Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kapal Riset China Diizinkan Berlabuh di Sri Lanka

Ilustrasi bendera Sri Lanka. (pexels.com/Oleksandr Pidvalnyi)

Jakarta, IDN Times - Kapal penelitian China, Shi Yan 6, tiba di pelabuhan Kolombo, Sri Lanka pada Rabu (25/10/2023). Juru bicara Kementerian Luar Negeri Sri Lanka, Kapila Fonseka, mengatakan bahwa kapal tersebut akan berlabuh hingga 28 Oktober. 

Kapal tersebut seharusnya melakukan penelitian dengan lembaga-lembaga negara Sri Lanka, namun Fonseka mengatakan izin diberikan hanya untuk pengisian ulang dan tidak ada penelitian yang akan dilakukan.

"Izin khususnya sangat jelas," ungkapnya, dikutip dari AP News.

1. Shi Yan 6 adalah kapal penelitian yang berekspedisi di Samudra Hindia

Kedatangan kapal sepanjang 90 meter tersebut menyusul kunjungan serupa yang dilakukan kapal penelitian Beijing tahun lalu. Menurut stasiun penyiaran pemerintah China, CGTN, Shi Yan 6 adalah kapal penelitian ilmiah geofisika yang sedang dalam perjalanan ekspedisi di wilayah timur Samudra Hindia.

"Diselenggarakan oleh Institut Oseanologi Laut China Selatan di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China, kapal tersebut dijadwalkan beroperasi di laut selama 80 hari, mencakup jangkauan lebih dari 12 ribu mil laut," kata CGTN.

Kapal itu mengangkut 60 orang untuk melakukan uji oseanografi, geologi, dan ekologi kelautan.

2. Kapal Yuang Wang 5 berlabuh di pelabuhan Hambantota tahun lalu

Pada 2022, kapal penelitian China, Yuang Wang 5, berlabuh di pelabuhan Hambantota, Sri Lanka. Kapal tersebut berspesialisasi dalam pelacakan pesawat ruang angkasa. 

Saat itu, India menyatakan keprihatinannya atas kunjungan kapal tersebut dan menggambarkan kapal Yuan Wang 5 sebagai kapal mata-mata. New Delhi curiga terhadap kehadiran Beijing di Samudera Hindia dan pengaruhnya di Sri Lanka, yang secara strategis terletak di tengah-tengah rute pelayaran internasional utama timur-barat dan memiliki rute pelayaran tersibuk di dunia.

Dilansir South China Morning Post, Hambantota merupakan sebuah pelabuhan di selatan Sri Lanka, yang dibangun perusahaan milik negara China setelah Kolombo tidak mampu membayar pinjaman sebesar 1,4 miliar dolar AS (sekitar Rp22,2 triliun) untuk infrastruktur proyek tersebut.

Perusahaan itu mendapat hak sewa selama 99 tahun dan digunakan untuk mengoperasikan terminal peti kemas.

3. Perihal utang Sri Lanka terhadap China

Bendera Tiongkok. (Unsplash.com/Macau Photo Agency)

Tahun lalu, Sri Lanka gagal membayar utang luar negerinya sebesar 46 miliar dolar AS (sekitar Rp732 triliun) dalam krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagian pinjamannya berasal dari China, yang digunakan untuk membangun proyek infrastruktur antara tahun 2005 dan 2015, The Straits Times melaporkan.

Beijing memiliki 52 persen utang bilateral Sri Lanka. Persetujuan negara tersebut sangat penting bagi upaya apa pun yang dilakukan Kolombo untuk merestrukturisasi utangnya.

Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe menghadiri forum Beijing pekan lalu untuk program insfrastruktur global 'Belt and Road Initiative' (BRI) China yang bernilai miliaran dolar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rahmah N
EditorRahmah N
Follow Us