Korban Kejahatan Seksual Digital di Korsel Capai 10 Ribu Orang

Jakarta, IDN Times - Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga Korea Selatan (Korsel) melaporkan bahwa sebanyak 10.305 orang pada 2023 mencari bantuan pemerintah untuk menangani kejahatan seksual digital.
Angka tersebut naik 14,7 persen dari tahun sebelumnya, dan menandai jumlah kasus tertinggi sejak didirikannya Pusat Dukungan Korban Kejahatan Seksual Digital pada 2018. Para perempuan muda dan remaja semakin menjadi sasaran pelaku yang sering kali tidak mereka kenal.
Dukungan yang diberikan pemerintah pun meliputi di sektor konseling dan bantuan penghapusan konten. Serta, rujukan untuk bantuan hukum, medis, dan investigasi. Materi ilegal yang dihapus melebihi 300 ribu konten untuk pertama kalinya, naik 22,3 persen dari tahun ke tahun, dilansir Korea Herald pada Jumat (11/4/2025).
1. Jumlah kasus penyalahgunaan AI meningkat drastis

Sebagian besar korban dari kejahatan tersebut berusia belasan dan 20-an tahun, dengan lonjakan tajam dalam penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI) untuk menghasilkan deepfake yang mendorong peningkatan tersebut.
Deepfake adalah video, gambar atau klip video yang dibuat dengan AI agar tampak nyata, dengan meniru suara dan fitur wajah seseorang.
Remaja menyumbang 27,9 persen dari total korban, naik dari 17,8 persen pada 2022. Sementara, korban berusia 20-an mencapai 50,2 persen, meningkat tajam dari 18,2 persen.
"Pihak berwenang meyakini bahwa jumlah korban remaja yang sebenarnya mungkin lebih tinggi karena kurangnya pelaporan. Remaja sangat rentan. Sebab, mereka kerap menggunakan media sosial dan platform digital," kata seorang pejabat kementerian.
2. Bentuk kerugian dari kejahatan terkait AI dan deepfake
Sekitar 1.384 kasus seputar pornografi dilaporkan pada 2023, naik 227,2 persen dari 423 kasus pada tahun sebelumnya. Sebanyak 92,6 persen korban deepfake berusia di bawah 30 tahun. Laporan mengenai perekaman ilegal juga meningkat dari 2.927 menjadi 4.182 kasus selama periode yang sama.
Korea JoongAng Daily melaporkan, bentuk kerugian yang paling umum dari kejahatan tersebut adalah distribution anxiety atau distribusi tingkat kecemasan, yang menyumbang 25,9 persen dari kasus yang dilaporkan. Lalu, diikuti oleh perekaman ilegal, penyebaran konten, dan pemerasan.
Distribution anxiety mengacu pada korban yang takut bahwa video, sering kali tentang aktivitas seksual konsensual di masa lalu, mungin bocor. Hal ini mendorong mereka untuk mencari dukungan pemantauan dan penghapusan.
Di antara perempuan, distribusi tingkat kecemasan adalah yang paling umum terjadi. Sementara, laki-laki lebih sering menjadi korban perekaman ilegal.
3. Upaya Korsel merespons kejahatan seksual digital

Kementerian Gender khawatir dengan semakin mudahnya mengakses alat AI yang dapat membuat konten sintetis eksplisit yang menargetkan anak di bawah umur. Para pejabat memperingatkan bahwa seiring sistem AI menjadi lebih personal melalui akumulasi data, skala dan kecanggihan kejahatan seksual digital kemungkinan akan meningkat.
Sebagai respons atas isu tersebut, Korsel berencana untuk meninjau kasus-kasus terkini. Pihaknya juga akan bekerja sama dengan operator platform untuk menerapkan tindakan yang lebih kuat, guna memerangi kejahatan seksual digital dan melindungi pengguna yang rentan.
Mulai 17 April, saat revisi Undang-Undang Pencegahan Kekerasan Seksual mulai berlaku, dukungan akan diperluas hingga mencakup penghapusan informasi identitas pribadi, selain gambar terlarang, sebagai upaya mengurangi viktimisasi sekunder.