Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ukraina: Hungaria Tidak Layak Jadi Anggota NATO dan Uni Eropa

Bendera NATO. (FinnishGovernment, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Ukraina menyatakan siap untuk menggantikan keanggotaan Hungaria di NATO dan Uni Eropa (UE), jika Budapest lebih memilih untuk bergabung dengan blok yang dipimpin Rusia.

Hungaria disebut harus mengakui secara terbuka jika mereka memprioritaskan penguatan Moskow dibandingkan UE dan Amerika Serikat (AS).

Hungaria dipandang sebagai anggota UE yang paling ramah terhadap Rusia dan telah berulang kali menentang bantuan militer dan keuangan Eropa kepada Ukraina. Negara itu juga menghalangi atau menunda beberapa sanksi blok tersebut terhadap Moskow.

"Ukraina akan siap mengisi setiap ruang kosong di UE dan NATO jika Hungaria memilih untuk mengosongkannya demi keanggotaan di CIS (Persemakmuran Negara-Negara Merdeka) atau CSTO (Organisasi Traktat Keamanan Kolektif)," kata Kementerian Luar Negeri Ukraina pada Rabu (8/1/2025), dikutip dari Al Jazeera.

Pernyataan Kiev dibuat sebagai tanggapan terhadap pernyataan manipulatif terbaru Hungaria terkait keputusan Ukraina untuk tidak memperpanjang perjanjian transit dengan Rusia mulai 2025. Hal itu dinilai memperburuk tantangan ekonomi Eropa.

1. Hungaria menjadi negara UE yang masih bergantung pada energi Rusia

Menteri Luar Negeri Hungaria, Peter Szijjarto, menuduh Ukraina memperburuk tantangan ekonomi Eropa dengan penolakannya untuk memperbarui perjanjian transit gas 5 tahun dengan Rusia. Budapest mengklaim langkah tersebut telah menyebabkan kenaikan harga gas alam di pasar Benua Biru tersebut sebesar 20 persen.

Sejak pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina hampir 3 tahun lalu, UE telah berusaha mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar fosil Negeri Beruang Merah itu. Namun, anggotanya Hungaria, Slovakia, dan Austria masih terus bergantung kepada Moskow.

"Jika Hungaria benar-benar ingin berkontribusi untuk mengakhiri perang, Hungaria harus memulai dengan tidak merusak persatuan di dalam UE dan sebaliknya berupaya memperkuat keamanan energi dan kemandirian negara dan warganya bersama negara-negara Eropa dan AS lainnya," bunyi pernyataan Ukraina

2. Rusia menjadi tantangan utama di pasar energi Eropa

ilustrasi bendera Rusia (unsplash.com/Egor Filin)

Mengomentari pernyataan Peter Szijjarto, Ukraina mengatakan bahwa pernyataan tersebut adalah bagian dari kampanye informasi bermotif politik yang ditujukan untuk konsumsi dalam negeri. Komisi Eropa pada 1 Januari menyebut keputusan tersebut tidak berdampak buruk terhadap keamanan energi atau harga konsumen UE.

"Satu-satunya alasan tantangan di pasar energi Eropa adalah Rusia. Hanya 2 dari 27 negara UE yang kesulitan menjalankan tugas ini dan kini berusaha untuk menyalahkan pihak lain," bunyi pernyataan Kementerian, dilaporkan oleh Anadolu.

Kiev menuduh Moskow menggunakan energi sebagai senjata selama beberapa dekade, serta pemerasan dan merusak keamanan energi.

Ukraina menyatakan bahwa era ketergantungan Eropa pada sumber daya energi Rusia akan segera berakhir. Komisi Eropa dan negara-negara benua tersebut telah mendiversifikasi pasokan energi mereka dengan pasokan energi dari AS dan Timur Tengah.

3. Keanggotaan NATO menjadi satu-satunya jaminan keamanan bagi Ukraina

Bendera negara-negara anggota NATO. (UK Government Picture by Rory Arnold / No 10 Downing Street, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)

Menteri Luar Negeri Finlandia, Elina Valtonen, mengatakan keanggotaan di NATO adalah satu-satunya jaminan keamanan jangka panjang yang kredibel yang dapat diterima Ukraina terhadap agresi Rusia di masa depan. Para pejabat Kiev telah menyerukan jaminan keamanan yang kuat dari mitra-mitranya yang akan mencegah Moskow mempersenjatai kembali serangan baru.

"Saya pikir dalam jangka panjang satu-satunya jaminan keamanan yang kredibel adalah Pasal 5 Perjanjian Washington (klausul pertahanan kolektif NATO), jadi pada dasarnya keanggotaan NATO. Dan kami mendukung keanggotaan Ukraina di NATO lebih lanjut dan mudah-mudahan tidak dalam waktu yang terlalu lama," kata Elina, mengutip Reuters.

Para pemimpin Ukraina secara agresif mendorong keanggotaan aliansi yang beranggotakan 32 negara tersebut. Namun, hal tersebut telah mendapat perlawanan dari beberapa anggota penting NATO.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us