Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sandi Minta Anies Tak Buka Lembaran Lama Saat Kerja Bareng di DKI

Aprillio Akbar/ANTARA FOTO

Jakarta, IDN Times - Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Sandiaga Uno menitipkan pesan kepada Anies Baswedan untuk tidak lagi mengungkit peristiwa ketika keduanya memimpin DKI Jakarta. Ia khawatir bila kisah lama kembali diungkit bisa memicu terjadinya perpecahan.

Pernyataan Sandi itu untuk merespons kalimat Anies ketika berbicara di program 'Desak Anies' di Hotel Aryaduta pada pekan lalu. Anies mengaku ditinggal oleh Sandi saat terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta. 

"Saya tidak ingin membuka lagi lembaran lama masa lalu. Sekarang kita fokusnya ke depan. Begitu juga Pak Ganjar dan Pak Mahfud fokusnya tidak melihat ke belakang. Karena yang di belakang-belakang biar lah menjadi kenangan indah," ujar Sandi pada Selasa (26/12/2023) di Taman Mini, Jakarta Timur. 

Ia mengaku dulu pernah berjuang bersama Anies di Pilkada DKI Jakarta. Pria yang juga menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu pernah pula berjuang bersama Prabowo Subianto di Pemilu 2019. 

"Sekarang, saya berjuang bersama Pak Ganjar untuk meningkatkan persatuan kita. Jangan kita membuka lembaran lama yang mudah-mudahan lembaran lama itu indah. Tapi, kalau terus diungkit-ungkit bisa menimbulkan perpecahan dan polemik," katanya lagi. 

1. Keputusan untuk tinggalkan kursi Wagub DKI atas persetujuan bersama

Ketua Dewan Pakar Tim Pemenangan Nasional (TPN), Sandiaga Uno. (IDN Times/Imam Faishal)

Lebih lanjut, Sandi menjelaskan keputusannya untuk meninggalkan kursi Wakil Gubernur DKI Jakarta pada 2018 lalu sudah dibahas. Semua pihak, termasuk Partai Gerindra pun sudah sepakat. 

"Sehingga, itu menjadi keputusan yang saat itu saya ambil pertimbangan dan berat hati. Tapi, itu adalah tugas dari Pak Prabowo. Saya sebagai kader partai harus mengikuti proses kontestasi demokrasi di 2019," kata pria yang kini menjabat Ketua Dewan Pakar Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud. 

2. Anies mengaku Prabowo juga menawarinya jadi cawapres tapi ditolak

Anies Baswedan di acara Desak Anies Jakarta. (IDN Times/Amir Faisol)

Sementara, di program 'Desak Anies' Jakarta, Anies mengaku tawaran untuk menjadi pendamping Prabowo di pemilu 2019 lebih dulu mampir ke dirinya. Namun, ia menolak tawaran tersebut karena ingin menuntaskan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta. 

"Kalau yang dulu di DKI itu, saya ditinggal! Lho, iya dong, saya ditinggal. Kan saya lagi tengah-tengah bertugas. Sebenarnya pertama kali yang ditawarkan (jadi cawapres) saya. Cuma, saya bilang komitmen saya mau lima tahun di Jakarta," kata Anies pada pekan lalu. 

Ia menampik menolak tawaran jadi cawapres lantaran sudah berkomitmen dengan Prabowo tidak akan ikut pemilu di mana ia berpartisipasi. Baginya, ia harus memenuhi komitmen untuk tetap memimpin Jakarta hingga selesai. 

"Itu kan saya belum satu tahun (jadi pemimpin Jakarta) tetapi sudah diminta untuk meninggalkan janji saya. Gak boleh dong," tutur dia. 

Namun, tawaran itu diambil oleh Sandi. Sehingga, ia mengaku sempat 'jomblo' saat memimpin DKI Jakarta. 

3. Anies sebut relasinya dengan Ahmad Riza Patria tetap baik

Anies Baswedan saat diwawancarai awak media di Pontianak. (IDN Times/Teri).

Di forum itu, Anies juga menepis relasinya dengan pengganti Sandi, Ahmad Riza Patria tidak harmonis. Ia mengaku rutin berkomunikasi dengan pria yang akrab disapa Ariza itu. 

"Pak Ariza itu merupakan partner kerja yang the best. Pak Ariza itu kan tertib, selalu komunikasi. Kita selalu nyamain omongan minggu lalu yang disampaikan dan apa yang mau dikerjakan minggu depannya," ujarnya memuji. 

Namun, saat ini Ariza menjadi Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Partai Gerindra di DKI Jakarta. Maka, Anies pun paham bila Ariza harus patuh kepada garis keputusan partai. 

"Tapi, kalau nanti putaran kedua belum tahu kita. Optimistis kan boleh," tutur dia sambil tertawa. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Dwifantya Aquina
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Follow Us