Krisis Demokrasi Belarus Ancam Etnis Minoritas Polandia

Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri Polandia, pada Minggu (12/11/2023), mengecam Belarus di bawah rezim Presiden Alexander Lukashenko setelah 3 tahun tewasnya aktivis oposisi Raman Bandarenka. Ia adalah salah satu oposisi yang diduga tewas dipukuli aparat keamanan pada 2020.
Pada 2021, Kejaksaan Belarus telah menangguhkan penyelidikan atas Bandarenka, karena kurangnya informasi dan bukti soal pelaku. Sampai sekarang, masih belum diketahui secara pasti siapa pelaku pembunuhan terhadap aktivis tersebut.
1. Polandia kecam impunitas Belarus
Polandia menyebut impunitas yang terjadi di Belarus kepada pelaku pembunuhan aktivis berusia 31 tahun itu sebagai bentuk ketidakbebasan dan penekanan di negara Eropa Timur tersebut.
"Pembunuhan pemuda tak bersalah berusia 31 tahun itu dan impunitas terhadap pelaku pembunhannya adalah simbol dari otoritas Belarus saat ini terhadap negaranya sendiri dan aspirasi kehidupan dengan harga diri sebagai sebuah negara bebas," tulis Kemlu Polandia, dikutip The First News.
Warsawa menyebut bahwa 12 November adalah salah satu dari hari tragis dalam sejarah negara tetangga kami. Pasalnya, terdapat ribuan warga Belarus tak bersalah yang ditahan dan ratusan ribu orang terpaksa mengungsi ke luar negeri untuk menghindari persekusi.
Bandarenka dilaporkan tewas di rumah sakit pada tanggal 12 November petang, setelah dilaporkan dipukuli oleh aparat keamanan Belarus yang membubarkan demonstran dengan kekerasan.
2. Warsawa sebut rezim Lukashenko berdampak pada etnis Polandia
Kemlu Polandia mengatakan, tekanan di Belarus dilakukan secara sistematis dan sudah menyebar luas. Pihaknya pun mengecam aksi tersebut karena berdampak pada minoritas etnis Polandia di Belarus.
"Kami selalu berharap otoritas Minsk membebaskan semua tahanan politik dan membangun dialog terbuka dengan publik, untuk menciptakan transformasi demokrasi yang sesuai dengan aspirasi rakyat Belarus dan mempertahankan kemerdekaan suatu negara," terangnya.
"Kami mengungkapkan penghormatan terhadap sikap demokrasi dan berharap mayoritas masyarakat Belarus, serta kemerdekaan tokoh budaya, jurnalis, dan politikus. Kami mendengar dan paham kebebasan di Belarus sebagai bentuk kepemilikan terhadap negara dan sejarah Eropa, serta meningkatkan keeratan di dalam Eropa," tambahnya.
3. Borrell menyuarakan solidaritas terhadap Belarus
Perwakilan Tinggi urusan Luar Negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell, menyuarakan solidaritas terhadap rakyat Belarus atas tewasnya Raman Bandarenka.
"Hari ini, kami menyuarakan Hari Solidaritas Internasional dengan Belarus dalam mengenang Raman Bandarenka yang dipukuli secara brutal oleh aparat keamanan dan tewas pada 12 November 2020. Kematiannya tidak diinvestigasi dan tidak ada jeratan hukum bagi pelakunya," terang Borrell, dilansir Infobae.
Sampai saat ini, UE menduga terdapat kecurangan dalam pemilihan presiden di Belarus pada 2020 yang dimenangkan kembali oleh Lukashenko. Brussels juga melihat buruknya situasi hak asasi manusia (HAM) di Belarus yang semakin memburuk.
Sejauh ini, rezim Lukashenko sudah menangkap lebih dari 40 ribu aktivis oposisi usai demonstrasi akbar pada 2020. Terdapat 12 ribu orang yang terjerat kasus kriminal yang dilatarbelakangi motif politik dan sudah menghukum 1.500 tahanan politik.