Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

2.700 Orang di Sudan Terinfeksi Kolera dalam Sepekan

peta Sudan (pexels.com/Lara Jameson)
peta Sudan (pexels.com/Lara Jameson)
Intinya sih...
  • Kasus kolera di Sudan mencapai 2.700 kasus infeksi dan 172 kematian dalam sepekan, sebagian besar terjadi di Khartoum.
  • Perang saudara yang melanda Sudan memicu bangkitnya wabah kolera, diperparah oleh cakupan vaksin rendah dan persediaan kebutuhan pokok yang menipis.
  • Lonjakan kasus kolera mulai terjadi sejak Mei 2025, dengan pusat wabah berada di kota Omdurman, menyebabkan fasilitas perawatan kewalahan menangani pasien.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Jumlah kasus kolera di Sudan telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Kementerian Kesehatan negara tersebut mencatat 2.700 kasus infeksi dan 172 kematian dalam waktu sepekan, dengan sebagian besar kasus terjadi di negara bagian Khartoum.

Dilansir dari BBC, Direktur Komite Penyelamatan Internasional (IRC) untuk Sudan, Eatizaz Yousif, mengatakan bahwa perang saudara yang melanda Sudan selama 2 tahun terakhir telah memicu bangkitnya kembali wabah kolera. Situasi ini semakin diperburuk oleh cakupan vaksin yang rendah dan persediaan kebutuhan pokok yang semakin menipis.

1. MSF tangani hampir 2 ribu kasus dugaan kolera dalam seminggu terakhir

Dilansir dari The New Arab, kelompok medis terkemuka, Dokter Tanpa Batas (MSF), mengungkapkan bahwa lonjakan kasus kolera mulai terjadi sejak pertengahan Mei 2025, dengan pusat wabah berada di kota Omdurman.

MSF telah merawat hampir 2 ribu kasus dugaan kolera dalam seminggu terakhir. Bahkan, sejumlah fasilitas perawatan mereka di Omdurman kini kewalahan menangani pasien.

“Banyak pasien datang terlambat sehingga tidak bisa diselamatkan. Kami tidak mengetahui sejauh mana skala wabah ini sebenarnya, dan tim kami hanya bisa melihat sebagian kecil dari gambaran keseluruhan," kata Joyce Bakker, koordinator MSF di Sudan, pada Selasa (27/5/2025). 

Ia menyerukan respons terpadu, yang mencakup program air bersih, sanitasi, dan kebersihan, serta penambahan fasilitas perawatan, untuk mengatasi wabah tersebut.

2. Warga kesulitan mendapatkan air bersih

Menurut dokter setempat, serangan drone telah menyebabkan pemadaman listrik di stasiun pemurnian air, sehingga masyarakat tidak punya pilihan lain selain menggunakan air yang tidak bersih.

"Di daerah tertentu seperti Khartoum selatan, sejumlah besar fasilitas kesehatan rusak karena satu dan lain hal, dan banyak petugas kesehatan yang tersisa tidak punya pilihan selain pergi karena intensitas pertempuran," kata Slaymen Ammar, koordinator MSF lainnya di Sudan.

Pada Sabtu (24/5/2025), Menteri Kesehatan Sudan, Haitham Ibrahim, menyatakan bahwa dalam 4 minggu terakhir, jumlah kasus kolera meningkat dengan rata-rata 600 hingga 700 kasus per minggu.

Ia mengaitkan lonjakan tersebut dengan kembalinya para pengungsi Sudan ke wilayah Khartoum. Menurutnya, kepulangan mereka telah membebani sumber air yang sudah menipis di kota tersebut.

3. Kolera dapat berakibat fatal

Sebagian besar penderita kolera hanya mengalami gejala ringan atau bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali. Namun, penyakit ini bisa berakibat fatal jika menyebabkan diare parah, sehingga memerlukan antibiotik dan cairan infus untuk pengobatannya.

Perang di Sudan meletus pada April 2023, dipicu oleh perebutan kekuasaan antara militer Sudan dan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF). Sejak saat itu, sedikitnya 20 ribu orang tewas dan lebih dari 14 juta lainnya terpaksa mengungsi akibat konflik ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us