Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Olaf Scholz dan Putin Bertemu, Ini yang Mereka Diskusikan

Olaf Scholz dan Vladimir Putin (Twitter.com/President of Russia)

Jakarta, IDN Times - Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Selasa (15/2/22) menyambut kunjungan Kanselir Jerman Olaf Scholz. Dalam pertemuan itu, mereka terlibat diskusi selama lebih dari tiga jam, khususnya membahas krisis Ukraina.

Selama ini Jerman adalah negara anggota NATO sekaligus Uni Eropa (UE) yang dinilai kurang tegas dalam menghadapi ancaman Rusia di Ukraina. Jerman banyak mendapatkan kritik, termasuk tidak mau membantu mengirim persenjataan ke Kiev.

Kunjungan Olaf Scholz ke Moskow adalah upaya diplomasi tingkat tinggi untuk meredakan krisis Ukraina. Selain itu, dua pemimpin juga berdiskusi tentang masalah lain, termasuk proyek Nord Stream 2 dan kisruh perusahaan media.

Berikut ini adalah masalah-masalah yang dibahas oleh Kanselir Olaf Scholz dan Presiden Vladimir Putin dalam pertemuan di Moskow.

1. Rusia tidak ingin perang, karena itu mengajukan proposal jaminan keamanan

Kanselir Olaf Scholz tiba di Moskow (Twitter.com/Bundeskanzler Olaf Scholz)

Pertemuan antara Putin dan Scholz adalah pertemuan tatap muka pertama kali sejak Kanselir Jerman itu menjabat. Keduanya sama-sama menghormati dan berdiskusi tentang berbagai masalah, yang tidak ada satu subjek pun terlewatkan.

Satu subjek paling penting adalah ancaman perang di Eropa Timur, yang dapat berdampak signifikan bagi keamanan Eropa secara keseluruhan.

Putin memberi penegasan bahwa Rusia tidak menginginkan perang. Oleh karena itu, Rusia "mengajukan proposal tentang proses negosiasi yang harus menghasilkan kesepakan untuk memastikan keamanan yang sama untuk semua negara, termasuk negara kami," kutip Tass.

Scholz menyampaikan keprihatinannya atas akumulasi pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina. Scholz percaya diplomasi masih terbuka sehingga negara yang terlibat dalam krisis dapat "bekerja dengan tegas dan berani atas resolusi damai."

Scholz juga melihat hal yang positif saat Kementrian Pertahanan Rusia mengumumkan penarikan pasukan ke pangkalan permanen. Dia berharap langkah itu akan berlanjut untuk semua pasukan Rusia.

2. Ekspansi NATO

Presiden Rusia Vladimir Putin (Twitter.com/МИД России)

Bagi Putin, ekspansi NATO ke Eropa Timur adalah ancaman untuk negaranya. Karena itu dia menuntut agar aliansi atlantik utara berhenti melakukan ekspansi tersebut.

Masalah utama yang dinilai Putin adalah Ukraina tidak diterima sebagai anggota NATO dan dia meminta jaminan akan hal tersebut. Putin khawatir jika Ukraina yang berbatasan langsung dengan Rusia jadi anggota NATO, maka negara itu akan menjadi tempat persenjataan ofensif.

Putin menuntut jawaban tegas bahwa Ukraina tidak diterima NATO, dan jawaban telah disampaikan bahwa Kiev tidak akan diterima dalam waktu dekat. Meski begitu, bagi Putin itu bukanlah jawaban yang memiliki kepastian.

Dalam konferensi pers, Scholz membalas tentang ketidakpastian jawaban NATO itu. Jawaban Scholz agak menyindir Putin. Dia mengatakan "saya tidak tahu berapa lama presiden berencana untuk tetap menjabat. Saya punya firasat ini bisa lama, tapi tidak selamanya," kutip Reuters.

Jerman adalah anggota dan donatur terbesar kedua di NATO. Dalam pertemuannya dengan Putin, Scholz menegaskan ekspansi NATO ke Eropa Timur, termasuk Ukraina, tidak ada dalam agenda, baik itu dalam waktu dekat atau waktu lama.

3. Harapan diplomasi akan selalu ada

Olaf Scholz (Twitter.com/President of Russia)

Kementrian Pertahanan Rusia baru saja mengumumkan penarikan pasukannya, untuk pulang ke pangkalan permanen. Meski belum semuanya, tapi hal itu dinilai oleh Scholz sebagai sinyal yang baik.

Dilansir Al Jazeera, Scholz memberikan tanggapan yang baik atas langkah Rusia tentang penarikan tersebut. Dia juga mengatakan upaya diplomatik untuk menyelesaikan krisis masih akan dilakukan.

"Bagi kami orang Jerman tetapi juga orang Eropa, keamanan berkelanjutan hanya dapat dicapai dengan Rusia. Oleh karena itu harus dimungkinkan untuk menemukan solusi. Tidak peduli seberapa sulit dan serius situasinya, saya menolak untuk mengatakan bahwa itu tidak ada harapan," jelas Olaf Scholz.

Putin juga memberi penegasan terhadap mitranya itu, "kami siap untuk bekerja sama lebih jauh. Kami siap untuk menempuh jalur negosiasi," kutip The Moscow Times.

4. Masalah Nord Stream 2

Ilustrasi keuntungan Rusia dan Eropa dari Nord Stream 2 (Twitter.com/Nord Stream 2 Corp.)

Salah satu isu paling santer yang digunakan untuk mengancam Rusia jika menginvasi Ukraina adalah proyek Nord Stream 2 akan berhenti. Itu adalah proyek miliaran dolar, yang membuat Rusia dapat mengirim gas langsung ke Ukraina lewat pipa bawah laut di Baltik.

Pembangunan pipa telah selesai tapi Berlin belum memberikan lampu hijau bagi Rusia agar dapat mengirim gas tersebut.

Putin sendiri mengakui bahwa Jerman adalah salah satu mitra bisnis terpenting Rusia. Jerman adalah negara dengan kekuatan ekonomi paling stabil di Eropa, dan mitra dagang terbesar kedua Rusia setelah China.

Putin mengatakan Rusia siap mengalirkan gas ke Jerman setelah tahun 2024. Meski sebenarnya pipa itu sudah siap sejak Desember 2021, tapi regulator Jerman masih belum memberi izin.

Dilansir Tass, Scholz lebih memilih menghindari menjawab pertanyaan apakah Nord Stream 2 bakal memiliki pengaruh dalam sanksi yang dijanjikan Barat jika Rusia melakukan invasi ke Ukraina.

Menurut Deutsche Welle, pada dasarnya Jerman mendukung kedaulatan Ukraina dan siap bergabung menghukum Rusia jika invasi itu terjadi. Tapi Jerman kurang berminat mundur dari proyek Nord Stream 2.

5. Masalah perusahaan media

ilustrasi Ilmu Komunikasi (IDN TImes/Arief Rahmat)

Jerman dan Rusia baru-baru ini ribut dalam kisruh media. Berlin menutup saluran berita RT berbahasa Jerman dan disiarkan di wilayah Jerman. Penutupan itu karena RT dianggap tidak memiliki lisensi yang memenuhi untuk melakukan siaran.

RT dulu bernama Russia Today, media yang dibiayai oleh pemerintah Rusia.

Rusia menilai langkah itu memiliki pengaruh politis. Rusia segera menanggapi dengan tegas dan melarang Deutsche Welle pada awal Februari ini dan mencabut lisensi para stafnya di biro Moskow.

Olaf Scholz dan Putin dikabarkan juga membahas masalah tersebut. Dilansir Tass, "saya tidak ingin merinci sekarang agar tidak memperumit situasi, tetapi kami sepakat bahwa kami akan memikirkan bagaimana mungkin untuk menyelesaikan masalah ini."

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us