Jadi Ancaman Barat, Iran dan Rusia Bakal Teken Perjanjian Keamanan

- Iran dan Rusia akan menandatangani perjanjian keamanan dalam waktu dekat.
- Kedua negara telah menjadi kekhawatiran Barat karena terlibat dalam konflik besar di Ukraina dan Timur Tengah.
- Rusia juga menyepakati perjanjian keamanan serupa dengan Korea Utara pada Juni lalu, yang membuat AS khawatir.
Jakarta, IDN Times – Iran dan Rusia kini mempersiapkan sebuah perjanjian bilateral yang mencakup perjanjian keamanan dua negara. Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Lavrov, pada Kamis (31/10/2024) mengatakan keduanya akan menandatangani perjanjian tersebut dalam waktu dekat.
"Perjanjian tentang kemitraan strategis komprehensif antara Rusia dan Iran yang sedang dipersiapkan akan menjadi faktor serius dalam memperkuat hubungan Rusia-Iran," kata Lavrov dilansir Reuters.
Hubungan milter kedua negara telah menjadi kekhawatiran bagi Barat. Sebab dua konflik besar saat ini tengah melibatkan kedua negara tersebut. Rusia melancarkan perang di Ukraina, sementara Iran dan Israel saling melancarkan serangan rudal di Timur Tengah.
1. Akan diteken sebelum akhir tahun

Lavrov mengatakan, pihaknya memperkirakan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, akan mengunjungi Moskow sebelum akhir tahun untuk menandatangani perjanjian itu.
"Ini akan menegaskan keinginan kedua belah pihak untuk kerja sama yang lebih erat di bidang pertahanan dan interaksi demi kepentingan perdamaian dan keamanan di tingkat regional dan global," kata Lavrov. Ia tidak menyebutkan bentuk perjanjian keamanan yang akan diambil.
Sebelumnya, Rusia juga telah menyepakati perjanjian keamanan serupa dengan Korea Utara (Korut) pada Juni lalu. Korut yang telah menjadi musuh Amerika Serikat (AS) dikenal sangat dekat dengan Rusia.
Pyongyang belakangan ini bahkan diisukan mengirim 10 ribu pasukan ke Rusia untuk membantu dalam perang Ukraina. Kondisi itu dikhawatirkan memperluas skala konflik yang telah berlangsung hampir tiga tahun itu.
2. Kerja sama sudah sempat terjalin sebelumnya

Pada September, AS menuduh Teheran mengirimkan rudal balistik jarak dekat ke Rusia untuk digunakan melawan Ukraina. Washington kemudian menjatuhkan sanksi pada kapal dan perusahaan yang dikatakannya terlibat dalam pengiriman senjata tersebut.
Teheran membantah memberi Moskow rudal atau ribuan drone yang menurut pejabat Kiev dan Barat digunakan Rusia terhadap target militer dan untuk menghancurkan infrastruktur sipil, termasuk jaringan listrik Ukraina.
Kremlin menolak mengonfirmasi penerimaan rudal Iran tetapi mengakui bahwa kerja samanya dengan Iran mencakup hal yang paling sensitif. Muncul dugaan bahwa kerja sama militer kedua pihak telah terjalin sebelumnya.
3. Ancaman nyata bagi AS dan sekutunya

Terbentuknya hubungan antara Iran, Rusia, dan Korea Utara rupanya telah dikhawatirkan oleh sejumlah pengamat sebelumnya. Salah satu riset yang dilakukan oleh Christopher S. Chivvis dan Jack Keating di lembaga pemikir Carnegie Endownment mengungkap bahwa persekutuan ini akan membahayakan posisi AS dalam politik global.
“Kerja sama mereka juga memperumit taktik negara AS dengan menantang preferensinya terhadap tatanan dunia,” ungkap laporan penelitian Chivvis dan Keating di laman Carnegie Endownment.
Pola kerja sama keamanan tersebut akan menguntungkan banyak pihak dalam konflik yang kini sedang berlangsung. Misalnya Rusia yang semakin kuat, dan juga Iran, berkat dukungan negara lain.
“Drone dan rudal dari Iran, amunisi dari Korut, dan peralatan serbaguna, termasuk microchip senilai miliaran dolar dari China telah meningkatkan kapasitas Rusia untuk menyerang Ukraina,” tambahnya.
Tindakan pemerintah AS yang sarat akan kepentingan dalam situasi global memunculkan berbagai kritik dari berbagai negara. Adanya kesamaan nasib membuat negara-negara membentuk porosnya masing-masing.