Makin Tegang, Pemimpin Korut Sebut Ancaman Nuklir AS Meningkat

- Kim Jong Un soroti risiko konflik dengan Barat terkait ancaman nuklir AS yang meningkat terhadap Korut
- Kunjungan ke pangkalan rudal untuk memeriksa kesiapan pencegahan strategis dari serangan luar dan modernisasi angkatan bersenjata
- Pengiriman pasukan Korut ke Rusia, dikonfirmasi oleh Korsel dan AS, menimbulkan ketegangan antara kedua negara serta Ukraina
Jakarta, IDN Times – Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong Un, menyoroti risiko konflik dengan Barat. Dalam sebuah kunjungan ke pangkalan rudalnya, Kim mengatakan bahwa ancaman nuklir Amerika Serikat (AS) kini terus meningkat.
”Persenjataan nuklir strategis AS menimbulkan ancaman yang terus meningkat terhadap keamanan Korut yang menuntut Pyongyang untuk mempertahankan sikap penanggulangan yang ketat terhadap kekuatan nuklir,” katanya sebagaimana dimuat KCNA, Rabu (23/10/2024), dilansir Reuters.
Kim mengunjungi pangkalan rudalnya untuk memeriksa kesiapan pencegahan strategis jika sewaktu-waktu Korut mendapat serangan dari luar. Kunjungan itu juga dilakukan di tengah memanasnya hubungan Korut dengan Korea Selatan (Korsel) terkait isu pengiriman pasukan ke Rusia.
1. Kim serukan modernisasi angkatan bersenjata

Laporan Reuters menyebut, Kim juga menyerukan modernisasi untuk angkatan bersenjatanya. Namun ia memprioritaskan pada rudal strategis di masa depan.
”Ini adalah prinsip penting dari strategi membangun pertahanan nasional," katanya.
Dalam kunjungannya itu, ia ditemani oleh saudara perempuannya yang berkuasa, Kim Yo Jong, dan wakil direktur departemen pertama Komite Sentral Partai Pekerja Korea, Kim Jong Sik.
Foto-foto yang dirilis KCNA menunjukkan Kim mengenakan mantel kulit sedang memeriksa pangkalan rudal.
2. Korut kirim tiga ribu pasukan ke Rusia

Isu pengiriman pasukan Korut untuk membantu Rusia dalam perangnya melawan Ukraina belakangan ini menguat. Isu tersebut kemudian menimbulkan ketegangan antara Korut dan Korsel. Seoul menuduh tetangganya itu akan mengirim 10 ribu pasukan.
Pada Rabu, unit intelijen Korsel dan Amerika Serikat (AS) mengonfirmasi pengiriman pasukan tersebut. Dilaporkan bahwa ada tiga ribu pasukan yang kini tengah dimobilisasi ke Rusia.
“Ada bukti adanya pasukan DPRK di Rusia,” kata Menteri Pertahanan Lloyd Austin kepada wartawan di Roma, dilansir NBC News.
Austin menambahkan bahwa mereka masih mencermati upaya pengiriman tersebut. Ia menyebut tindakan tersebut merupakan alarm berbahaya yang harus ditanggapi secara serius.
3. Korsel siap kirim senjata ofensif untuk bantu Ukraina

Adapun Ukraina kini juga sedang memantai dengan cermat kerja sama antara Korut dan Korsel tersebut. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, pada Selasa mengatakan bahwa dua unit pasukan Korut yang masing-masing berjumlah 6 ribu orang sedang dilatih untuk ditempatkan.
"Ini merupakan tantangan, tetapi kita tahu bagaimana menanggapi tantangan ini. Penting bagi mitra untuk tidak menghindar dari tantangan ini juga," katanya dalam pidato video malam harinya.
Kepala Direktorat Intelijen Utama Ukraina, Letnan Jenderal Kyrylo Budanov, mengatakan bahwa pasukan Korut dapat tiba paling cepat pada Rabu di wilayah Kursk Rusia. Di tempat itu pasukan Ukraina melancarkan serangan pada Agustus.
Sementara Korsel telah memanggil duta besar Rusia pada Senin untuk menuntut penarikan pasukan Korut dari Rusia. Seoul yang selama ini hanya memasok bantuan non-mematikan untuk Ukraina kini berniat untuk mengirimkan senjata ofensif ke negara tersebut.