Israel Tolak Permintaan PBB untuk Izinkan Bahan Bakar Masuk ke Gaza

Jakarta, IDN Times - Militer Israel, pada Selasa (25/10/2023), menolak permintaan PBB untuk mengizinkan bahan bakar masuk ke Jalur Gaza. Mereka bahkan menyarankan badan tersebut untuk meminta pasokan bahan bakar yang dibutuhkan ke Hamas.
Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan bahwa mereka terpaksa menghentikan operasi bantuan di Jalur Gaza pada Rabu (25/10/2023) malam, jika bahan bakar tidak diizinkan masuk ke wilayah tersebut.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kemudian membalas peringatan tersebut, dengan mengatakan bahwa Hamas memiliki lebih dari 500 ribu liter bahan bakar yang tersimpan dalam tangki di Gaza.
“Tanyakan pada Hamas apakah Anda bisa mendapatkannya,” tulis IDF.
Juru bicara militer Israel Daniel Hagari menuding Hamas telah mencuri bensin dari UNRWA, dan mendesak kelompok itu untuk mengembalikannya.
"Bensin tidak akan masuk ke Gaza. Hamas mengambil bensin tersebut untuk infrastruktur militernya," tambahnya.
1. Washington anggap tindakan Israel sebagai hal wajar
Penyeberangan Rafah merupakan jalur utama masuk dan keluar Gaza yang tidak berbatasan dengan Israel. Daerah tersebut menjadi titik fokus penyaluran bantuan sejak Israel menutup total Gaza sebagai pembalasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober.
Meskipun ada beberapa pengiriman makanan, air dan obat-obatan yang terbatas sejak Sabtu (21/10/2023), namun sejauh ini tidak ada bahan bakar yang diizinkan masuk. Israel khawatir bahan bakar tersebut akan dialihkan ke Hamas.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, menilai kekhawatiran Israel sebagai hal yang wajar.
“Kami masih percaya, secara umum, bahwa bahan bakar harus bisa sampai ke masyarakat Gaza,” kata Kirby kepada wartawan.
2. Warga Gaza butuh lebih banyak bantuan segera
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengumpamakan pengiriman bantuan ke Gaza sebagai setetes bantuan di lautan yang membutuhkan. Sementara, Presiden AS Joe Biden menyebut pengiriman bantuan kemanusiaan melalui Rafah tidak cukup cepat.
Pejabat senior bantuan PBB, Lynn Hastings, mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa PBB masih memiliki truk berisi 400 ribu liter bahan bakar di Mesir yang siap dikirimkan. Jumlah itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga sekitar 2-1/2 hari lagi.
“Banyak orang meminum air tanah yang mengandung garam, sehingga meningkatkan risiko diare, kolera, dan masalah kesehatan lainnya. Kami mendesak Israel untuk mengembalikan pasokan air dan listrik kembali ke tingkat sebelum konflik dan bekerja sama dengan kami untuk menemukan cara yang aman untuk membawa bahan bakar ke Gaza," katanya, dilansir Reuters.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengungkapkan, enam rumah sakit di Jalur Gaza telah ditutup karena kekurangan bahan bakar.
3. Tenaga medis kewalahan tangani pasien
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, lebih dari 5.700 warga Palestina tewas dalam perang tersebut, termasuk sekitar 2.300 anak di bawah umur. Israel mengatakan pertempuran tersebut telah menewaskan lebih dari 1.400 orang di wilayahnya, sebagian besar adalah warga sipil yang terbunuh dalam serangan awal Hamas.
Sementara, jumlah korban tewas di Gaza terus bertambah dan pasokan bahan bakar berkurang, jumlah fasilitas untuk menangani para korban pun menyusut. Akibatnya, banyak korban luka terpaksa dibaringkan tanpa intervensi medis sederhana, dan yang lain harus menunggu berhari-hari untuk dioperasi karena ada banyak kasus kritis.
Tingginya jumlah korban membuat orang-orang terpaksa menggali dan menggunakan kembali lahan kuburan lama. Mereka bahkan menguburkan banyak jenazah sekaligus dalam satu liang.
“Ratusan jenazah berdatangan setiap hari. Kami menggunakan setiap inci yang kosong di kuburan,” kata Abdel Rahman Mohamed, sukarelawan yang membantu memindahkan jenazah ke pemakaman utama Khan Younis, dikutip Associated Press.