China Dinilai Berupaya Fasilitasi Perdamaian Myanmar

- China berupaya memfasilitasi perdamaian di Myanmar, khususnya di perbatasan China-Myanmar.
- Menteri Luar Negeri China bertemu dengan pemimpin junta Min Aung Hlaing untuk membahas stabilitas wilayah perbatasan dan pemilihan umum.
- Ketegangan terjadi antara pejuang dan pasukan junta di sepanjang perbatasan, yang dapat mengancam kepentingan ekonomi China di Myanmar.
Jakarta, IDN Times - Direktur Institut Perdamaian Amerika Serikat (USIP) untuk Myanmar Jason Tower mengatakan, China mencoba berupaya memfasilitasi perdamaian di Myanmar. Hal itu terkait dengan kunjungan Menteri Luar Negeri China Wang Yi ke negara tersebut baru-baru ini.
Wang telah bertemu dengan pemimpin junta Min Aung Hlaing pada Rabu (14/8/2024). Usai pertemuan tersebut, Beijing mengatakan pihaknya menentang kekacauan dan konflik di Myanmar. China berharap negaranya dapat meningkatkan upaya menstabilitasi situasi, khususnya di sepanjang perbatasan China-Myanmar.
1. Pembicaraan stabilitas perbatasan dan pemilu
Pertemuan Wang Yi dan Min Aung Hlaing di Naypyidaw adalah pertama kalinya usai pemimpin junta melakukan kudeta pada 2021. Keduanya dilaporkan membahas stabilitas wilayah perbatasan.
Dilansir Barron's, junta mengatakan kedua pejabat itu juga melakukan pembicaraan secara terbuka mengenai pemilihan umum (pemilu) multi-partai yang bebas dan adil.
Negara bagian Shan di Myanmar utara telah berulang kali jadi lokasi bentrokan antara pejuang dengan pasukan junta. Bahkan kelompok pejuang berhasil merebut markas besar komando serta melancarkan serangan di sepanjang jalan raya penting menuju China.
Bagi Beijing, Shan yang berbatasan dengan provinsi Yunan merupakan wilayah penting dari infrastruktur Belt and Road, proyek jalur sutra modern yang sedang dikembangkan China.
2. Membujuk junta untuk ke meja perundingan
Kunjungan Wang ke Myanmar itu disebut oleh para pengamat sebagai upaya untuk menstabilkan situasi. Bahkan mencoba untuk memfasilitasi perdamaian.
"China mencoba menggunakan kunjungan tingkat tinggi ini untuk membujuk militer Myanmar agar kembali ke meja perundingan," kata Tower, dikutip VOA News.
"Tidak jelas bagaimana China dapat memfasilitasi perjanjian berkelanjutan antara kelompok pejuang dan pemerintah militer (karena) kedua belah pihak pada dasarnya saling berselisih satu sama lain," tambahnya.
Hunter Marston, peneliti dari Universitas La Trobe di Australia, mengatakan bahwa pemilu bagi junta dan Min Aung Hlaing adalah hal yang penting.
"Namun China mungkin masih sangat skeptis terhadap kemungkinan diadakannya pemilu karena pemerintah militer menguasai kurang dari separuh wilayah Myanmar saat ini," jelasnya.
3. China lepaskan tembakan ke arah Myanmar

Situasi di sepanjang perbatasan Myanmar-China terus mengalami ketegangan. Pada Kamis, Beijing disebut melepaskan tembakan melintasi perbatasan Myanmar sebagai peringatan terhadap pesawat militer junta yang menyerang basis para pejuang.
Dilansir Radio Free Asia, pejuang Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) di Lai Zar telah merebut dua posisi junta di Hpakant pada hari sebelumnya. Naw Bu, Petugas Informasi KIA mengatakan, China di sisi perbatasan melepaskan tembakan lintas batas.
"Kami berasumsi Beijing melepaskan tembakan karena alasan keamanan mereka," katanya.
"Saya tidak tahu apa yang mereka tembakkan, tapi suaranya cukup keras. Terjadi ledakan di langit. Mereka melepaskan tembakan lebih dari 10 kali dari pihak China. Mereka tidak menembakkan suar," jelasnya.
KIA adalah salah satu kelompok pejuang paling kuat di Myanmar. Kelompok itu secara signifikan telah merebut lebih dari 200 kamp junta di negara bagian Kachin.
China di sisi lain, khawatir dengan pertempuran di perbatasan, khususnya di Kachin dan Shan. Gejolak itu mengancam kepentingan ekonominya di Myanmar, termasuk kepentingan jaringan pipa energi, pelabuhan dan sumber daya alam.