Minta Naik Gaji, Imigran Kongo Dipukuli Hingga Tewas di Brasil

Jakarta, IDN Times - Seorang imigran asal Republik Demokratik Kongo tewas dibunuh oleh beberapa orang di Rio de Janeiro, Brasil pada Senin (24/1/2022). Berdasarkan keterangan dari aparat keamanan setempat, pemuda itu ditemukan tewas setelah dipukuli.
Kabar kematian imigran bernama Moise Kabagambe itu turut menuai protes dan kecaman dari masyarakat Brasil. Bahkan, kematian Kabagambe telah menghebohkan media sosial setelah video penyiksaannya tersebar luas.
1. Insiden bermula ketika Kabagambe meminta menagih gajinya
Kabagambe diketahui meninggal di dekat sebuah kios tempatnya bekerja, Tropicália yang terletak di Barra da Tijuca, Rio de Janeiro. Namun, insiden ini diketahui akibat Kabagambe meminta bosnya untuk membayar gaji yang terlambat dibayarkan.
Menurut keluarganya, Kagabambe menginginkan bayaran sebesar 28 dolar AS (Rp402.500) untuk dua hari bekerja di kios tersebut. Tak berselang lama, ia beradu mulut dengan bosnya, kemudian beberapa orang datang dan memukulinya hingga tergeletak tak sadarkan diri di tanah, dilaporkan BBC.
Berdasarkan rekaman kamera pengawas, Kabagambe terlihat melepaskan bajunya dan kemudian datang tiga orang yang memukulinya hingga terjatuh ke tanah. Kemudian seorang lainnya memukulinya menggunakan tongkat pemukul.
2. Tiga orang ditangkap terkait kasus pembunuhan Kabagambe
Pada Rabu (2/2/2022), otoritas Brasil sudah menangkap tiga terduga pelaku pengeroyokan Kabagambe. Ketiga orang itu bernama Fabio da Silva, Brendon da Silva, dan Alisson Alves, ketiganya saat ini tengah diinvestigasi terkait pembunuhan ganda, dikutip Agencia Brasil.
Salah seorang pelaku pembunuhan bernama Alisson Alves akhirnya mengaku jika ia telah melakukan aksi brutal tersebut. Namun, ia menyebut apabila dirinya tidak berniat untuk membunuhnya dan sebatas untuk memberikan pelajaran.
"Saya adalah salah satu pelaku yang mengakibatkan tewasnya imigran Kongo itu. Saya hanya ingin memberikan klarifikasi bahwa tidak ada yang menginginkan ia tewas. Tidak ada satu pun yang ingin ketidakadilan karena ia berkulit hitam atau seseorang meminjamkan ia uang" kata Alves, dilansir dari Daily Mail.
"Ia sudah memiliki masalah dengan seseorang lelaki di kios sebelah, orang-orang hanya ingin membelanya dan sayangnya ia justru berakhir tewas" tambahnya.
3. Kabagambe sudah menetap di Brasil sejak 2011
Dilaporkan France24, Kabagambe yang berusia 24 tahun sudah menetap di Brasil sejak 2011. Ia dan keluarganya meninggalkan negara asalnya lantaran konflik berkepanjangan yang mengancam nyawa.
Sementara, ibu Kabagambe bernama Ivana Lay mengaku bahwa hal ini sangat menyedihkan, sebab mereka telah menyiksa anaknya seperti binatang.
"Mereka mematahkan tulang punggung dan leher anak saya. Saya pergi dari Kongo karena kita khawatir terbunuh akibat konflik senjata. Namun, mereka membunuh anak saya seperti halnya di negara saya dengan pukulan dan tendangan, layaknya binatang."
Di sisi lain, Kedubes Republik Demokratik Kongo juga menyerukan investigasi mendalam kepada otoritas Brasil terkait kasus pembunuhan Kabagambe. Pasalnya, sudah ada lima kasus pembunuhan kepada imigran Kongo di Brasil sejak 2019 silam.