Menlu G7 Bertemu di Kanada, Bahas China hingga Ukraina

- G7 membahas perang di Ukraina dan hubungan dengan China di Indo-Pasifik
- Amerika Serikat setuju untuk melanjutkan bantuan militer dan intelijen dengan Ukraina
Jakarta, IDN Times - Para menteri luar negeri kelompok G7 berkumpul di resor kecil di Kanada. Mereka membahas berbagai masalah global seperti perang di Ukraina hingga cara menghadapi kekuatan China di Indo-Pasifik.
Para diplomat dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat, ditambah Uni Eropa, secara resmi memulai pembicaraan di La Malbaie, Quebec, pada Kamis (13/3/2025). Pertemuan ini dilakukan hanya dua hari setelah Amerika Serikat setuju untuk melanjutkan bantuan militer dan pembagian intelijen dengan Ukraina.
Pada malam menjelang pembicaraan G7, hampir semua peserta berkumpul untuk resepsi penyambutan di kota tersebut. Mereka bertemu untuk pertama kalinya sejak Presiden AS Donald Trump kembali menjabat pada 20 Januari lalu.
1. Menlu Rubio wakili AS

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, melakukan perjalanan dari Arab Saudi. Ia langsung terbang usai melakukan pertemuan dengan para pejabat senior Ukraina.
Dalam pertemuan itu, Rubio mengatakan, Ukraina siap menerima usulan pemerintahan Trump untuk gencatan senjata segera selama 30 hari dalam perang melawan Rusia yang diluncurkan pada Februari 2022.
Kesepakatan antara Amerika Serikat dan Ukraina setelah pembicaraan selama berjam-jam pada Selasa itu disambut baik oleh negara-negara G7 lainnya.
Hal itu juga membawa momentum baru bagi proses perdamaian baru yang sempat goyah hampir dua pekan sebelumnya. Saat itu, Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berselisih di Gedung Putih di depan media.
2. Menunggu keputusan Rusia

Gencatan senjata yang diusulkan sekarang membutuhkan persetujuan dari Rusia dengan Trump. Pejabat pemerintahan AS mengatakan, terserah Kremlin untuk menunjukkan bahwa mereka ingin menuju ke arah yang sama.
Rubio mengatakan, kepada jurnalis sebelum tiba di Kanada bahwa Rusia mungkin memproses berita tersebut sama seperti negara-negara lain di dunia.
“Jadi kami berharap mendapat jawaban positif dari mereka. Keputusan ada di tangan mereka,” ucap dia.
3. G7 Bahas China, Indo-Pasifik, dan Timur Tengah

Para menteri akan mengadakan sesi tentang berbagai topik termasuk masa depan Ukraina dan Eropa, China, dan Indo-Pasifik, keamanan maritim, serta peran kelompok tersebut di Timur Tengah.
Sebelum meninggalkan Tokyo, Menteri Luar Negeri Jepang, Takeshi Iwaya, mengatakan bahwa ia akan melakukan yang terbaik untuk memastikan persatuan dan kerja sama G7.
Dikutip dari Kyodo, Iwaya menekankan, kelompok tersebut telah lama berbagi nilai-nilai universal seperti demokrasi dan tujuan bersama untuk mewujudkan tatanan internasional yang bebas dan terbuka, serta mereka tidak dapat membiarkan keretakan terbentuk di saat situasi internasional sedang berubah.
Mengingat bahwa Jepang adalah satu-satunya negara peserta dari Asia, Iwaya juga mengatakan, akan sangat penting baginya untuk memberikan perspektif Indo-Pasifik.
Pada Jumat, sebelum mengakhiri pertemuan mereka, para menteri akan bertukar pandangan tentang tantangan yang ditimbulkan oleh negara-negara seperti China, Iran, dan Korea Utara, serta kerja sama untuk perdamaian di Afrika.
Para menteri G7 bermaksud untuk mengeluarkan pernyataan bersama yang akan menyoroti dukungan mereka terhadap upaya yang sedang berlangsung yang dipimpin AS untuk menghentikan perang di Ukraina.
“Dan komitmen mereka terhadap Indo-Pasifik yang bebas, terbuka, dan aman, sambil menyuarakan penentangan terhadap segala upaya untuk secara sepihak mengubah status quo di wilayah tersebut dan di tempat lain,” kata para pejabat.