Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

1.428 Lumba-Lumba Dibunuh di Kepulauan Faroe

Ilustrasi lumba-lumba (unsplash.com/@bryteeyes3)
Ilustrasi lumba-lumba (unsplash.com/@bryteeyes3)

Jakarta, IDN Times - Para penduduk di Kepulauan Faroe, Eropa barat, telah membunuh lumba-lumba sebanyak 1.428 ekor pada akhir pekan lalu, pada 12 September 2021. Tindakan itu telah memicu kemarahan para konservasionis.

Di Kepulauan Faroe, mereka masih memiliki tradisi bernama Grindadrap yang telah berlangsung selama berabad-abad. Dalam tradisi tersebut, sekelompok penduduk Faroe bekerja sama menggiring lumba-lumba atau paus menuju pantai, lalu binatang itu dibunuh di sana.

Nanti daging dari binatang buruan akan dibagi rata oleh orang-orang yang ikut berburu untuk dikonsumsi. Tradisi tersebut saat ini mendapatkan tantangan keras dari para aktivis lingkungan. Grindaprap didesak untuk dihentikan karena dianggap membantai binatang secara brutal.

1. Tradisi lama yang dinilai kontroversial

Tradisi Grindadrap di Kepulauan Faroe adalah tradisi yang kontroversial. Di satu sisi, para penduduk setempat menilai bahwa Grindadrap adalah bagian dari kebudayaan mereka sedangkan para aktivis menilai itu adalah tindakan "biadab."

Dalam tradisi tersebut, ratusan bahkan ribuan mamalia laut seperti lumba-lumba atau paus hidung botol, digiring oleh sekelompok pemburu menggunakan perahu, agar berenang ke perairan dangkal. Diyakini, tradisi tersebut telah mulai sejak abad ke-9.

Setelahnya, menurut Sky News, hewan-hewan itu lehernya dipotong dengan pisau atau dibunuh dengan tombak oleh kelompok pemburu lain, yang telah berjaga di pinggiran pantai.

Tindakan tersebut membuat air laut di pantai menjadi berwarna merah karena bercampur dengan ratusan atau ribuan paus yang disembelih.

Grindadrap adalah sebuah tradisi tahunan perburuan paus. Ini adalah tradisi satu-satunya yang masih dilakukan di Eropa Barat. Namun praktik tahunan tersebut banyak dikritik karena dianggap biadab.

2. Penentang tradisi perburuan mamalia laut

Sebagian besar mamalia buruan pada akhir pekan lalu di Faroe adalah lumba-lumba sisi putih, yang biasa ditemui di Samudera Atlantik. Dalam video tentang acara tradisi di Faroe itu dan beredar di media sosial, banyak lumba-lumba yang tergeletak tewas di sepanjang pantai dengan kondisi leher terluka penuh darah.

Salah satu kelompok aktivis yang dengan kuat menentang tradisi Grindadrap adalah Sea Shepherd, yang ada di Kepulauan Faroe. Dalam laman resminya, organisasi ini mengatakan telah berusaha menghentikan tradisi itu sejak tahun 1980-an silam.

Alex Cornelissen yang menjadi CEO Sea Shepherd Global menjelaskan bahwa orang Faroe telah melakukan "perburuan yang kejam dan tidak perlu ini, menjelang akhir musim panas ketika itu orang Faroe telah membunuh 615 paus pilot bersirip panjang, sehingga jumlah total cetacea yang terbunuh pada tahun 2021 di Kepulauan Faroe menjadi 2043 yang mengejutkan."

Cornelissen prihatin dengan skala perburuan kali ini yang dianggap besar. Dalam laman resminya, perburuan tersebut jauh lebih banyak dari jumlah lumba-lumba yang dibunuh di Jepang dalam beberapa tahun terakhir dalam tradisi perburuan di Taiji.

3. Dugaan pelanggaran hukum dalam tradisi perburuan mamalia

Dalam studi yang pernah dilakukan, dengan jumlah 53.000 penduduk Kepulauan Faroe, hanya 17 persen penduduk yang mengatakan mereka mengonsumsi daging dan minyak paus secara teratur.

Dengan jumlah perburuan yang besar saat ini, penyembelihan ribuan mamalia laut itu, dagingnya diyakini tidak akan semuanya dikonsumsi. Menurut Euro News, sebagian daging akan dibuang percuma.

Rob Read, COO Sea Shepherd Kepulauan Faroe mengatakan bahwa "dagingnya tidak dibutuhkan oleh komunitas Faroese yang kaya, dan metode berburunya benar-benar sembarangan..."

Selain itu, saat ini perburuan dilakukan menggunakan perahu motor dan jet ski. Baling-baling dari perahu itu, ada yang melukai dan membuat kematian lumba-lumba semakin menyakitkan.

Dugaan pelanggaran hukum lainnya, para pemburu seharusnya memiliki lisensi, sehingga memahami bagaimana cara membunuh buruan dengan cepat agar tidak menyiksa. Tapi beberapa orang yang ikut dalam tradisi itu, tidak memiliki lisensi tersebut.

Banyak juga peserta perburuan yang tidak terdaftar secara langsung, ikut membunuh lumba-lumba yang digiring ke perairan dangkal di pantai Skalabotnur, di Kepulauan Faroe, Denmark.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pri Saja
EditorPri Saja
Follow Us