Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sejarah Kemhan AS yang Ganti Nama Jadi Departemen Perang

Gedung Pentagon. ("DoD photo by Master Sgt. Ken Hammond, U.S. Air Force.", Public domain, via Wikimedia Commons)
Gedung Pentagon. ("DoD photo by Master Sgt. Ken Hammond, U.S. Air Force.", Public domain, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Kementerian Pertahanan AS pernah punya nama sebagai Kementerian Perang pada 1789
  • Pembangunan gedung Pentagon dimulai pada 1941 untuk mengatasi ketidak-efisienan kantor-kantor Kementerian Perang yang tersebar di seluruh Washington, D.C.
  • Kementerian Perang berganti nama menjadi Kementerian Pertahanan pada 1947 setelah terjadi amendemen UU Keamanan Nasional
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, berencana mengganti nama Kementerian Pertahanan AS menjadi Departemen Perang. Nama tersebut sebenarnya adalah nama asli dari lembaga itu saat pertama kali dibentuk lebih dari 200 tahun yang lalu. Sejak berdiri, kementerian ini telah mengalami berbagai transformasi struktur dan filosofi.

Saat ini, Kementerian Pertahanan AS (DoD) adalah markas bagi kekuatan militer terbesar di dunia. Lembaga yang berkantor di Pentagon ini juga merupakan penyedia lapangan kerja terbesar di AS. Berikut sejarah transformasi Kementerian Pertahanan AS dari masa ke masa.

1. Berdiri sebagai Kementerian Perang pada 1789

Menteri Perang Pertama AS, Henry Knox. (Gilbert Stuart, Public domain, via Wikimedia Commons)
Menteri Perang Pertama AS, Henry Knox. (Gilbert Stuart, Public domain, via Wikimedia Commons)

Britannica melansir, Kementerian Perang resmi berdiri pada 7 Agustus 1789. Presiden pertama AS, George Washington, menunjuk Jenderal Henry Knox sebagai menteri pertamanya. Tugas awalnya adalah mengawasi semua urusan angkatan darat dan angkatan laut negara yang baru lahir itu.

Sejak awal, prinsip kontrol sipil atas militer sudah mulai ditanamkan. Kementerian ini sengaja dibuat sebagai badan sipil untuk mengelola militer. Pada 30 April 1798, Kongres AS kemudian membentuk Kementerian Angkatan Laut sebagai badan yang terpisah.

Selama bertahun-tahun, AS hanya memiliki angkatan darat permanen yang relatif kecil di masa damai. Hal ini karena para pendiri AS tidak menyukai ide tentang militer besar yang dianggap bisa mengancam kebebasan. Militer hanya akan diperbesar ukurannya jika negara benar-benar dalam kondisi perang.

Kementerian Perang memimpin militer AS melewati berbagai konflik besar yang membentuk negara itu. Beberapa di antaranya adalah Perang Saudara Amerika (1861-1865) dan Perang Dunia I (1917-1918). Pengalaman di Perang Dunia I juga mendorong pembentukan Dinas Udara pada 1918, yang menjadi cikal bakal Angkatan Udara AS.

2. Pembangunan gedung Pentagon pada 1941

ptoret Gedung Pentagon pada 2011. (Aber, Marilyn K., Public domain, via Wikimedia Commons)
ptoret Gedung Pentagon pada 2011. (Aber, Marilyn K., Public domain, via Wikimedia Commons)

Perang Dunia II menjadi tugas terbesar dalam sejarah Kementerian Perang. Lembaga ini harus mengerahkan jutaan tentara dan mengelola perang di dua front besar, yaitu Eropa dan Pasifik. Perang inilah yang mengukuhkan status AS sebagai kekuatan militer global.

Di tengah kesibukan perang, Kementerian Perang juga menjalankan sebuah proyek super rahasia. Proyek ini dikenal sebagai Proyek Manhattan. Misi utamanya adalah mengembangkan bom atom pertama di dunia, yang kemudian digunakan untuk mengakhiri perang.

Saat itu, kantor-kantor Kementerian Perang tersebar di 17 gedung berbeda di seluruh Washington, D.C.. Kondisi ini sangat tidak efisien untuk mengelola upaya perang yang masif. Oleh karena itu, diputuskan untuk membangun satu markas besar yang terpusat.

Pembangunan gedung Pentagon pun dimulai pada 11 September 1941. Hebatnya, proyek raksasa ini bisa selesai hanya dalam waktu 16 bulan dan diresmikan pada 15 Januari 1943. Gedung ini dirancang untuk menampung hingga 40 ribu karyawan.

Setelah perang usai, para pemimpin militer menyadari adanya masalah serius. Persaingan antar angkatan darat dan laut sering kali membuat operasi militer tidak efektif. Mereka sepakat bahwa struktur komando militer perlu dirombak total.

3. Berganti nama ke Kementerian Pertahanan pada 1947

Presiden Harry S. Truman menandatangani amandemen Undang-Undang Keamanan Nasional pada tahun 1949. (Abbie Rowe, Public domain, via Wikimedia Commons)
Presiden Harry S. Truman menandatangani amandemen Undang-Undang Keamanan Nasional pada tahun 1949. (Abbie Rowe, Public domain, via Wikimedia Commons)

Presiden Harry S. Truman adalah salah satu tokoh yang paling kuat mendorong penyatuan militer. Ia mengusulkan pembentukan satu kementerian tunggal untuk mengawasi semua matra angkatan bersenjata. Namun, rencananya mendapat tentangan keras, terutama dari Angkatan Laut.

Setelah perdebatan panjang, akhirnya tercapai sebuah kompromi politik. Kongres mengesahkan Undang-Undang Keamanan Nasional pada tahun 1947. UU ini tidak langsung menyatukan militer, melainkan membentuk sebuah federasi longgar bernama National Military Establishment (NME).

UU 1947 ini juga melahirkan beberapa lembaga penting lainnya. Angkatan Udara AS (U.S. Air Force) resmi dibentuk sebagai matra militer yang independen. Selain itu, Badan Intelijen Pusat (CIA) dan Dewan Keamanan Nasional (NSC) juga lahir dari UU ini.

Struktur NME ternyata tidak berjalan baik karena menteri pertahanan tidak punya wewenang yang cukup kuat. Karena itu, dua tahun kemudian Kongres mengesahkan amendemen untuk memperbaiki UU tersebut. Amendemen inilah yang menjadi titik balik penting bagi militer AS.

Pada 1949, NME secara resmi berganti nama menjadi Kementerian Pertahanan (Department of Defense atau DoD). Amendemen tersebut juga memberikan kekuasaan yang jauh lebih besar kepada menteri pertahanan untuk mengontrol semua angkatan. Perubahan nama ini juga menandakan fokus baru AS dari berperang sesekali menjadi pencegahan berkelanjutan di era Perang Dingin.

4. Menciptakan cikal bakal internet pada 1958

pesan pertama yang dikirim lewat ARPANET. (Charles S. Kline, Public domain, via Wikimedia Commons)
pesan pertama yang dikirim lewat ARPANET. (Charles S. Kline, Public domain, via Wikimedia Commons)

Selama lebih dari 40 tahun, tugas utama DoD adalah membendung pengaruh Uni Soviet. Saat itu, AS menggenjot pembangunan kekuatan militer konvensional dan nuklir yang sangat besar untuk mencegah perang. AS diperkirakan menghabiskan lebih dari 5 triliun dolar AS setara Rp82.300 triliun (kurs 1990-an) untuk upaya ini.

Pada era 1960-an, Menteri Pertahanan Robert McNamara menerapkan analisis data dan sistem penganggaran modern untuk membuat institusi ini lebih efisien. Di masanya juga, doktrin nuklir Mutual Assured Destruction (MAD) diperkenalkan. Artinya, perdamaian dijaga karena kedua pihak tahu mereka bisa saling menghancurkan.

Pada tahun 1980-an, Presiden Ronald Reagan kembali membangun kekuatan militer secara besar-besaran. Namun, beberapa kegagalan operasi militer menunjukkan bahwa masalah koordinasi antar matra masih ada. Hal ini mendorong lahirnya Undang-Undang Goldwater-Nichols pada 1986, sebuah perombakan terbesar sejak 1947.

UU Goldwater-Nichols secara drastis merampingkan rantai komando dari Presiden langsung ke panglima di lapangan. Aturan ini juga memaksa semua angkatan untuk bekerja sama dalam operasi gabungan. UU ini berhasil menyelesaikan masalah persaingan antar matra yang sudah berlangsung puluhan tahun.

Di tengah kesibukan Perang Dingin, DoD tanpa sengaja menciptakan teknologi yang mengubah dunia. Pada 1958, mereka membentuk badan riset canggih bernama ARPA untuk menandingi teknologi Soviet. Salah satu proyek ARPA bernama ARPANET, sebuah jaringan komputer, kelak menjadi cikal bakal dari internet yang kita gunakan hari ini.

5. Mendirikan Angkatan Antariksa pada 2019

Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth. (U.S. Secretary of Defense, Public domain, via Wikimedia Commons)
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth. (U.S. Secretary of Defense, Public domain, via Wikimedia Commons)

Berakhirnya Perang Dingin setelah Uni Soviet bubar pada 1991 membuat DoD kehilangan musuh utamanya. Hal ini memicu pemotongan anggaran pertahanan besar-besaran yang dikenal sebagai "dividen perdamaian". Militer AS pun mulai mencari fokus dan misi baru di era pasca-Perang Dingin.

Semuanya berubah setelah serangan teroris 11 September 2001. Fokus kementerian ini beralih ke perang melawan terorisme global. Musuh yang dihadapi kini bukan lagi negara, melainkan kelompok-kelompok non-negara seperti Al-Qaeda.

Sebagai akibatnya, DoD melancarkan perang panjang di Afghanistan dan Irak. Serangan 9/11 juga mendorong pembentukan Komando Utara AS (NORTHCOM). Ini adalah komando tempur pertama yang tugasnya khusus untuk mempertahankan wilayah daratan AS dari serangan.

Dalam beberapa tahun terakhir, fokus strategi kementerian ini kembali bergeser. Prioritas utamanya kini adalah menghadapi persaingan jangka panjang dengan negara adidaya lain, terutama China dan Rusia. Pentagon kini merestrukturisasi kekuatannya untuk menghadapi tantangan tersebut.

Untuk beradaptasi dengan medan perang masa depan, AS juga membentuk cabang militer baru. Angkatan Antariksa AS (U.S. Space Force) didirikan pada 20 Desember 2019. Ini adalah cabang militer baru pertama dalam 72 tahun, yang dibentuk karena ruang angkasa kini dianggap sebagai area pertempuran yang sangat penting.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Profil Shigeru Ishiba, Perdana Menteri Jepang yang Mengundurkan Diri

08 Sep 2025, 23:27 WIBNews