Takut Tsunami Susulan, Trauma Healing di Sumur Belum Bisa Dilakukan
Pandeglang, IDN Times - Kecamatan Sumur merupakan salah satu lokasi terdampak tsunami yang paling parah. Akibat tsunami yang dipicu erupsi oleh Gunung Anak Krakatau, lebih dari 80 orang meninggal, ratusan mengalami luka, sekitar 20.487 warga kehilangan rumahnya, dan masih ada puluhan warga yang belum ditemukan.
Bahkan, hingga sepekan insiden tersebut, bau busuk mayat masih tercium di beberapa titik.
"Kami masih fokus (kepada) evakuasi korban dan mengalokasikan bantuan dari relawan," ujar Encun selaku Sekretaris Kecamatan Sumur kepada IDN Times yang ditemui pada pekan lalu.
Lalu, bagaimana dengan proses pemulihan trauma yang dialami oleh warga di sana?
1. Trauma healing masih belum bisa dilakukan

Sebagaimana diketahui, status Gunung Anak Krakatau masih belum stabil. Walaupun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan letusan atau erupsi Gunung Anak Krakatau telah berhenti.
Kendati begitu, warga masih belum tenang untuk kembali dan bermukim di pesisir pantai. Sebagian memilih untuk mengungsi keluar kota.
"Kami belum ke sana ya, mungkin ke depan kami akan mengadakan (kegiatan) untuk menghilangkan trauma dari masyrakat. Doanya saja, karena masih ada prediksi-prediksi tsunami. Doakan saja, kami trauma banget, banget," kata Encun.
2. Belum bisa beres-beres lokasi bencana
Puing-puing bangunan yang masih tersisa pasca tsunami setinggi enam meter juga belum bisa dibersihkan secara optimal. Sebab, akses menuju Kecamatan Sumur sangat sulit.
Butuh waktu dua jam untuk tiba di sana bila bertolak dari Tanjung Lesung atau sekitar enam jam dari Jakarta. Sehingga, peralatan berat seperti eskavator lambat masuk ke Kecamatan Sumur.
"Ini daerah terpencil ya, aksesnya sulit tapi paling parah (diterjang tsunami). Jadi, kami tidak bisa memberikan target kapan akan dibersihkan," kata Encun.
3. Berharap pemerintah membantu sosialisasi menghadapi bencana
Ke depan, Encun berharap pemerintah pusat atau daerah secara rutin mengadakan sosialisasi mitigasi bencana. Saat ini, edukasi itu belum dilakukan karena warga masih mengungsi dan mengalami trauma.
"InsyaAllah kami agendakan itu (trauma healing), mengingat untuk sekarang kita belum memungkinkan untuk itu, sehingga kita juga belum bisa mengumpulkan masyarakat masing-masing desa. Karena (merasa) trauma di masing-masing desa pada ngungsi, pada keluar semua," tutur Encun.
4. Bantuan yang masuk bagi warga sudah banyak

Kendati terisolir, Encun bersyukur para relawan semangat untuk mendistribusikan bantuan hingga ke Kecamatan Sumur. Pantauan IDN Times, sudah banyak posko peduli bencana yang didirikan oleh LSM, komunitas masyarakat, dapur umum Kemensos dan BPPD.
"Kalau dari pusat pemerintahan kamu belum dapat ya, kalau dari pemerintahan. Namun bantuan selama ini sangat banyak alhamdulillah dari relawan masing-masing di semua wilayah. Sementara ini, kami masih menyalurkan logistik-logistik ini ke semua wilayah ke semua desa dari pos-pos pengungsian," katanya lagi.