19 Orang Tewas Imbas Kebakaran Asrama Sekolah di Guyana

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 19 orang tewas dan beberapa lainnya terluka akibat kebakaran yang terjadi di sekolah asrama di Guyana pada Senin (22/5/2023).
Melansir AP, pemerintah mengatakan bahwa kebakaran terjadi sebelum tengah malam di gedung asrama sebuah sekolah menengah di kota perbatasan barat daya Mahdia, 320 kilometer selatan ibu kota, Georgetown.
"Ketika petugas pemadam kebakaran tiba di tempat kejadian, bangunan itu sudah benar-benar dilalap api. Simpati kami yang tulus ditujukan kepada kerabat dan teman dari jiwa-jiwa muda itu,” kata Dinas Pemadam Kebakaran Guyana.
Sekitar 14 orang siswa dilaporkan tewas di lokasi kejadian dan lima lainnya di rumah sakit setempat. Sementara itu, 6 orang siswa diterbangkan ke Georgetown untuk mendapatkan perawatan.
“Ini adalah insiden yang mengerikan. Ini tragis. Ini menyakitkan,” kata Presiden Guyana Irfaan Ali, seraya menambahkan bahwa pemerintah akan mengerahkan semua sumber daya yang ada untuk merawat anak-anak tersebut.
1. Semua pihak lakukan upaya besar-besaran untuk selamatkan korban
Penasihat Keamanan Nasional Gerald Gouveia mengatakan, sekolah itu menampung sebagian besar anak-anak pribumi yang berusia 12 hingga 18 tahun
Dia mengatakan masih terlalu dini untuk berspekulasi apa penyebab kebakaran. Ia menambahkan, badai petir yang melanda daerah tersebut menimbulkan tantangan bagi bantuan udara.
Lima pesawat telah dikerahkan ke Mahdia untuk membantu pasokan medis tambahan dan evakuasi.
“Itu adalah pertempuran bagi kami. Pilotnya sangat berani, sangat bertekad,” kata Gouveia.
Dia juga menegaskan bahwa pemerintah dan tanggap darurat telah melakukan upaya besar untuk menyelamatkan orang sebanyak mungkin.
2. Para siswi terjebak dalam kebakaran
Melansir Stabroek News, kebakaran dilaporkan terjadi di asrama putri. Petugas pemadam kebakaran dan warga yang berada di tempat kejadian berusaha memadamkan kobaran api dan melakukan operasi penyelamatan.
Dalam Facebook Live dari Mahdia, penduduk Kyle Smith mengatakan, meskipun pintu dibuka setelah alarm dibunyikan, para siswi itu tetap terjebak. Teralis pada jendela menjadi alasan mengapa mereka tidak bisa keluar.
“Istri saya membangunkan saya dan berkata lihat bagaimana tempat itu tampak merah di satu sisi dan itu terlihat sangat menarik bagi mata saya. Saya mengambil telepon saya untuk mengambil gambar, kemudian saya menyadari ketika orang-orang mulai berteriak minta tolong dan ketika saya melihat dari dekat ada api," katanya.
Parkinson John, seorang warga yang tinggal di sebelah asrama, mengatakan bahwa dia membantu menyelamatkan setidaknya delapan siswi.
“Ketika saya mendengar jeritan, saya berlari untuk mengambil sepotong kayu dan mencoba membuka teralis, tetapi saya tidak bisa melakukannya sendiri dan orang lain membantu. Mereka menarik siapa saja yang bisa keluar dari gedung. Beberapa anak mengalami luka bakar parah," ujar John.
3. Partai oposisi serukan penyelidikan menyeluruh
Anggota parlemen oposisi Natasha Singh-Lewis menyerukan penyelidikan mendalam atas tragedi itu. Ia juga berterima kasih kepada masyarakat karena telah membantu pihak berwenang menyelamatkan anak-anak yang terjebak.
"Sebagai sebuah komunitas, kami berdiri dalam solidaritas dengan keluarga para korban, dan kami menyampaikan belasungkawa yang tulus selama masa sulit ini,” katanya.
“Kami perlu memahami bagaimana insiden paling mengerikan dan mematikan ini terjadi dan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mencegah tragedi semacam itu terjadi lagi di masa depan," katanya.
Mengutip CNN, Asrama Sekolah Menengah Mahdia, tempat kebakaran terjadi, merupakan bentuk upaya pemerintah Guyana untuk meningkatkan tingkat pendidikan di bagian negara yang kurang berkembang.
Pemerintah sempat mengatakan bahwa pembangunan asrama sekolah itu sebagai upaya untuk menjembatani kesenjangan antara daerah pedalaman dan pesisir.