Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

SBMI: Penembakan PMI di Malaysia Harus Diinvestigasi Menyeluruh

Ilustrasi penembakan. (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Organisasi Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) ikut mengecam aksi Patroli Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM), yang menembak lima Pekerja Migran Indonesia (PMI) pada 24 Januari 2024 pukul 03.00 waktu setempat. Dalam peristiwa tersebut, seorang PMI asal Riau meninggal dunia dan empat lainnya mengalami luka-luka serius. 

Ketua Umum SBMI, Hariyanto Suwarno, mengatakan penembakan yang dilakukan APMM terhadap lima PMI adalah penggunaan kekuatan berlebihan dan melanggar standar HAM internasional. Penembakan terhadap PMI dengan alasan apapun tidak dapat dibenarkan. 

"Sebagai negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Malaysia memiliki kewajiban untuk menghormati dan melindungi hak-hak setiap individu, termasuk warga negara asing di dalam yurisdiksinya. Penggunaan kekuatan yang tidak proporsional terhadap Buruh Migran Indonesia menunjukkan pelanggaran serius terhadap prinsip-prinsip perlindungan sipil yang diatur di dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) dan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR)," ujar Hariyanto dalam keterangan tertulis, Selasa (28/1/2025). 

Hariyanto mengapresiasi sikap cepat Kementerian Luar Negeri yang telah melayangkan nota diplomatik kepada pemerintah Malaysia berisi pernyataan sikap, permintaan klarifikasi, protes atau permohonan tertentu terkait hubungan bilateral. Tetapi Hariyanto mengingatkan langkah tersebut juga harus diikuti dengan tindakan konkret, yaitu investigasi secara menyeluruh. 

"Ini semua untuk memastikan keadilan bagi korban dan keluarga mereka, serta seluruh buruh migran yang berada di Malaysia," tutur dia. 

1. Penembakan PMI di Malaysia menambah panjang deret permasalahan

Ilustrasi Menara Kembar Petronas di Kuala Lumpur. (IDN Times/Santi Dewi)

Hariyanto mengatakan kasus ini menambah deret permasalahan terhadap keamanan PMI di negeri jiran. Dalam catatan SBMI, sepanjang 2024 sebanyak 125 PMI asal Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali ke Tanah Air dalam keadaan tidak bernyawa. Sedangkan pada 2022, Koalisi Buruh Migran Berdaulat merilis 149 PMI meninggal dunia di Depot Tahanan Imigrasi (DTI) di Sabah, Malaysia. 

"Penyebabnya, kondisi di DTI yang buruk dan tidak ada akses kesehatan di dalam tahanan imigrasi Malaysia," kata dia. 

Kini, di awal 2025, tercatat lima PMI tewas di Malaysia. Salah satunya meninggal di tangan alat negara Malaysia. SBMI menilai kondisi keamanan dan perlindungan PMI di kawasan Asia Tenggara sudah sangat mengkhawatirkan.

"Beberapa instrumen ASEAN, baik konvensi ASEAN dan deklarasi ASEAN terkait dengan pengakuan harkat serta martabat, serta perlindungan buruh migran hanya tertulis di atas kertas. Itu semua tidak bisa diimplementasikan," kata Hariyanto. 

Dia mengaku ironis lantaran pekerja migran dianggap sebagai sebuah ancaman bagi negara. Hal itu belum berorientasi pada keamanan manusia atau human security, sehingga pengakuan hak atas keberadaan PMI tergadaikan. 

2. Polisi Malaysia beralasan kapal mereka ditabrak kapal yang ditumpangi PMI

Ilustrasi kapal tenggelam. (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara, menurut keterangan yang diperoleh Kementerian Luar Negeri RI, lima PMI tersebut diduga hendak meninggalkan Malaysia lewat jalur tak resmi untuk kembali ke Tanah Air. Namun, ketika rencana itu dilakukan, kelima PMI bertemu Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) yang tengah berpatroli di Tanjung Rhu. 

Meski yang terkena tembakan APMM ada lima PMI, tetapi mereka tak menutup kemungkinan dalam kapal yang ditumpangi ada lebih dari lima pekerja migran. Namun, pihak Malaysia membantah telah terjadi penggunaan kekerasan secara berlebihan. 

Menurut Kepala Polisi Selangor, Hussein Omar Khan, berdasarkan hasil penyelidikan awal, ditemukan keterangan sebelum penembakan dilakukan, kapal APMM sempat ditabrak empat kali oleh kapal lainnya. Kapal itu diduga juga ditumpangi pekerja migran ilegal. 

"Petugas melepaskan beberapa kali tembakan ke arah para tersangka, dengan tujuan pertahanan diri. Meskipun begitu, para tersangka berhasil kabur dalam situasi yang gelap," ujar Hussein, seperti dikutip dari stasiun berita Channel News Asia (CNA). 

Hussein menambahkan berdasarkan keterangan petugas di lapangan, dua pekerja migran berusaha menyerang petugas menggunakan parang. 

3. WNI yang tewas ditembak polisi Malaysia berasal dari Riau

Ilustrasi jenazah (IDN Times/Mia Amalia)

Sementara, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, mengungkap satu identitas PMI yang tewas ditembak APMM pada 24 Januari 2025 berinisial B yang  berasal dari Riau. 

"Perkembangan pada 27 Januari 2025, KBRI Kuala Lumpur telah mendapat informasi dari PDRM (Polis Diraja Malaysia) bahwa WNI yang meninggal dengan inisial B, asal Provinsi Riau," kata Judha dalam keterangan tertulis yang dikutip hari ini. 

Jenazah korban, lanjut Judha, juga dapat dipulangkan setelah selesai menjalani proses autopsi. Pihak KBRI akan melakukan seluruh prosedur pemulasaraan jenazah, serta memfasilitasi pemulangan ke daerah asal.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Rochmanudin Wijaya
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Follow Us