Stella Christie Ungkap Alasan Ekosistem Perguruan Tinggi RI Belum Optimal

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri (Wamen) Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie mengakui sistem perguruan tinggi di Tanah Air masih belum optimal. Karena pada jenjang ini seharusnya memperbanyak inovasi dan penelitian, namun di Indonesia belum sepenuhnya dilakukan.
"Pendidikan tinggi itu bagaimana knowledge atau pengetahuan baru dibuat. Seharusnya pendidikan tinggi kita belajar untuk mengeluarkan sesuatu yang baru," ungkap Stella Christie dalam acara Indonesia Millennial and Gen-Z Summit (IMGS) 2024 yang digelar di The Tribrata Darmawangsa, Jakarta Selatan, Selasa (22/10/2024).
Oleh karena itu, ia menekankan agar dosen atau pengajar di perguruan tinggi di Indonesia lebih sering mengeluarkan hal baru seperti hasil penelitian maupun inovasi.
Dengan demikian, mahasiswa akan terpacu untuk ikut mengeluarkan berbagai inovasi. Karena terkadang jika hanya melakukan pembelajaran terkadang tidak menemukan berbagai jawaban atas pertanyaan lainnya.
"Jadi yang mengajar itu harus terus menerus mengeluarkan hal baru agar bisa mengajarkan kepada siswa ini pola perbuatan yang harus dugunakan untuk keluarkan inovasi dan pemikiran baru," jelasnya.
Untuk memperbaiki ekosistem pendidikan di perguruan tinggi Tanah Air, Stella pun menyarankan agar dosen aktif meneliti sambil mengajar. Hal ini menjadi perbedaan yang mendasar antara sistem pendidikan tinggi di Indonesia dengan negara maju.
"Di negara maju dosen nomor 1 meneliti, membuay inovasi baru. Saya kerjannya hampir 65-70 persen untuk meneliti dan saya juga aktif mengajar tapi nomor 1 juga meneliti," ucapnya.
Bahkan ada banyak dampak positif bila seorang dosen meneliti sambil mengajar, yakni (materi) yang disampaikan ke mahasiswa menjadi lebih konkret denhan disertai berbagai data yang ditemukan melalui penelitian.
Menurutnya ilmu di Perguruan Tinggi tidaklah baku seperti di Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.
Ia pun berjanji akan memperbaiki ekosistem perguruan tinggi di Tanah Air.
"Saya akan berjuang keras bangun eksositem (menciptakan hal baru) dengan inovasi," jelasnya.
Tak hanya itu, ia menegaskan bahwa sumber daya manusia bukan tidak baik, namun masih kurang optimal. Karena saat dirinya berbincang dengan beberapa dosen, banyak sekali pemikiran hebat namun ekosistemnya yang harus diperbaiki termasuk beban birokrasi.
"Saat saya berbincang dengan rekan rekan dan dosen mereka punya banyak (pemikiran) yang hebat di negeri ini. Namun enggak bisa dipertahankan sebab eksosistem belum mencapai itu, karena beban birokrasi. Jadi bagaimana kita bisa bersama merangkul untuk mengurangi beban birokrasi supaya yang paling benar itu penciptaan ilmu dan inovasi," ungkapnya.
IDN menggelar Indonesia Millennial and Gen-Z Summit (IMGS) 2024, sebuah konferensi independen yang khusus diselenggarakan untuk dan melibatkan generasi Milenial dan Gen Z di Tanah Air.
Dengan tema Catalyst of Change, IMGS 2024 bertujuan membentuk dan membangun masa depan Indonesia dengan menyatukan para pemimpin dan tokoh nasional dari seluruh nusantara.IMGS 2024 diadakan di The Tribrata Dharmawangsa, Jakarta, pada 22-23 Oktober 2024. Dalam IMGS 2024, IDN juga meluncurkan Indonesia Millennial and Gen-Z Report 2025.
Survei ini dikerjakan oleh IDN Research Institute bekerja sama dengan Populix sebagai Research Partner. Melalui survei ini, IDN menggali aspirasi dan DNA Milenial dan Gen Z Indonesia.