NATO Sebut China Harus Terima Konsekuensi Akibat Bantu Rusia

Jakarta, IDN Times - Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, pada Senin (17/6/2024), mengatakan bahwa China harus menerima konsekuensi akibat membantu Rusia dalam perang di Ukraina. Ia mengklaim bahwa Beijing telah membantu Moskow menyediakan teknologi perang.
Belakangan ini, relasi NATO-China terus memanas di tengah tuduhan Amerika Serikat (AS) yang terus mempersenjatai Taiwan. Bahkan, Beijing menuduh Washington berniat mendirikan NATO di Asia Pasifik di tengah pendekatan dengan Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.
1. Klaim China tidak boleh berada di dua sisi

Stoltenberg mengungkapkan bahwa China tidak boleh berada di dua sisi dalam konflik yang terjadi di Ukraina. Ia mengklaim tindakannya dalam membantu Rusia harus mendapat konsekuensi.
"Beijing tidak boleh berada di dua sisi. Dalam satu titik, kecuali China mengubah arahnya, sekutu harus memberikan harga atas tindakan tersebut. Seharusnya ada konsekuensi besar atas keputusannya," terangnya, dikutip RFE/RL.
Ia menambahkan dalam 2 tahun terakhir, sekitar 90 persen perangkat mikroelektronik yang didapat Rusia berasal dari China. Alat tersebut berfungsi dalam memperbaiki kapabilitas satelit Rusia.
"Ancaman tidak hanya di kawasan saja. China terus mendorong munculnya konflik bersenjata besar di Eropa sejak Perang Dunia II. Pada saat yang sama, mereka ingin melanjutkan hubungan baik dengan Barat," tambahnya.
2. Rusia disebut terus tingkatkan hubungan dengan China dan Korea Utara
Stoltenberg dan Dewan Keamanan AS, James Kirby, menekankan ancaman China kepada NATO terkait dukungan kepada Rusia. Mereka pun menjelaskan mengenai ancaman besar di Indo-Pasifik dan Arktik.
"Rusia sudah meningkatkan hubungannya dengan Korea Utara. Presiden Rusia Vladimir Putin sudah dijadwalkan berkunjung ke Korea Utara untuk bertemu dengan Kim Jong Un. Mereka juga berniat mengekspansi kerja sama militernya," terang Kirby.
"Kami tahu bahwa misil balistik Korea Utara sudah digunakan untuk menyasar sejumlah target di Ukraina," tambahnya.
Stoltenberg mengungkapkan bahwa meningkatnya aliansi Rusia dengan sejumlah negara autoritarian di Asia mengindikasikan pentingnya membangun kerja sama dengan rekan NATO di Indo-Pasifik. KTT NATO di Washington bulan depan akan dihadiri perwakilan dari Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru.
3. NATO akan kirimkan senjata nuklir untuk lawan Rusia, China, dan Korea Utara

Sehari sebelumnya, Stoltenberg mengungkapkan bahwa NATO harus mengirimkan senjata nuklirnya dalam menghalau ancaman dari Rusia, China, dan Korea Utara.
"Penting bagi NATO untuk mengomunikasikan pesan langsung bahwa kami, tentu saja sebuah aliansi nuklir yang harus mengeluarkan senjata kami dari gudang," ungkapnya, dikutip Politico.
"Saya tidak akan memberikan operasi ini secara detail soal seberapa banyak senjata nuklir yang harus dioperasikan dan seberapa yang harus disimpan. Namun, kami harus mengonsultasikan terkait masalah ini. Ini yang sedang kami lakukan," tambahnya.
Saat ini, AS, Prancis, dan Inggris merupakan 3 dari 32 negara anggota NATO yang memiliki senjata nuklir. Sedangkan, Belgia, Jerman, Italia, Belanda, dan Turki menjadi negara NATO yang menyimpan senjata nuklir taktis.