Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ini Isi Laporan Hasil Investigasi Awal Kecelakana Pesawat Jeju Air

Ilustrasi maskapai Jeju Air. (unsplash.com/Clark Gu)
Intinya sih...
  • Penyidik temukan bukti serangan burung pada mesin pesawat Jeju Air yang jatuh di Korea Selatan, menewaskan 179 orang.
  • Pesawat mendarat tanpa roda setelah menabrak burung, menyebabkan ledakan besar dan hanya 2 dari 181 penumpang selamat.
  • Ahli pertanyakan keberadaan tembok beton di ujung landasan pacu, Korea Selatan akan ganti dengan struktur lain yang mudah hancur.

Jakarta, IDN Times - Laporan investigasi awal kecelakaan pesawat Jeju Air yang dirilis pada Senin (27/1/2025). Penyidik mengatakan telah menemukan bukti adanya serangan burung terhadap pesawat yang mengalami kecelakaan di Korea Selatan pada Desember 2024, yang menewaskan 179 orang itu.

Menurut laporan itu, bulu dan noda darah yang ditemukan di kedua mesin pesawat Jeju Air berasal dari Baikal Teals, sejenis bebek migrasi yang terbang ke Korea Selatan pada musim dingin.

Namun, laporan itu tidak memberikan indikasi mengenai penyebab pesawat mendarat tanpa roda dan berhentinya perekaman data penerbangan 4 menit sebelum kecelakaan.

1. Pilot mengaku menabrak burung saat kejadian

Pada 29 Desember 2024, pesawat Jeju Air jenis Boeing 737-800 lepas landas dari Bangkok menuju Bandara Internasional Muan di Korea Selatan pada pagi hari.

Sekitar pukul 08:57 waktu setempat, 3 menit setelah pilot berkomunikasi dengan pihak bandara, menara pengawas menyarankan kru pesawat untuk berhati-hati terhadap aktivitas burung. Dua menit kemudian, pilot melaporkan bahwa pesawatnya telah menabrak seekor burung dan mengeluarkan sinyal mayday.

Pilot kemudian meminta izin untuk mendarat dari arah yang berlawanan, di mana pesawat mendarat tanpa roda pendaratan. Naas, burung besi itu melewati landasan pacu dan menabrak tembok beton di ujung landasan, sehingga menyebabkan ledakan besar. Dari total 181 penumpang dan awak pesawat, hanya 2 orang yang berhasil selamat.

2. Keberadaan tembok beton di ujung landasan dikritik oleh banyak pihak

Dilansir dari BBC, para ahli yang pernah menerbangkan pesawat sejenis juga mempertanyakan keberadaan tembok beton di ujung landasan pacu. Beberapa di antaranya berpendapat bahwa jumlah korban jiwa akan kemungkinan akan lebih sedikit jika tembok itu tidak ada.

Tembok tersebut menampung sistem navigasi yang membantu pendaratan pesawat, yang dikenal sebagai localiser. Kementerian transportasi Korea Selatan mengatakan bahwa sistem ini juga dapat ditemukan di bandara lain di negara tersebut dan juga di luar negeri.

Pekan lalu, pihak berwenang mengumumkan akan menyingkirkan tembok beton di bandara-bandara di seluruh negeri dan menggantinya dengan struktur lain yang mudah hancur.

3. Laporan tersebut telah dibagikan kepada ICAO dan negara produsen mesin pesawat

Menurut laporan tersebut, penyelidikan selanjutnya mencakup pembongkaran mesin, pemeriksaan komponen secara mendalam, analisis data penerbangan dan kontrol lalu lintas udara, serta penyelidikan terhadap tembok beton, localiser, dan bukti serangan burung.

"Semua kegiatan penyelidikan ini bertujuan menentukan penyebab kecelakaan secara akurat," demikian tulis laporan itu.

Dilansir dari Reuters, seorang pejabat pada Senin mengatakan bahwa Badan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api Korea Selatan telah membagikan laporan tersebut kepada Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), Thailand, Amerika Serikat (AS) dan Prancis, tempat pesawat dan produsen mesin tersebut berasal. 

Berdasarkan pedoman penerbangan internasional, penyelidik harus mengeluarkan laporan awal setelah 30 hari kecelakaan, dengan laporan akhir diharapkan terbit dalam waktu 1 tahun.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us