Ekonom Australia dan Eks Dubes Inggris Bebas dari Bui Junta Myanmar

Jakarta, IDN Times- Media Junta Myanmar melaporkan pada Kamis (17/11/2022), ekonom Australia, Sean Turnell dan mantan duta besar Inggris, Vicky Bowman, telah dibebaskan. Selain itu, ada sutradara asal Jepang, Toru Kobuta juga diantara hampir 6.000 tahan politik yang dibebaskan junta Myanmar.
Sean Turnell adalah seorang profesor ekonomi di Universitas Macquarie, Sydney dan menjabat sebagai penasihat bagi Aung San Suu Kyi selama beberapa tahun. Ia ditangkap pada 6 Februari 2021, kurang dari seminggu setelah junta Myanmar melancarkan kudeta.
Ia didakwa melanggar Undang-Undang Rahasia Resmi Myanmar, atas tuduhan membocorkan dokumen rahasia negara. Turnell membantah tuduhan dan bersikeras bahwa dokumen tersebut hanya rekomendasi kebijakan ekonomi dan tidak bersifat rahasia. Namun, ia tetap dijatuhi hukuman tiga tahun penjara saat sidang tertutup pada September lalu.
Sedangkan Vicky Bowman adalah Duta Besar Inggris pada tahun 2002-2006 yang ditahan karena melakukan pelanggaran aturan imigrasi, dilansir dari The Guardian.
1. Sean Turnell dan Vicky Bowman diterbangkan ke Bangkok
Vicky Bowman dikabarkan telah terbang ke Bangkok dari Yangon. Begitu juga dengan Sean Turnell dan mungkin akan bertemu dengan Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese yang sedang menghadiri KTT APEC di Thailand.
Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong juga menyambut baik keputusan junta Myanmar tersebut.
Sementara itu, Sekretaris Kabinet Jepang, Hirokazu Matsuno, mengatakan, pemerintah telah diberitahu mengenai pembebasan Toru Kobuta. Ia dikabarkan dalam kondisi sehat dan akan tiba di rumah pada hari Jumat.
Kubota ditangkap saat demonstrasi di Yangon pada Juli lalu. Ia divonis 10 tahun penjara karena dituduh melakukan penghasutan dan melanggar undang-undang komunikasi serta imigrasi.
2. Pembebasan tahanan bertepatan dengan Hari Nasional Myanmar
Pemberian amnesti pada ribuan tahanan ini dilakukan bertepatan pada Hari Nasional Myanmar. Total ada 5.774 tahanan yang akan dibebaskan dengan 712 diantaranya adalah tahanan politik.
Media pemerintah mengatakan, pembebasan tahanan warga asing ini dilakukan untuk menjaga hubungan dengan negara lain serta atas tujuan kemanusiaan. Para saksi di penjara Insein mengidentifikasi 2 aktivis demokrasi yaitu, Myo Yunt dan Mya Aye termasuk dalam tahanan yang dibeaskan.
"Saya akan bersama dengan orang Myanmar tidak peduli apa situasinya," kata Mya Aye saat ia dibebaskan, dikutip dari Reuters.
3. Pemerintah bayangan Myanmar: Jangan mau dibodohi junta!
Pemerintah bayangan Myanmar, National Unity Government (NUG), mengaku berbesar hati atas pemberian amnesti oleh junta militer. Namun, usaha junta tersebut dinilai sebagai tipu daya untuk mengelabui komunitas internasional.
"Jenis taktik penyanderaan oleh junta ini seharusnya tidak membodohi masyarakat internasional untuk percaya bahwa militer telah berubah," kata Htin Linn Aung, seorang menteri dan juru bicara NUG.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mengatakan pada hari Rabu, jumlah tahanan politik yang ditahan oleh junta Myanmar telah mencapai lebih dari 13.000 dengan 1648 diantaranya sedang menjalani hukuman.
"Sekali lagi, tahanan politik digunakan sebagai alat tawar-menawar," kata AAPP, dikutip dari Reuters.