Mega Sindir Mahasiswa Malah Sibuk Demo saat Ekonomi Memburuk

"Anak zaman sekarang ngerti apa ndak ya," kata Mega

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri kembali menyentil mahasiswa dan kaum muda. Ia mengaku heran di saat ekonomi belum pulih benar usai terdampak pandemik COVID-19, mahasiswa justru memilih turun ke jalan dan berdemonstrasi. 

"Tentu dari sisi politik coba, belum apa-apa saja coba (banyak) demo-demo. Saya pikir anak sekarang ini ngerti apa ndak toh?" tanya Mega ketika berbicara di program kickoff BRIN di daerah dan dikutip dari YouTube BRIN pada Kamis, (21/4/2022). 

Pernyataan Mega itu seolah menyindir aksi mahasiswa yang turun ke jalan pada 11 April 2022 lalu dan yang berdemonstrasi pada hari ini. Melalui pernyataannya, Mega seolah menyampaikan bahwa melakukan unjuk rasa di saat pelambatan ekonomi akibat pandemik COVID-19, justru tak membantu. 

Ia menceritakan sempat berbincang dengan Presiden Joko "Jokowi" Widodo yang bingung ketika menghadapi pandemik COVID-19. Mega mengatakan kepada Jokowi agar tidak perlu takut dalam mengambil prioritas di saat pandemik COVID-19. Apalagi, Mega mengklaim berhasil membawa Indonesia keluar dari krisis keuangan global. 

"Sekarang ini yang dihadapi bukan krisis keuangan, tetapi pandemik. Jadi, bapak tinggal pilih. Kalau menurut saya, bapak sebaiknya pilih kesehatan rakyat dulu. Tangani pandemiknya, pasti kita akan keluar," tutur perempuan yang ditunjuk Jokowi menjadi Ketua Dewan Pengarah BRIN itu. 

Kondisi ekonomi Indonesia saat ini, kata Mega, berhasil keluar dari resesi. Meski masih terjadi pelambatan. 

"Tapi, kan tidak kocar-kacir (kondisi perekonomian). Buktinya, kita masih bisa hidup. Saya bisa lihat sekarang, karena PPKM terus dilonggarkan, ibu-ibu sudah berbondong-bondong beli baru baru (untuk Lebaran). Padahal, di lain sisi, mereka malah ikut antre minyak goreng. Ini kan harus diteliti, why?" tanya dia. 

Lalu, apa kata mahasiswa soal gerakan dan aksinya yang kerap dipertanyakan oleh para elite parpol?

Baca Juga: Mega Bantah Tak Empati ke Wong Cilik karena Dorong Tidak Pakai Migor

1. Mahasiswa turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi publik

Mega Sindir Mahasiswa Malah Sibuk Demo saat Ekonomi MemburukAksi unjuk rasa mahasiswa pada Senin, 11 April 2022 di depan gedung DPR (IDN Times/Santi Dewi)

Menurut Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Hasanuddin, Makassar, Imam Mobilingo, justru mereka masih turun ke jalan karena mewakili kepentingan publik dan menyampaikan aspirasi secara langsung. Apalagi saat ini perwakilan publik di DPR dianggap tak lagi mewakili masyarakat yang memilihnya, melainkan menjawab tuntutan dari parpol tempat mereka bernaung. 

"Jadi, kalau ada yang nanya siapa yang menunggangi gerakan kami, kami jawab dengan lantang bahwa rakyat lah yang menunggangi aksi kami," ungkap Imam ketika berbicara di program Ngobrol Seru by IDN Times pada Rabu, 20 April 2022 lalu. 

Ia pun menyebut aspirasi yang disuarakan oleh mahasiswa bermula dari keluhan masyarakat. Salah satunya soal melambungnya harga minyak goreng. Hal tersebut berpengaruh terhadap produk makanan yang prosesnya digoreng. 

"Kami mencoba melakukan pendekatan yang paling mudah untuk dipahami, seperti minyak goreng. Alhamdulilah, kemarin kan sudah diungkap mafia minyak goreng. Mendagnya saja melewatkan tiga kali hari Senin untuk mengungkap mafia. Ini kan artinya negara memang kalah saat melawan mafia minyak goreng," tutur dia. 

Ia menambahkan untuk stok minyak goreng meski saat ini sudah berlimpah tetapi harganya justru melambung tinggi. 

Baca Juga: Klarifikasi Koordinator BEM SI soal Publik Lebih Bebas Bersuara di Orba

2. Sebelum turun ke jalan, mahasiswa melakukan kajian lebih dulu

Mega Sindir Mahasiswa Malah Sibuk Demo saat Ekonomi MemburukMahasiswa dari sejumlah Universitas mulai berdatangan di depan Patung Kuda, Jakarta Pusat untuk berunjuk rasa pada Kamis (8/10/2020) (IDN Times/Axel Jo Harianja)

Lebih lanjut, Imam menjelaskan dalam menyuarakan aspirasinya, mahasiswa akan lebih dulu melakukan kajian. Dari sana, baru kemudian mahasiswa akan menggandeng elemen lain sehingga barisan untuk menyuarakan isu tersebut semakin solid. 

"Jadi, kami tidak semata-semata sepakat terhadap isu tertentu lalu kami turun ke jalan untuk berunjuk rasa. Kami belajar juga secara struktur dimulai dari isu apa saja yang dimunculkan," kata Imam. 

Mahasiswa pun akan melakukan advokasi dulu ke pemerintah. Bila hal tersebut tidak dipenuhi baru lah mereka akan turun ke jalan. 

"Ketika kami sudah bicara di ruang publik dan tidak didengar, malah isunya dialihkan ke hal lain. Maka, itu semua menandakan sudah waktunya kita turun ke jalan. Seperti isu penolakan perpanjangan masa jabatan presiden ini kan, kami sudah melakukan kajian dan hingga ujung ternyata tidak didengar ya kami pilih melakukan aksi," ujarnya. 

3. Megawati juga pernah sindir kontribusi millenial saat terjadi demo penolakan Omnibus Law

Mega Sindir Mahasiswa Malah Sibuk Demo saat Ekonomi MemburukANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Sebenarnya, bukan kali ini saja Mega menyindir aksi demo yang dilakukan oleh mahasiswa. Pada 2020 lalu, ia menyentil kontribusi generasi millennial kepada negara di tengah aksi demonstrasi besar-besaran untuk menolak pemberlakuan omnibus law. 

Menurut Megawati, sumbangsih generasi milenial belum tampak selain aksi demonstrasi besar-besaran menolak UU Cipta Kerja yang berlangsung dalam beberapa waktu terakhir.

"Anak muda kita, aduh, saya bilang sama Presiden jangan diam saja, dibilang generasi kita adalah generasi milenial. Saya mau tanya hari ini, apa sumbangsihnya generasi milenial yang sudah tahu teknologi seperti kita bisa viral tanpa harus bertatap langsung, apa sumbangsih kalian terhadap bangsa dan negara ini? Masa hanya demo saja," kata Megawati pada 2020 lalu di acara peresmian kantor DPP PDIP secara virtual. 

Mega sadar penilaiannya itu bakal berujung kepada perundungan atau bullying terhadap dirinya. Namun, ia menegaskan tak peduli atas hal tersebut.

"Nanti saya di-bully, saya gak peduli," tegas dia.

Mega turut membandingkan peran pemuda zaman sekarang dengan sebelum kemerdekaan. Saat itu, kata dia, pemuda bisa sampai memikirkan sebuah persatuan dengan membuat sumpah.

Sedangkan anak muda saat ini, katanya, justru merusak fasilitas umum yang sudah dibangun dengan susah payah. "Bayangin di zaman dulu kok bisa, ya, pemuda karena tertekan, belum merdeka, bisa sampai berani bikin sumpah," ucapnya.

Ia berpendapat perusakan fasilitas umum dalam demonstrasi tak dapat dibenarkan secara aturan. "Ini sudah merdeka dirusak sendiri. Gimana ya," ujarnya lagi. 

Baca Juga: [BREAKING] Akun Medsos Sejumlah Mahasiswa Diretas Jelang Aksi 21 April

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya