Korut Kembali Luncurkan Rudal Balistik, Ini Respons Korsel-Jepang

Jakarta, IDN Times - Jepang mengutuk keras peluncuran tiga rudal balistik jarak pendek (SRBM) terbaru Korea Utara (Korut) pada Senin (18/3/2024), yang kemungkinan jatuh di luar zona ekonomi eksklusif Jepang yang mendorong Negeri Sakura mengajukan protes keras.
Pyongyang menembakkan dua rudal sekitar pukul 07.44 dan satu rudal sekitar pukul 08.21 ke laut lepas pantai timur Semenanjung Korea, dengan masing-masing rudal terbang sekitar 350 kilometer pada ketinggian maksimum sekitar 50 km.
"Jepang mengutuk keras peluncuran rudal balistik terbaru, yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB," kata Perdana Menteri Fumio Kishida, menambahkan bahwa serangkaian tindakan Korut mengancam perdamaian dan keamanan Jepang, kawasan, komunitas internasional, dan itu sama sekali tidak dapat diterima, dikutip dari Kyodo News.
Kishida juga mengatakan tidak ada laporan kerusakan pada kapal atau pesawat Jepang, setelah peluncuran tersebut.
1. Korsel bersama Jepang dan AS sedang menganalisis peluncuran rudal tersebut
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (Korsel) mengatakan, otoritas militer Seoul sedang menganalisis rincian peluncuran rudal tersebut dengan rekan-rekan mereka di Amerika Serikat (AS) dan Jepang.
Di sisi lain, Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa yakin Pyongyang mungkin akan meningkatkan agresi menjelang pemilihan umum Korsel dan pemilihan presiden AS.
"Risiko provokasi dan dunia maya dari Korut sangat tinggi sepanjang tahun, diharapkan terjadi fluiditas politik yang lebih besar secara internasional. Provokasi tersebut diperkirakan akan semakin sering dan agresif seiring berjalannya waktu," kata Park Jeong-ha, juru bicara ketua partai tersebut.
Sementara itu, oposisi utama Partai Demokrat Korea mendesak pemerintahan Presiden Yoon Suk Yeol untuk kembali ke kebijakan dialog dengan Pyongyang.
Menurutnya, kebijakan garis keras Yoon ke Korut meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea. Tidak akan ada perdamaian, kecuali Korsel melakukan upaya untuk membawa Pyongyang kembali ke meja perundingan.
Di saat yang sama, partai tersebut mengecam peluncuran SRBM sebagai provokasi militer yang jelas-jelas tidak dapat dibenarkan dalam konteks apa pun. Disebutkan, jika Korut mempunyai keinginan untuk menjadi bagian dari komunitas internasional, mereka harus menghentikan tindakan militernya yang hanya mengisolasi dirinya dari dunia luar.
2. Korut ingin menunjukkan kekuatan militernya

Beberapa pengamat mengatakan, Korut ingin menunjukkan kekuatan militernya dengan menembakkan rudal balistik.
Menurut Yang Uk, peneliti di Asan Institute of Policy Studies di Seoul, Korut mungkin telah menahan diri dari agresi selama sebulan terakhir mengingat peristiwa politik di China dan Rusia, seperti sidang pleno tahunan dan pemilihan presiden di Moskow.
"Korut mungkin akan mulai meningkatkan provokasi mulai sekarang. Negara tersebut memilih rudal balistik jarak pendek dibandingkan rudal balistik jarak jauh karena mempertimbangkan kemungkinan pertemuan puncak dengan Tokyo," sambungnya, dikutip dari Korea Herald.
Ini merujuk pada berita baru-baru ini bahwa Pyongyang sedang berusaha untuk bertemu dengan Tokyo.
Peluncuran rudal balistik terakhir Korut adalah pada 14 Januari dan melibatkan rudal jelajah baru ke arah laut Semenanjung Korea.
3. Peluncuran SRBM dilakukan ketika Menlu AS mengunjungi Korsel

Penembakan rudal Korut awal pekan ini dilakukan ketika Menteri Luar Negeri (Menlu) AS, Antony Blinken, berada di Seoul untuk menghadiri KTT Demokrasi (Summit for Democracy) ke-3 yang diselenggarakan oleh Presiden Korsel. Pertemuan yang akan berlangsung dari 18-20 Maret 2024 ini dirancang guna menyatukan negara-negara demokratis.
Pada Kamis, Korsel-AS menyelesaikan latihan militer tahunan besar-besaran yang bertujuan untuk menetralisir ancaman nuklir dan rudal Pyongyang dengan menggunakan kekuatan darat, laut, udara, dunia maya, dan ruang angkasa.