Rusia-Korut Makin Mesra, Korsel Ancam Kirim Senjata ke Ukraina

Jakarta, IDN Times – Korea Selatan (Korsel) menyikapi serius kerja sama antara Rusia dan Korea Utara (Korut) dalam konflik Ukraina. Di tengah memanasnya isu pengiriman pasukan Korut ke Rusia, Korsel berjanji akan membalas dengan mengirim senjata ke Ukraina.
Seoul mengatakan bahwa kerja sama antara Moskow dan Pyongyang telah menimbulkan ancaman internasional. Pejabat anonim itu juga mengatakan akan segera mengambil tindakan lanjutan.
"Kami akan mempertimbangkan untuk memasok senjata untuk tujuan defensif sebagai bagian dari skenario langkah demi langkah. Jika tampaknya hal itu terlalu berlebihan, kami mungkin juga mempertimbangkan penggunaan ofensif," kata pejabat itu pada Selasa (22/10/2024), dilansir Al Jazeera.
Sebelumnya, Seoul telah mendapat tekanan dari beberapa negara Barat dan Kiev untuk menyediakan senjata mematikan kepada Ukraina. Tetapi langkah itu masih tertahan di mana Korsel berfokus pada bantuan non-mematikan, termasuk peralatan penjinakan ranjau dan alat kesehatan.
1. Sebanyak 10 ribu pasukan akan dikirim untuk bantu Rusia dalam konflik dengan Ukraina
Sebelumnya, presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuduh Korut memasok 10 ribu pasukan ke Rusia untuk membantunya dalam konflik.
Duta Besar Ukraina untuk PBB, Sergiy Kyslytsya, mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa pasukan ini dikerahkan untuk serangan pada bulan depan.
"Pasukan ini diharapkan siap berperang melawan Ukraina pada tanggal 1 November," katanya, dilansir Reuters.
Badan mata-mata Korsel juga telah mengafirmasi laporan tersebut. Disebutkan bahwa sebanyak 1.500 pasukan telah dikirim ke wilayah Rusia untuk diberikan pelatihan.
Duta besar Inggris untuk PBB Barbara Woodward juga mengatakan, pengiriman pasukan tersebut bukanlah hal yang mustahil. Korut kemungkinan dijanjikan balasan yang sangat besar dari mitranya itu.
"Tampaknya semakin sulit Presiden Rusia Vladimir Putin merekrut orang Rusia untuk dijadikan umpan meriam, semakin besar keinginannya untuk mengandalkan Korut dalam perang ilegalnya," katanya.
Duta Besar Korea Selatan untuk PBB, Joonkook Hwang, telah memperingatkan Dewan Keamanan PBB terkait transfer pasukan tersebut. Yang ditakutkan oleh Korsel adalah imbalan yang diberikan oleh Rusia bisa berupa bantuan militer atau keuangan, atau bisa juga berupa teknologi terkait senjata nuklir.
2. Korut tepis rumor tersebut

Pemerintah Korut menepis tuduhan tersebut. Mereka menganggap isu yang beredar hanya rumor yang tak berdasar.
"Sehubungan dengan apa yang disebut kerja sama militer dengan Rusia, delegasi saya tidak merasa perlu mengomentari rumor yang tidak berdasar dan stereotip tersebut," kata seorang perwakilan Korut dalam sebuah pertemuan komite selama Majelis Umum PBB.
Kremlin juga menolak untuk berkomentar terkait pengiriman pasukan. Juru bicara, Dmitry Peskov, mengatakan kerja sama Moskow dengan Pyongyang tidak ditujukan terhadap negara ketiga.
“Negara-negara Barat menjadi terganggu dengan menyebarkan ketakutan dengan momok Iran, Cina, dan Korea, yang masing-masing lebih tidak masuk akal daripada sebelumnya," kata Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia.
Korsel juga telah memanggil Duta Besar Rusia setelah munculnya tuduhan pengiriman pasukan tersebut.
3. Pasukan kemungkinan akan digunakan di garis depan

Dilansir dari BBC, beberapa pakar menilai keterlibatan pasukan Korut dalam perang Rusia dan Ukraina kemungkinan akan memperumit perang. Keikutsertaan Korut dikhawatirkan membuat skala konflik ini lebih meluas ke depannya.
Namun di samping itu, para pakar juga yakin bahwa menggunakan pasukan Korut di Rusia akan lebih sulit. Kendala bahasa dan minimnya pengalaman tempur pasukan Korut akan lebih menyulitkan Rusia.
Editor Ukraina Defence Express, Valeriy Ryabykh, mengatakan tentara Korut kemungkinan dapat diminta untuk menjaga bagian perbatasan Rusia-Ukraina. Hal ini akan membebaskan unit Rusia untuk bertempur di tempat lain.
"Saya mengesampingkan kemungkinan bahwa unit-unit ini akan segera muncul di garis depan," katanya.