Eks Presiden Uruguay José Mujica Meninggal Dunia

- Mantan Presiden Uruguay, Jose "Pepe" Mujica, meninggal dunia pada usia 89 tahun akibat kanker kerongkongan.
- Reaksi duka dari berbagai pemimpin Amerika Latin termasuk Presiden Meksiko dan Chile atas kepergian Mujica.
- Mujica adalah mantan pimpinan kelompok gerilyawan Marxis Tupamaros dan terkenal dengan gaya hidup sederhananya sebagai presiden.
Jakarta, IDN Times - José "Pepe" Mujica, mantan presiden Uruguay, meninggal dunia pada Selasa (13/5/2025) di usia 89 tahun. Mujica yang menjabat sebagai presiden Uruguay periode 2010-2015 telah berjuang melawan kanker kerongkongan sejak 2024. Ia dijuluki sebagai presiden termiskin di dunia karena gaya hidupnya yang sederhana.
"Dengan duka mendalam kami mengumumkan kepergian rekan kami Pepe Mujica. Terima kasih atas semua yang kau berikan dan cinta mendalam untuk rakyatmu," tulis Presiden Uruguay Yamandu Orsi, dilansir Al Jazeera.
Mujica diketahui telah menghentikan pengobatannya setelah dokter menyatakan kankernya kembali dan menyebar ke hati pada Januari lalu. Penyakit autoimun dan masalah kesehatan lain juga memperburuk kondisinya.
1. Amerika Latin berduka atas kepergian Mujica
Kematian Mujica langsung mendapat respons dari berbagai pemimpin Amerika Latin. Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, menjadi salah satu yang pertama menyampaikan duka melalui media sosial.
"Kami sangat berduka atas kepergian Pepe Mujica tercinta, contoh bagi Amerika Latin dan seluruh dunia karena kebijaksanaan, pandangannya yang jauh ke depan, dan kesederhanaannya," tulis Sheinbaum, dilansir Al Jazeera.
Presiden Chile Gabriel Boric juga turut mengenang sosok Mujica. Ia mengingat optimisme Mujica dan harapannya untuk dunia yang lebih baik. Sementara itu, Presiden Kolombia Gustavo Petro memberikan penghormatan sekaligus menyerukan persatuan yang lebih besar bagi negara-negara Amerika Latin.
Mujica dihormati sebagai simbol perjuangan terhadap kediktatoran di Amerika Latin. Meski kondisi kesehatannya memburuk, Mujica tetap aktif secara politik hingga akhir hayatnya dan mendukung kampanye Orsi pada pemilihan 2024.
2. Dari gerilyawan hingga menjadi presiden
Melansir The Guardian, Mujica memulai karirnya sebagai pimpinan kelompok gerilyawan Marxis Tupamaros pada tahun 1960-an. Kelompok ini awalnya terkenal karena merampok bank dan membagikan hasil rampasannya kepada masyarakat miskin. Seiring waktu, aktivitas Tupamaros meningkat menjadi penguasaan wilayah perkotaan, penculikan, bentrokan hingga pembunuhan.
Aktivitas politiknya membuat Mujica ditangkap beberapa kali. Ia menghabiskan hampir 15 tahun dalam penjara selama kediktatoran militer Uruguay tahun 1973-1985. Sebagian besar waktunya dihabiskan dalam sel isolasi dan mengalami berbagai bentuk penyiksaan, dilansir BBC.
"Tangan saya diikat ke belakang dengan kawat selama enam bulan, saya dibuang dari truk berhari-hari, tidak diizinkan ke toilet selama dua tahun, dan harus mandi hanya dengan wadah secangkir air," kata Mujica saat mengenang masa penjaranya, dikutip CNN.
Setelah Uruguay kembali ke demokrasi pada 1985, Mujica dibebaskan dan mulai terjun ke politik. Ia mendirikan Gerakan Partisipasi Populer (MPP) pada 1989 yang kemudian bergabung dengan koalisi sayap kiri Frente Amplio. Mujica akhirnya terpilih menjadi presiden Uruguay pada 2009 dan memimpin hingga 2015.
3. Dikenal dengan gaya hidup yang sederhana
Mujica dikenal dunia karena gaya hidupnya yang sangat sederhana saat menjabat presiden. Ia menolak tinggal di istana kepresidenan dan memilih tetap hidup di pertanian bunga kecil di pinggiran Montevideo bersama istrinya, Lucía Topolansky.
Ia juga biasa menyetir sendiri mobil Volkswagen Beetle biru tua keluaran 1987 miliknya. Mujica menyumbangkan sekitar 90 persen gajinya untuk badan amal dan media menjulukinya sebagai presiden termiskin di dunia.
"Saya bukan presiden miskin, orang miskin adalah yang selalu merasa kurang. Saya adalah presiden yang sederhana. Saya hanya butuh sedikit untuk hidup karena saya hidup seperti sebelum menjadi presiden. Saya hidup seperti kebanyakan rakyat saya," kata Mujica dalam wawancara dengan CNN pada 2014.
Di bawah kepemimpinannya, Uruguay melegalkan ganja rekreasi dan menjadi negara pertama di dunia yang melakukannya. Ia juga melegalkan pernikahan sesama jenis, memperluas hak aborsi, dan mendorong pengembangan energi terbarukan yang menjadikan Uruguay pelopor dalam isu iklim.