Maskapai Emirates Larang Penumpang Bawa Pager ke Pesawat

Jakarta, IDN Times – Maskapai penerbangan asal Uni Emirat Arab, Emirates, melarang penumpangnya untuk membawa alat komunikasi pager dan walkie talkie dalam penerbangan. Larangan ditetapkan setelah ledakan kedua alat komunikasi tersebut di Lebanon pada pertengan September.
"Semua penumpang yang bepergian ke, dari, atau melalui Dubai dilarang membawa pager dan walkie-talkie di bagasi terdaftar atau bagasi kabin," kata maskapai itu dalam sebuah pernyataan pada Jumat (4/10/2024), dilansir Reuters.
Pernyataan itu menambahkan bahwa barang terlarang apa pun yang ditemukan akan disita oleh Kepolisian Dubai sebagai bagian dari langkah-langkah keamanan yang lebih ketat.
1. Penangguhan penerbangan ke sejumlah negara kawasan
Ketegangan di kawasan yang terjadi belakangan ini juga membuat maskapai tersebut menunda semua penerbangan ke Iran dan Irak hingga Selasa. Adapun penerbangan ke Yordania akan dibuka kembali pada Minggu.
Maskapai penerbangan terbesar di Timur Tengah itu mengungkap bahwa penerbangan ke Lebanon akan ditangguhkan hingga 15 Oktober. Hal ini dilakukan karena meningkatnya serangan Israel terhadap Hizbullah, termasuk serangan di dekat bandara Beirut.
Beberapa maskapai penerbangan lain juga telah menangguhkan penerbangan ke Beirut dan bandara regional lainnya di tengah meningkatnya ketegangan.
2. Konflik Israel-Hizbullah dan ledakan pager

Ketegangan antara Israel dan Hizbullah semakin memuncak setelah terjadinya ledakan pager pada 17 September lalu dan disusul oleh ledakan walkie talkie sehari setelahnya. Insiden ini melukai 3 ribu orang di Lebanon.
Dilansir The Guardian, ledakan ini terjadi serentak di seluruh Lebanon dan Suriah. Pager yang meledak diduga sengaja menyasar anggota Hizbullah. Setidaknya sembilan orang tewas dalam serangan itu.
Adapun dalang di balik serangan itu adalah Israel. Hizbullah telah bersumpah untuk membalas Israel. Kelompok itu mengatakan dua pejuangnya termasuk di antara yang tewas dan mengancam akan memberikan hukuman yang setimpal.
3. Konflik semakin meluas

Konflik Hizbullah dan Israel terjadi pada 8 Oktober tahun lalu, sehari setelah Hamas melancarkan serangan ke Israel. Petinggi Hizbullah mengatakan, serangan mereka merupakan wujudu kepedulian terhadap perjuangan rakyat Palestina. Untuk menghentikan konflik, Hizbullah mendesak Israel untuk menyetujui gencatan senjata di Gaza terlebih dahulu.
Dilansir Hindustan Times, kini Lebanon pun tak lepas dari sasaran Israel. Pada 27 September, pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, tewas dalam sebuah serangan Israel di Beirut. Serangan ini menjadi pukulan telak bagi Hizbullah.
Iran memutuskan untuk menyerang Israel pada 1 Oktober lalu. Serangan disebut untuk membalas kematian Nasrallah dan Pemimpin Politik Hamas, Ismail Haniyeh, yang tewas dibunuh oleh Israel di Teheran pada pertengahan tahun ini.
Serangan terbaru Iran ke Israel juga kini menjadi pemicu konflik lanjutan di kawasan. Eskalasi konflik semakin meningkat. Israel kini berencana untuk melancarkan serangan balasan ke Iran.