakhir tampak fenomena para penyintas mulai mengibarkan bendera putih. Laporan relawan Disaster Management Centre (DMC) Dompet Dhuafa, bendera putih terpantau berkibar di sepanjang jalan Kota Langsa menuju Tamiang.

"Fenomena itu banyak terlihat di sini," ujar Riza kepada IDN Times, Selasa (16/12/2025) petang.

Fenomena bendera putih ini juga terekam di media sosial. Sejumlah akun melaporkan, bendera putih terkibar pada beberapa kabupaten terdampak di Aceh. Setidaknya mulai dari Pidie Jaya, Aceh Timur dan Aceh Tamiang.

Rian Rizki Ramadhan, warga Desa Kota Lintang Bawah, Kecamatan Kuala Simpang mengonfirmasi ihwal bendera putih itu.

"Iya, dikarenakan untuk bantuan sembako kemungkinan tidak bertahan jangka sampai panjang, tempat tinggal juga 95 persen hancur dan yang tersisa juga tak layak huni. Sembako di posko sudah mulai menipis," katanya.

Melihat penanganan yang ada Rizki khawatir. Desa Kota Lintang bawah sebagai daerah terdampak paling parah, tidak bisa pulih dalam waktu dekat.

"Musibah sudah selesai. Tapi dampaknya dua tahun ke depan belum tentu pulih," katanya.

Bendera putih dikenal publik sebagai tanda menyerah. Penggunaan bendera putih sebagai tanda menyerah mulai terdokumentasi lebih jelas pada abad ke-16. Pada 1578, pelaut Inggris George Best mencatat bahwa suku Inuit mengibarkan bendera putih untuk menunjukkan niat damai. Dilansir Piggotts, dalam buku hukum perang karya Hugo Grotius pada 1625, bendera putih disebut sebagai simbol permintaan untuk berunding.

Melansir History, bendera putih mungkin populer karena praktis, kain putih juga mudah ditemukan dari pakaian tentara dan jelas terlihat di medan perang. Pada akhir abad ke-19, simbol ini diakui secara internasional, termasuk dalam Konvensi Hague 1899.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwifantya Aquina
EditorDwifantya Aquina
Follow Us

Latest in News

See More

Komunikasi Jadi PR Pemerintahan Prabowo di 2026

18 Des 2025, 21:30 WIBNews