Delegasi Taliban ke China Bahas Ekonomi, Politik dan Keamanan

Beijing, IDN Times - Di tengah ancaman kekerasan yang terus meningkat di Afghanistan, Taliban mengirim delegasi mereka ke Beijing untuk melakukan beberapa pembicaraan terkait ekonomi, politik dan khususnya keamanan.
Kunjungan delegasi Taliban dilakukan pada hari Rabu (28/) oleh sembilan orang dan disambut oleh Beijing. Mereka bertemu dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, di kota Tianjing. Kunjungan tersebut akan dilakukan selama dua hari.
1. China berharap Taliban berperan dalam mengakhiri perang
Delegasi Taliban yang datang ke China dipimpin oleh Mullah Baradar Akhund. Para delegasi juga bertemu dengan utusan khusus China untuk Afghanistan dan kunjungan itu berdasarkan undangan dari pemerintah China.
Delegasi Taliban tersebut bertemu dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, untuk membincangkan berbagai persoalan. Melansir kantor berita Reuters, Wang mengatakan Taliban diharapkan "memainkan peran penting dalam proses rekonsiliasi damai dan rekonstruksi di Afghanistan."
Kunjungan delegasi Taliban ke China semakin menempatkan kelompok pemberontak Afghanistan tersebut semakin memiliki panggung di dunia internasional. Taliban juga telah melakukan serangkaian manuver politik seperti kunjungan ke Rusia, ke Iran dan juga membahas perdamaian dengan pemerintah Afghanistan yang belum ada terobosan di Qatar dan Turki.
2. Taliban tak akan mengizinkan pihak manapun menggunakan Afghanistan untuk membahayakan China
Afghanistan dan China berbagi perbatasan di Lembang Wakhan yang terpencil di bagian ujung timur Afghanistan. Garis perbatasan itu membentang sekitar 76 kilometer. China telah lama memiliki kekhawatiran tentang kemungkinan kelompok militan memasuki wilayahnya di Xinjiang yang sebelumnya bergejolak.
Dalam pertemuan delegasi Taliban dengan Kementrian Luar Negeri China tersebut juga dibahas tentang persoalan keamanan itu. Melansir The Straits Times, pihak China berharap bahwa Taliban akan menindak Gerakan Islam Turkestan Timur karena itu adalah "ancaman langsung terhadap keamanan nasional China," yang aktif di Xinjiang.
Gerakan Islam Turkestan Timur ini pernah beroperasi di wilayah Taliban dan termasuk kelompok yang telah menghancurkan patung Buddha Bamiyan
Dari pihak Taliban, Mohammed Naeem, sang juru bicara, mengatakan "(delegasi) meyakinkan China bahwa mereka tidak akan mengizinkan siapa pun menggunakan tanah Afghanistan untuk melawan China,” kata Naeem.
China juga disebut menegaskan komitmen untuk melanjutkan bantuan ke Afghanistan seperti melawan virus corona dan tidak akan ikut campur dalam masalah internal. China bahkan disebut akan ikut membantu memecahkan masalah dan perdamaian di Afghanistan.
3. Keuntungan China ketika pasukan AS mundur
Secara diplomatik, China mengakui kepemimpinan Ashraf Ghani di Afghanistan. Tapi ketika penarikan semua pasukan AS semakin dekat, China telah menjalin hubungan yang baik dengan Taliban karena memprediksi bahwa kelompok tersebut memiliki peran penting yang diperhitungkan untuk stabilitas Afghanistan.
Jadi, China menjalin hubungan baik dengan pemerintah resmi Afghanistan dan sekaligus Taliban yang dianggap kelompok pemberontak.
China sendiri telah lama tidak suka dengan keberadaan AS di "halaman belakang rumahnya" ketika menginvasi Afghanistan. Tapi kini ketika Taliban memiliki kemajuan yang signifikan dan China berhasil menjalin hubungan baik, maka akan terbuka koridor strategis yang memungkinkan Afghanistan terhubung dengan Pakistan.
Menurut Associated Press, Pakistan dipandang sebagai kunci perdamaian di Afghanistan. Kepemimpinan Taliban bermarkas di Pakistan, dan Islamabad telah menggunakan pengaruhnya untuk menekan Taliban agar membicarakan perdamaian.
Wang Yi dari China berharap Taliban akan mengutamakan kepentingan bangsa dan rakyat dan fokus pada pembicaraan damai, menetapkan tujuan perdamaian, membangun "citra positif" dan bekerja untuk persatuan di antara semua faksi dan kelompok etnis.
Tapi memang dapat dibilang bahwa hubungan China dengan Taliban akan jadi hubungan yang aneh. Di sisi China, negara itu menggunakan ideologi komunisme yang atheis sedangkan Taliban di sisi lain, memiliki ideologi kebertuhanan yang banyak dipandang ekstrim.
Reid Standish dari Gandhara, media cabang Radio Free Europe/Radio Liberty di Afghanistan melihat perhatian utama China di Afghanistan adalah stabilitas. China memang memiliki kekhawatiran karena melihat Afghanistan sebagai surga bagi kelompok ekstrimis seperti al-Qaeda dan ISIS.
Namun Beijing juga disebut memiliki harapan investasi masa depan dan upaya yang lebih dalam untuk mengintegrasikan Afghanistan dalam proyek Belt and Road Initiative, yang kini telah dibangun di beberapa negara, terutama di Pakistan, negara yang memiliki hubungan mesra dengan China.