Untuk Para Wisuda Abal-Abal: Apa yang Terbesit di Pikiran Kalian?

Ada dari kamu yang sudah meraih gelar sarjana? Bagi yang udah sarjana, pasti mengalami yang namanya moment wisuda. Nah, ada fenomena unik nih guys, bukan hanya ijazah yang palsu, tapi juga moment wisuda yang palsu. Walaah...
Wisuda abal-abal ini dilaksanakan oleh sebuah yayasan di kawasan Tangerang dan diikuti 1.300 wisudawan. Layaknya wisuda biasanya, mereka ini memakai toga dan segala atribut pelengkapnya termasuk merayakan wisudanya di gedung juga. Tapi, ada kejanggalan pada wisuda ini. Ketika wartawan mewawancarai salah satu wisudawan seputar dunia perkuliahan, dia nggak bisa jawab. Seperti apa nama kampusnya, mata kuliah favoritnya apa ataupun kapan sidangnya. Para peserta wisuda ini menjawab kebingungan.
Paling mencengangkan adalah ternyata wisuda ini sudah berjalan selama tiga tahun. Bayangkan jika setiap tahun 1.300 wisudawan abal-abal. Itu tandanya ada 39.000 wisudawan abal-abal di Indonesia ini. Lebih mirisnya lagi, mereka tersebar di berbagai perusahaan.

Wisuda, sebuah moment yang menandakan bahwa seorang mahasiswa telah meyelesaikan studinya selama kurang lebih empat tahun dan siap untuk terjun ke dunia kerja. Bukan hanya sekedar mendapat ijazah dan gelar, akan tetapi wisuda juga menandakan bahwa kita telah melalui berbagai proses. Baik akademik maupun non akademik yang telah dijalani selama empat tahun.
Nah, kalau kamu nggak melalui proses kuliah selama empat tahun, nggak punya wawasan, nggak punya hardskill dan softskill yang memadai, lalu tiba-tiba wisuda dan menerima ijazah. Apa kamu pantas dianggap sebagai kaum berintelektual tinggi meskipun memiliki gelar? Wisuda, sejatinya kita bukan meninggalkan proses belajar kita. Akan tetapi wisuda hanya sebuah euforia secara tertulis bahwa kita telah menyelesaikan study. Di dunia kerja nanti pun kita akan terus belajar, belajar dan belajar hal yang lebih yang belum kita dapatkan pada masa kuliah.

Budaya lebih mementingkan ijazah saat ini memang sedang booming di Indonesia. Mengingat para sarjana ini hanya mengejar gelar dan tidak mempedulikan wawasan apa yang mereka terima. Toh, kalaupun hanya untuk mengejar pangkat di sebuah perusahaan, seharusnya mereka juga mengikuti proses perkuliahan di dalamnya.
Namun apakah kita mau merusak masa depan Indonesia hanya demi selembar sertifikat kelulusan dan tambahan gelar di belakang namamu? Think again.