Brasil-Kolombia Kritisi Sikap Maduro soal Pilpres Venezuela

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Brasil dan Kolombia melayangkan kritikan kepada Presiden Venezuela Nicolas Maduro atas sikapnya yang menghalangi lawannya maju dalam pilpres pada Selasa (26/3/2024). Keduanya memperingatkan potensi situasi politik yang semakin buruk Venezuela.
Dalam 2 tahun terakhir, hubungan Venezuela dengan Brasil dan Kolombia telah kembali pulih seperti semula. Kedua negara yang sempat dipimpin presiden sayap kanan itu menolak mengakui legitimasinya Maduro sebagai presiden dan memutus hubungan diplomatik dengan Venezuela.
1. Brasil mendorong Venezuela adakan pilpres demokratis
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Brasil mengaku khawatir dengan situasi politik di Venezuela setelah tidak diperbolehkannya politikus oposisi Maria Corina Machado dan Corina Yoris maju sebagai capres.
"Kami mengkhawatirkan situasi di Venezuela. Tidak memberbolehkannya (Corina Yoris) untuk mencalonkan diri sebagai capres tidak sesuai dengan persetujuan di Barbados. Halangan tersebut juga tidak dijelaskan secara detail," ungkapnya, dikutip The Brazilian Report.
"Brasil bersama komunitas internasional siap bekerja sama agar pemilu di Venezuela yang berlangsung Juli mendatang dapat berjalan dengan lancar untuk menormalisasi kehidupan politik dan memperkuat demokrasi di Venezuela," sambungnya.
Sebelumnya, Presiden Brasil Lula da Silva sempat mengungkapkan bahwa Venezuela harus mengadakan pemilu secara demokratik untuk mengangkat semua sanksinya.
2. Kolombia protes sulitnya oposisi mencalonkan diri dalam pilpres
Pada hari yang sama, Kemlu Kolombia melayangkan protes kepada Venezuela soal sulitnya pihak oposisi mencalonkan kandidatnya untuk menantang Presiden Maduro.
"Terdapat sejumlah halangan dan kesulitan yang dialami oleh pihak oposisi di Venezuela, seperti Partai Democratic Unity Platform dan Vente Venezuela dalam mendaftarkan kandidatnya. Ini akan berdampak pada kepercayaan sejumlah pihak di komunitas internasional soal transparansi dan persaingan pilpres di Venezuela," ungkapnya.
Dilansir Telesur, Menteri Luar Negeri Venezuela Yvan Gil mengungkapkan bahwa Kolombia mengintervensi urusan dalam negaranya dan mengikuti perintah dari AS.
"Didorong oleh Kemlu AS, Kolombia mengambil langkah salah dalam mengintervensi urusan dalam negeri Venezuela. Kami selalu menghargai proses politik di Kolombia meski di tengah ancaman kekerasan dan perpecahan yang besar. Pernyataan tersebut merusak hubungan baik kedua negara," ujarnya.
3. Venezuela perbolehkan oposisi mencalonkan dalam pilpres
Pada Selasa petang, pemerintah Venezuela akhirnya memperbolehkan koalisi oposisi untuk mendaftarkan kandidatnya maju dalam pilpres Juli mendatang. Keputusan ini datang setelah mendapat tekanan dari oposisi dan pihak luar negeri.
Koalisi Unitary Democratic Platform sudah mendaftarkan Edmundo Gonzalez Urrutia sebagai kandidat presiden di Venezuela. Sebelumnya, koalisi oposisi tidak dapat mengakses di sistem registrasi, tapi mereka akhirnya diperbolehkan.
Dilaporkan Associated Press, insiden ini menjadi salah satu rentetan permasalahan pilpres di Venezuela di bawah rezim Maduro yang diduga sengaja menghalangi kandidat oposisi. Meskipun, Caracas sudah berjanji untuk mengadakan pemilu yang demokratis.
Sampai saat ini masih belum diketahui kenapa otoritas Venezuela memperbolehkan pencalonan Gonzalez Urrutia, tapi memilih memblokir pencalonan Yoris sebagai capres.