Korea Utara Ingatkan NATO Konsekuensi Hina Relasinya dengan Rusia

Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri Korea Utara (Korut), pada Minggu (6/10/2024), membantah kritikan NATO terkait hubungannya dengan Rusia. Pihaknya pun memperingatkan akan ada konsekuensi besar terhadap aliansi pimpinan Amerika Serikat (AS) tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, Korut disebut mengirimkan peluru kendali ke Rusia untuk kepentingan perangnya di Ukraina. Bahkan, Direktorat Intelijen Militer Ukraina (HUR) menyebut Pyongyang sudah mengirimkan persenjataan dan amunisi dalam jumlah besar.
1. Sebut NATO mengganggu kedaulatan negaranya

Korut membantah pernyataan NATO yang menudingnya memperkeruh dan memperpanjang perang Rusia-Ukraina. Selain menuding Korut, NATO juga mengklaim Iran ikut andil membantu perang Rusia di Ukraina.
"Pernyataan NATO terbaru ini tidak beralasan dan kami mengecamnya. Ini adalah kerja sama independen antara dua negara berdaulat, termasuk di antaranya adalah Republik Rakyat Demokratik Korea (RRDK)," terangnya, dikutip The Kyiv Independent.
"Jika NATO terus melanjutkan langkahnya untuk merusak harga diri, kedaulatan, keamanan, dan kepentingan Korut. Ini berarti NATO secara buta mengikuti perintah AS dan bertanggung jawab terhadap konsekuensi tragis yang menyertainya," sambungnya.
2. Tentara Korut di Donetsk tewas terkena misil
Pada Jumat (4/10/2024), HUR menyebut lebih dari 20 tentara tewas dalam serangan misil yang mengenai area okupansi Rusia di Donetsk. Dari puluhan korban, enam di antaranya adalah petugas dari Korut yang ditugaskan area dudukan Rusia di Ukraina.
"Korut didatangkan ke garis depan sebagai bentuk pertukaran pengalaman dengan tentara Rusia. Tentara Korut tersebut belajar bagaimana Rusia mempersiapkan serangan dan pertahanan, serta apa yang dilakukan ketika misil diluncurkan," tuturnya, dilansir Interfax.
Pihaknya menambahkan, kedatangan kontingen militer asal Korut ini adalah sebagai bagian dari kerja sama baik antara Rusia-Korut dalam beberapa bulan terakhir. Kontingen itu juga termasuk pasukan khusus untuk memperbaiki mesin.
Di samping mengirimkan personel militer, Rusia juga berencana menerjunkan pekerja sipil dari Korut di Donetsk dan Luhansk untuk bekerja di bidang konstruksi.
3. Korut mengklaim bantuan militer AS ke Ukraina adalah kesalahan

Pekan lalu, adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong mengklaim pengiriman bantuan militer dari AS ke Ukraina sebesar 8 miliar dolar AS (Rp125,9 miliar) adalah kesalahan besar. Pyongyang juga menyebut AS bermain api melawan negara adidaya, seperti Rusia.
"AS dan Barat seharusnya tidak meremehkan peringatan serius dari Rusia. Apakah AS dan Barat benar-benar mampu menangani konsekuensi besar seperti yang mereka lakukan dalam melawan Rusia, yang merupakan sebuah negara adidaya nuklir?" ungkap Yo Jong, dilansir Reuters.
Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan Rusia-Korut semakin erat. Presiden Rusia Vladimir Putin sudah bertemu dengan Kim Jong Un sebanyak dua kali. Keduanya sudah menyetujui kerja sama strategis, termasuk kerja sama pertahanan.