UNIC Rayakan Keberagaman dan Kreativitas Penyandang Disabilitas

Jakarta, IDN Times - Memperingati Hari Penyandang Disabilitas Internasional pada 3 Desember dan Hari Hak Asasi Manusia pada 10 Desember, Pusat Informasi PBB di Indonesia (UNIC) bersama Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCHR), menyelenggarakan acara Our Rights, Our Future Film Tour, di Indonesia.
Acara yang bertema “Empowered Persons with Disabilities, Inclusivity for All” ini menampilkan karya penyandang disabilitas lewat film, seni, dan fashion, untuk mempromosikan inklusivitas.
“Acara ini bukan hanya berbicara tentang solusi, tetapi juga tentang merayakan kemanusiaan, serta keberagaman kemampuan dan kreativitas individu,” kata Direktur UNIC, Miklos Gaspar, dikutip Jumat (6/12/2024).
1. Ada satu dari enam orang yang mengalami disabilitas signifikan

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), ada 6 persen populasi dunia, atau satu dari enam orang yang mengalami disabilitas signifikan, dengan sekitar 80 persen merupakan usia kerja. Namun, hak penyandang disabilitas mendapatkan pekerjaan layak seringkali terabaikan.
Di Indonesia, menurut Sensus Nasional 2020, terdapat 38,8 juta orang yang teridentifikasi sebagai penyandang disabilitas. Namun, indikator pasar tenaga kerja disabilitas dari ILO mengungkapkan hampir 90 persen penyandang disabilitas di Indonesia tidak aktif, yakni tidak bekerja atau tidak secara aktif mencari pekerjaan.
Banyak dari mereka bekerja di sektor informal. Sekitar 80 persen pemuda penyandang disabilitas tidak bisa mendapatkan akses pekerjaan, pendidikan, atau pelatihan.
2. Pemutaran film "Sundul Langit"

Acara ini berlangsung hingga 7 Desember 2024 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Akan ada pemutaran film, pameran seni, peragaan busana inklusif, dan lokakarya.
Film ini terselenggara atas kerja sama dengan Bumilangit Entertainment, United Nations Association of Indonesia (UNAI), dan International Labour Organization (ILO), yang bertujuan untuk mengkampanyekan “Kerja Layak untuk Semua.”
Akan ada lebih dari 70 objek dan aktivitas, termasuk seni visual, seni pertunjukan, sejarah lisan, fashion inklusif, dan teknologi yang diciptakan penyandang disabilitas di Indonesia.
Salah satu acara utama dalam pekan kreatif tahun ini adalah pemutaran film “Sundul Langit”, yang disutradarai teman tuna netra dengan naskah yang ditulis seorang penulis tuli. Film ini menceritakan kisah seorang siswa tuli yang menjalani kehidupan di sekolah inklusif.
“Harapan kami, film ini menginspirasi orang lain untuk melihat kemampuan, bukan keterbatasan,” ujar Basukk dari Sahabat Mata, komunitas di balik film ini.
3. Evaluasi kembali persepsi dan rangkul inklusivitas

Ada juga peragaan busana dari Komunitas Layak, yang menampilkan desain yang memberdayakan penyandang disabilitas. Selain itu, karya seniman penyandang disabilitas akan dipamerkan untuk merayakan perspektif dan kontribusi mereka dalam ekspresi kreatif.
Lokakarya yang dipimpin ILO dan Apindo mendukung inklusivitas di tempat kerja, memperkuat visi kesetaraan dan peluang bagi semua.
“Melalui inisiatif ini, kami mengajak masyarakat untuk mengevaluasi kembali persepsi mereka dan merangkul inklusivitas,” ujar Gaspar.