Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

890 Orang Ditangkap dalam Demo Palestine Action di Inggris

aksi demonstrasi pro-Palestina (unsplash.com/Merch HÜSEY)
aksi demonstrasi pro-Palestina (unsplash.com/Merch HÜSEY)
Intinya sih...
  • 890 orang ditangkap dalam demonstrasi mendukung Palestine Action di London
  • Polisi menuduh para demonstran memulai agresi, sementara penyelenggara protes membantah narasi tersebut
  • Veteran perang, petugas kesehatan, dan lansia termasuk di antara yang ditangkap; PBB mengkritik pelarangan Palestine Action di Inggris
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Sebanyak 890 orang ditangkap dalam demonstrasi mendukung kelompok Palestine Action di pusat kota London, Inggris, pada Sabtu (6/9/2025). Penangkapan terhadap para pendukung kelompok ini telah berlangsung sejak pemerintah menetapkan Palestine Action sebagai organisasi teroris pada Juli.

Polisi mengatakan, sedikitnya 857 orang ditangkap karena menunjukkan dukungan terhadap kelompok terlarang, sementara 33 lainnya ditangkap atas pelanggaran lain, termasuk 17 orang yang menyerang petugas.

Sekitar 1.500 orang diperkirakan mengikuti protes di Parlemen Square, Westminster, pada Sabtu. Mereka membawa poster bertuliskan “Saya mendukung Palestine Action” dan mengibarkan bendera Palestina.

Massa meneriakkan "Malu kalian!” dan" Polisi Metropolitan, pilih berpihak pada keadilan atau genosida" ketika polisi mulai melakukan penangkapan. Situasi semakin memanas ketika petugas menggiring para demonstran yang tidak melakukan perlawanan dan bersikap pasif saat ditangkap.

PA Media melaporkan bahwa polisi mengeluarkan pentungan mereka saat bentrokan terjadi, sementara seorang demonstran terlihat dengan darah mengalir di wajahnya saat ditangkap. Polisi juga terlibat adu mulut yang sengit dengan para pengunjuk rasa, serta dilempari air dan botol plastik.

1. Penyelenggara tuding polisi yang memulai agresi

Wakil Asisten Komisaris, Claire Smart, menyatakan bahwa petugas, dipukul, ditendang, diludahi, dan dilempari berbagai benda selama unjuk rasa tersebut. Ia menyebut tindakan para demonstran tidak dapat ditoleransi.

“Kekerasan yang kami hadapi selama operasi ini dilakukan secara terkoordinasi oleh sekelompok orang, banyak di antaranya mengenakan masker untuk menyembunyikan identitas, dengan tujuan menciptakan kekacauan sebesar mungkin. Banyak dari mereka kini telah ditangkap dan kami mulai menyiapkan tuntutan hukum," kata Smart pada Minggu (7/9/2025), dikutip dari The Guardian.

Namun, penyelenggara protes Defend Our Juries membantah narasi tersebut dan mengatakan bahwa polisilah yang memulai agresi.

"Sebanyak 1.500 orang dengan damai menentang larangan tersebut, memegang poster karton dengan penuh martabat, menyampaikan pesan yang jelas dan kuat kepada sekretaris dalam negeri yang baru saat ia mulai menjabat: hukum yang tidak adil seperti ini, yang tidak akan diterima publik, pada akhirnya harus ditinggalkan," kata kelompok tersebut.

2. Veteran perang dan lansia ikut ditangkap

Menurut Defend Our Juries, mereka yang ditangkap pada Sabtu termasuk pendeta, veteran perang, petugas kesehatan, dan orang-orang lanjut usia.

Dilansir dari MEE, Steve Masters, seorang veteran tentara Inggris yang ikut ditangkap, sebelumnya mengatakan bahwa ia bergabung dalam protes setelah menyaksikan pemandangan menyedihkan yang terjadi di Gaza.

“Saya bertugas di Royal Air Force selama 19 tahun. Saya merasa penting untuk berada di sini karena, setuju atau tidak dengan taktik Palestine Action dan kelompok lainnya, kenyataannya pemerintah kita terlibat dalam genosida pada tingkat tertinggi,” ungkapnya.

Mike Higgins, seorang tunanetra berusia 62 tahun yang menggunakan kursi roda, juga mengikuti demonstrasi pada Sabtu meski sebelumnya pernah ditangkap dalam protes serupa.

“Dan saya teroris? Itu sangat lucu. Saya sudah pernah ditangkap berdasarkan Undang-Undang Terorisme, dan saya kira itu akan terjadi lagi hari ini. Tentu saja saya akan terus kembali. Pilihan apa yang saya punya?" ujarnya.

3. PBB kritik pelarangan Palestine Action di Inggris

Dilansir dari Al Jazeera, kepala hak asasi manusia PBB, Volker Turk, mengkritik pendekatan pemerintah Inggris yang melarang Palestine Action berdasarkan Undang-Undang Terorisme 2000. Keputusan tersebut dinilai menyalahgunakan keseriusan dan dampak terorisme.

"Klasifikasi Aksi Palestina sebagai organisasi teroris menimbulkan kekhawatiran serius bahwa undang-undang kontraterorisme diterapkan pada tindakan yang tidak bersifat teroris, dan berisiko menghambat pelaksanaan kebebasan fundamental yang sah di seluruh Inggris," kata Turk.

Ia menjelaskan bahwa berdasarkan standar internasional, tindakan teroris seharusnya terbatas pada kejahatan yang bertujuan menyebabkan kematian, cedera serius atau penyanderaan.

Huda Ammori, salah satu pendiri Palestine Action, menyebut larangan pemerintah tersebut sebagai bencana besar bagi kebebasan sipil, dan dapat menciptakan dampak yang lebih luas terhadap kebebasan berpendapat.

Perang Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 64 ribu warga Palestina sejak Oktober 2023. Israel menolak keras tuduhan melakukan genosida, meskipun sejumlah negara, kelompok hak asasi, dan akademisi menyatakan bahwa Israel memang melancarkan genosida yang jelas dan sistematis di Gaza.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Profil Shigeru Ishiba, Perdana Menteri Jepang yang Mengundurkan Diri

08 Sep 2025, 23:27 WIBNews