Ukraina: Tentara NATO Akan Paksa Rusia Negosiasi Damai

- Presiden Ukraina setuju rencana pengiriman tentara Barat ke negaranya untuk memaksa Rusia menyetujui perundingan perdamaian.
- Zelenskyy melihat pengiriman tentara NATO ke Ukraina sebagai instrumen terbaik untuk mendesak Rusia bernegosiasi damai.
- Menteri Pertahanan AS mengumumkan bantuan tambahan ke Ukraina sebesar 500 juta dolar AS menjelang pelantikan Donald Trump.
Jakarta, IDN Times - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, pada Kamis (9/1/2024), mengaku setuju rencana pengiriman tentara Barat ke negaranya. Ia menyebut kedatangan tentara Barat di Ukraina akan memaksa Rusia menyetujui perundingan perdamaian.
Presiden Prancis Emmanuel Macron sudah menyatakan rencananya untuk mengirimkan tentara penjaga perdamaian ke Ukraina usai persetujuan gencatan senjata dengan Rusia. Namun, rencana pengiriman tentara ini ditolak beberapa negara Eropa, termasuk Jerman.
1. Sebut kedatangan tentara NATO akan mendekatkan pada perdamaian

Zelenskyy mengaku pengiriman tentara NATO ke Ukraina adalah salah satu rencana terbaik untuk mendesak Rusia agar bersedia memulai dialog perdamaian.
"Eropa akan memulai lembaran baru di tengah kerja sama dan kesempatan baru setelah kembalinya Trump sebagai presiden di Amerika Serikat (AS) pada bulan ini. Tujuan kami adalah menemukan instrumen terbaik untuk mendesak Rusia bernegosiasi damai," terangnya, dikutip The Moscow Times.
Ia mengklaim bahwa penerjunan tentara NATO ke Ukraina adalah salah satu instrumen yang dapat dilakukan. Namun, Zelenskyy tidak mengungkapkan secara detail apakah yang dimaksud tentara untuk berperang atau penjaga perdamaian.
Di sisi lain, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin sudah mengumumkan bantuan tambahan ke Ukraina sebesar 500 juta dolar AS (Rp8 triliun). Bantuan ini diumumkan menjelang pelantikan Donald Trump pada 20 Januari.
2. Minta seluruh Eropa saling bekerja sama untuk tujuan bersama

Pada saat yang sama, Zelenskyy menyerukan bahwa seluruh Eropa harus bekerja sama satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Ia melihat bahwa ini harus dimulai setelah Trump terpilih sebagai presiden di AS.
Presiden Ukraina itu juga meminta Jerman untuk membujuk seluruh sekutu Barat agar ikut membantu Kiev dalam membangun senjata khusus drone.
"Drone adalah sebuah senjata yang telah mengubah arah peperangan. Drone sangat ampuh menahan laju tentara musuh dan dapat melancarkan serangan kepada mereka dari jarak yang jauh," tuturnya.
Zelenskyy juga mengungkapkan bahwa serangan ofensif Ukraina ke Kursk Oblast adalah salah satu kemenangan terbesarnya dalam seluruh peperangan dengan Rusia.
3. Uni Eropa siap gantikan posisi AS untuk membantu Ukraina
Perwakilan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Kaja Kallas mengatakan bahwa UE sudah siap menggantikan peran AS untuk menjadi pendukung utama Ukraina dalam melawan Rusia.
"Jika AS tidak siap untuk itu, maka UE sudah siap memimpin dan menggantikan peran dalam membantu militer Ukraina. Meski begitu, siapapun pemimpinnya, AS tidak ingin Rusia menjadi negara terkuat di dunia," ungkapnya, dikutip The Kyiv Independent.
Sejak dimulainya perang Rusia-Ukraina pada Februari 2022, AS di bawah pemerintahan Joe Biden telah menjadi penyumbang bantuan militer dan finansial terbesar ke Ukraina.
Menyusul terpilihnya Trump pada pemilu AS, kelanjutan bantuan militer Washington ke Kiev masih belum jelas. Selama ini, Trump kerap mengungkapkan akan memutus bantuan militer dan finansial ke Ukraina jika terpilih.