Khawatir Perang di Ukraina, Sekjen PBB Desak Diplomasi Digencarkan

Jakarta, IDN Times - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan dirinya sangat khawatir soal peningkatan ketegangan soal Ukraina. Hal itu telah meningkatkan spekulasi bahwa konflik militer akan terjadi.
"Bahkan kemungkinan tentang konfrontasi yang membawa bencana seperti itu tidak bisa kita terima," kata Guterres kepada pers, Senin (14/2/2022), setelah makan siang dengan para duta besar negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB, dilansir ANTARA dari Reuters.
1. PBB minta pemimpin dunia gencarkan diplomasi, bukan konfrontasi

Guterres mendesak para pemimpin dunia untuk menggencarkan diplomasi guna menenangkan keadaan. Ia mengingatkan semua pihak untuk terus mengupayakan diplomasi, bukan konfrontasi, dalam mencari penyelesaian konflik.
"Ini permohonan saya: Jangan gagal dalam mewujudkan perdamaian," katanya.
Dia menekankan bahwa Piagam PBB mengamanatkan semua negara anggota agar "dalam hubungan internasional menahan diri untuk tidak melakukan ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap integritas wilayah atau kemerdekaan politik negara manapun."
2. Guterres sudah bicara dengan Rusia dan Ukraina secara terpisah

Sebelumnya, Guterres melakukan pembicaraan dengan menteri luar negeri Rusia dan Ukraina secara terpisah. Dia kemudian mengatakan kepada para wartawan bahwa dirinya akan tetap "menjalin kontak secara penuh dalam jam-jam dan hari-hari ke depan."
"Sekarang adalah waktunya untuk menurunkan ketegangan dan mengurangi pergerakan di lapangan. Tidak ada tempat bagi retorika panas. Pernyataan terbuka harus ditujukan untuk menurunkan ketegangan, bukan untuk mengobarkan," ujar Guterres.
PBB, seperti yang dikatakan juru bicaranya Stephane Dujarric pada Senin, tidak berencana mengevakuasi atau memindahkan satu pun anggota stafnya keluar dari Ukraina. Dujarric mengatakan ada lebih dari 1.600 anggota staf PBB yang bertugas di Ukraina. Sebanyak 220 dari mereka adalah warga negara asing dan lebih dari 1.400 merupakan warga Ukraina.
3. Ukraina minta bertemu Rusia

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, mengatakan ia mendengar kabar bahwa Rusia akan melakukan serangan pada Rabu (16/2/2022). Sedangkan Amerika Serikat mengatakan Moskow sedang meningkatkan kekuatan militernya.
Ukraina mendesak pertemuan dilakukan dengan Rusia di bawah payung OSCE (Organization for Security and Co-operation in Europe). Ukraina meminta pertemuan segera dilakukan dalam waktu 48 jam. Kiev meminta Moskow untuk memberikan transparansi aktivitas militer tentang niatnya di sekitar perbatasan Ukraina.
Meski telah meningkatkan eskalasi militer di dekat perbatasannya, Rusia memberi isyarat untuk terus melakukan dialog dengan negara-negara Barat dalam upaya meredakan krisis keamanan.