2 Sandera Israel Desak Tel Aviv Tuntaskan Kesepakatan Gencatan Senjata

Jakarta, IDN Times - Dua sandera Israel, yang dijadwalkan dibebaskan dalam tahap kedua perjanjian gencatan senjata, mendesak Tel Aviv untuk menuntaskan kesepakatan dengan Hamas.
Video yang dirilis oleh sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, menunjukkan kedua pria tersebut berada di dalam sebuah mobil, menyaksikan secara langsung upacara serah terima para sandera di Nuseirat, Gaza tengah, pada Sabtu (22/2/2025). Ekspresi terkejut terlihat jelas di wajah mereka.
"Tolong, selamatkan kami agar kami dapat kembali ke rumah kami. Saya mohon, (Benjamin) Netanyahu, cukup sudah. Anda telah menghancurkan hidup kami; kamu telah membunuh kami," kata salah satu dari pria tersebut dengan nada emosional, dikutip dari Anadolu.
"Bawa kami kembali ke rumah kami, itulah yang kami inginkan," tambah lainnya.
Laporan media Israel menyebutkan bahwa kedua sandera tersebut bernama Evyatar David dan Guy Gilboa-Dalal.
1. Serangan militer disebut bukan solusi
Dalam video tersebut, mereka mendesak pemerintah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk terus bernegosasi dengan Hamas dalam upaya mewujudkan tahap kedua kesepakatan gencatan senjata.
"Tekanan militer akan membunuh kami semua. Tolong, pemerintah, dan siapa pun yang memimpinnya, jika kalian telah memulai kesepakatan ini, selesaikanlah. Tekanan militer bukanlah solusi," kata mereka.
Dia juga meminta masyarakat Israel juga diminta untuk terus melakukan protes dan menekan pemerintah sampai semua sandera dibebaskan.
Hamas membebaskan enam sandera Israel dalam pertukaran sandera-tahanan ke-7 pada Sabtu. Empat di antaranya ditahan sejak 7 Oktober 2023, sementara dua lainnya sejak 2014 dan 2015. Mereka adalah sandera hidup terakhir yang dibebaskan dalam tahap pertama gencatan senjata.
Menurut BBC, sebanyak 62 sandera masih ditahan oleh Hamas sejak penculikan mereka pada 2023. Sekitar setengahnya diyakini masih hidup.
2. Keluarga sebut video menunjukkan penyiksaan psikologis terhadap kedua sandera
Dilansir dari Al Jazeera, forum Sandera dan Keluarga Hilang, yang mewakili keluarga para sandera Israel, mengecam video tersebut.
“Hari ini, Hamas merilis video meresahkan yang menunjukkan Evyatar David dan Guy Gilboa Dalal dipaksa menonton ketika tiga sandera dibebaskan, sementara mereka masih ditahan,” kata kelompok itu dalam sebuah unggahan di X.
"Tindakan penyiksaan psikologis yang terencana ini adalah bentuk kekejaman yang nyata dan mengerikan. Evyatar, Guy, dan belasan sandera lainnya secara tragis dikecualikan dari fase pembebasan saat ini," lanjut pernyataan itu.
Mereka juga mendesak Netanyahu dan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, untuk segera memulangkan para sandera yang tersisa. Mereka mengatakan bahwa tidak ada waktu lagi untuk menunda-nunda.
3. Israel tunda pembebasan tahanan Palestina
Israel seharusnya membebaskan lebih dari 600 tahanan Palestina sebagai imbalan atas pembebasan sandera pada Sabtu. Namun, hal itu urung terlaksana.
Pada Minggu (23/2/2025), Netanyahu mengumumkan bahwa pembebasan tersebut akan ditunda hingga ada jaminan pembebasan sandera berikutnya oleh Hamas, dan tanpa upacara pelepasan yang dianggapnya memalukan.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengecam penundaan tersebut. Kelompok pejuang kemerdekaan Palestina itu menuding Israel berupaya menghindari kewajibannya yang telah ditetapkan dalam kesepakatan senjata.
“Upacara penyerahan tahanan tidak mengandung penghinaan apa pun terhadap mereka, namun mencerminkan perlakuan mulia dan manusiawi terhadap mereka," tambahnya, seraya mendesak negara-negara mediator untuk memastikan agar Israel mematuhi ketentuan perjanjian tersebut.
Menurut kelompok advokasi Masyarakat Tahanan Palestina (PPS), sebanyak 620 tahanan Palestina dijadwalkan dibebaskan dari penjara-penjara Israel pada Sabtu. Sebagian besar dari mereka berasal dari Gaza dan ditangkap selama perang genosida Israel di wilayah tersebut.