SBY Bagikan Kisah Melawan Malaria: 2 Kali Sakit, Hidup Saya Sulit

- Presiden SBY berbagi pengalaman pribadi melawan malaria saat menjadi prajurit di Timor Timur.
- Pentingnya semangat bersama dalam menjalankan roadmap penanganan malaria yang telah disusun.
- Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, menekankan pentingnya percepatan akselerasi untuk mencapai target eliminasi malaria pada tahun 2030.
Jakarta, IDN Times - Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), berbagi pengalaman pribadi melawan malaria dalam peluncuran roadmap penanganan malaria Indonesia hingga 2045, di Kemenkes, Kamis (10/10/2024). SBY mengungkapkan bahwa dia pernah sakit malaria saat masih menjadi prajurit dan ditugaskan ke Timor Timur (Timor Leste).
"Saat saya bertugas di hutan selama lima tahun, tiga kali penugasan, yang pertama saya terkena malaria pada tahun 1977, dan selama dua tahun hidup saya tidak mudah. Pada tahun 1979, saat saya berpangkat letnan, saya terkena lagi. Pengobatannya sangat keras, tetapi setelah itu saya bisa mengatakan ‘selamat tinggal’ kepada malaria. Alhamdulillah, sampai sekarang saya tidak pernah kambuh lagi," cerita SBY.
1. Malaria bisa diobati dan dicegah

Menurutnya, pengalaman pribadinya ini adalah bukti bahwa malaria bisa dicegah dan diobati dengan baik jika ditangani dengan serius. Ia menekankan pentingnya semangat bersama dalam menjalankan roadmap yang telah disusun.
"Saya menyimak pidato Pak Menteri Kesehatan dan setuju dengan pemikirannya. Kita tidak bisa mencapai target tanpa perencanaan yang matang. Roadmap ini adalah langkah 50 persen menuju kemenangan, tetapi 50 persen lagi membutuhkan implementasi nyata di lapangan," tegas SBY.
2. Peran SBY dapat mempercepat penanganan malaria di kawasan Asia Pasifik

Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, menyampaikan apresiasinya kepada SBY, yang telah bersedia mengambil peran penting sebagai pemimpin strategis global dan Ketua Asosiasi Pemimpin Malaria Asia Pasifik (APLMA).
Ia berharap peran SBY dapat mempercepat penanganan malaria di kawasan Asia Pasifik, seiring dengan upaya global untuk memberantas penyakit menular ini.
"Saya berterima kasih sekali kepada Bapak SBY karena berkenan mengambil peran sebagai pemimpin strategis dunia dan pemimpin APLMA. Diharapkan, ini bisa mendorong penanganan malaria di sisi global," ungkap Budi.
3. Target eliminasi Malaria 2030

Budi menekankan pentingnya percepatan akselerasi untuk mencapai target eliminasi malaria yang telah ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni pada tahun 2030.
"Sebenarnya, WHO memiliki target agar malaria tereliminasi pada 2030, yang berarti tidak ada penularan lokal di Indonesia. Kalau ada penularan dari luar, itu masih bisa ditangani. Inilah yang sedang kita dorong, akselerasinya," ujar Budi.