NATO Luncurkan Misi Baru untuk Lindungi Kabel Bawah Laut di Baltik

Jakarta, IDN Times - Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, mengatakan bahwa aliansi meluncurkan misi baru untuk melindungi kabel bawah laut di wilayah Baltik bernama Baltic Sentry pada Selasa (14/1/2025).
Menurutnya, aliansi tersebut telah melihat upaya mengacaukan masyarakat, termasuk serangan siber, upaya pembunuhan, dan sabotase.
Kabel bawah laut di Baltik merupakan salah satu infrastruktur penting. Sekitar 95 persen lalu lintas internet lewat kabel tersebut dan 1,3 juta kilometer kabel menjamin transaksi keuangan senilai sekitar 10 triliun dolar (Rp162,7 triliun) setiap hari.
1. Kapal fregat dan pesawat nirawak dilibatkan
Misi Baltic Sentry diumumkan pada pertemuan di Helsinki, Finlandia. Pertemuan dihadiri oleh para pemimpin Denmark, Estonia, Jerman, Latvia, Lithuania, Polandia, Swedia dan Finlandia.
"Ini akan melibatkan berbagai aset, termasuk fregat dan pesawat patroli maritim, antara lain, dan akan meningkatkan kewaspadaan kami di Baltik," kata Rutte, dikutip Al Jazeera.
Dia juga mengatakan bahwa armada kecil pesawat nirawak angkatan laut, akan dikerahkan untuk melakukan pengawasan dan pencegahan yang lebih baik.
Mantan Perdana Menteri Belanda itu menjelaskan, musuh NATO harus mengetahui bahwa aliansi tersebut tidak akan menerima serangan terhadap infrastruktut pentingnya. Aliansi akan melakukan segala upaya untuk memastikan dapat melawan balik.
2. Ambil tindakan terhadap kapal yang menimbulkan ancaman
Negara-negara Baltik memperingatkan bahwa mereka memiliki hak berdasar hukum internasional untuk mengambil tindakan terhadap kapal yang diduga menghindari sanksi dan menimbulkan ancaman di kawasan perairan Baltik.
Hal itu diungkapkan setelah ada laporan armada bayangan Rusia mengitari jaringan pipa gas alam yang membentang dari Norwegia ke Polandia. Armada terdiri dari ratusan kapal tanker tua yang menghindari sanksi agar tetap bisa mengalirkan pendapatan minyak ke Moskow.
Dilansir Associated Press, sekutu Baltik mengatakan bahwa penggunaan armada bayangan oleh Rusia menimbulkan ancaman khusus terhadap keamanan maritim dan lingkungan.
Mereka menyebutnya sebagai praktik tercela yang secara signifikan mendukung pendanaan agresi ilegal Rusia terhadap Ukraina.
3. Insiden di Baltik sejak perang Rusia-Ukraina

Sejak Rusia menyerang Ukraina, telah terjadi beberapa insiden di Laut Baltik. Pada September 2022, ledakan bawah laut menghancurkan jaringan pipa Nord Stream yang mengalirkan gas Moskow ke Eropa.
Pada Oktober 2023, jaringan pipa gas bawah laut Finlandia menuju Estonia ditutup. Ini karena ada insiden kerusakan kabel bawah laut.
Dilansir BBC, insiden terbaru di kawasan tersebut adalah kecelakaan yang menyebabkan kabel listrik bawah laut yang menghubungkan Finlandia dan Estonia putus pada akhir Desember tahun lalu.
Margus Tsahkna, Menteri Luar Negeri Estonia, mengatakan pada Desember bahwa kerusakan infrastruktur itu telah menjadi sering. Ini menimbulkan keraguan bahwa kerusakan itu dianggap kecelakaan atau kesalahan pelayaran.
Pada Minggu (12/1/2025), Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson, mengatakan bahwa meski Swedia tidak menuduh siapa yang melakukan sabotase, tapi mereka tidak naif.
"Situasi keamanan dan fakta bahwa hal-hal aneh terjadi berulang kali di Laut Baltik juga membuat kami percaya bahwa niat bermusuhan tidak dapat dikesampingkan," ujarnya.