Morales Ajak Pendukungnya Protes Putusan Pengadilan Eletoral Bolivia

Jakarta, IDN Times - Mantan Presiden Bolivia, Evo Morales, menyerukan kepada semua pendukungnya untuk mengadakan demonstrasi dalam rangka menolak putusan dari Pengadilan Tinggi Elektoral (TSE). Seruan itu disampaikan Morales pada Minggu (5/11/2023), karena dia dilarang mencalonkan lagi di pilpres 2025.
Pada awal Oktober, Partai MAS (Movimiento al Socialismo) setuju mencalonkan Morales dalam pemilu 2025. Padahal, sesuai konstitusi Bolivia yang baru, presiden maksimal hanya boleh mencalonkan dalam dua periode. Sedangkan, Morales sudah terpilih dalam 3 periode berturut-turut.
1. Partai MAS gerakkan massa tolak putusan TSE
Partai MAS mengatakan akan memobilisasi pendukungnya di beberapa kota yang menjadi basis utama partai sayap kiri itu di seluruh Bolivia, terutama di Cochabamba hingga La Paz untuk menolak keputusan TSE.
Menurut Perwakilan MAS di La Paz, unjuk rasa akan dimulai pada pukul 09.00 waktu setempat dari Jalan Montes di depan gedung pemerintahan hingga ke pusat kota dan berhenti di Plaza Abaroa, lokasi gedung TSE.
"Kami akan mendukung instrumen politik dan saudara kami Evo Morales, kami mendeklarasikan kami dalam situasi darurat dan demonstrasi damai di sekitar gedung pemerintahan di La Paz," ungkap dalam rapat Partai MAS, dikutip El Deber.
Sekretariat Pemuda MAS di Cochabamba, Wilder Castellon mengatakan bahwa aksinya akan digelar di Sacaba untuk mendukung pencalonan Morales dan menolak putusan hukum dari TSE.
2. TSE tolak kandidasi Morales dalam pilpres 2025
Sekretariat TSE, Fernando Arteaga pekan lalu mengatakan penolakan terhadap putusan dari rapat umum Partai MAS yang menyimpulkan bahwa Evo Morales akan menjadi calon tunggal dari partainya dalam pilpres 2025.
Selain itu, hasil rapat umum Partai MAS juga mengumumkan bahwa Presiden Luis Arce mundur dari partai sayap kiri tersebut. Peristiwa ini pun semakin meruncingkan perpecahan di dalam internal partai yang saat ini menduduki kursi pemerintahan.
Menanggapi kasus ini, Morales pun menyatakan kecamannya terhadap TSE. Ia pun menuding Arce berada di balik putusan ini dan berusaha menghalanginya untuk kembali maju sebagai pemimpin di negara Amerika Selatan tersebut.
3. Morales menyebut Arce berniat membebaskan Anez
Selain menolak putusan TSE, Morales juga memperingatkan pakta impunitas antara pemerintahan Luis Arce dan entitas hukum di Bolivia yang dituding berniat membebaskan mantan presiden sementara, Jeanine Anez.
"Kami memperingatkan rakyat Bolivia dan terutama kepada keluarga korban pembunuhan massal Senkata. Kami melihat entitas hukum di bawah perintah pemerintahan saat ini sedang mempersiapkan pembebasan Jeanine Anez dan koleganya," tulis Morales di akun Twitter-nya.
Dilansir EFE, Anez sudah ditangkap sejak Maret 2021 dan divonis hukuman 10 tahun penjara pada 2022. Ia dihukum atas pengambilan kursi kekuasaan secara ilegal setelah Morales mundur dari jabatannya pada 2019.
Pemerintah yang dipimpin Partai MAS menganggap bahwa 2019 terjadi kudeta terhadap Morales. Sedangkan partai oposisi menyebut bahwa itu merupakan aksi protes untuk memaksa Morales mundur dari jabatannya atas dugaan kecurangan dalam pilpres.