Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pandemik COVID-19 Belum Kelar, Uganda Terancam Wabah Ebola

Ilustrasi virus Ebola. (Unsplash.com/CDC)

Jakarta, IDN Times - Otoritas kesehatan Uganda, pada Selasa (20/9/2022), mengonfirmasi adanya wabah ebola. Konfirmasi diumumkan setelah seorang pria berumur 24 tahun meninggal, sehari sebelumnya dinyatakan positif ebola.

Pria itu diketahui terinfeksi virus ebola jenis Sudan dan diduga telah terinfeksi sejak Sabtu. Pria itu mendapat perawatan di rumah sakit karena pneumonia dan diare, tapi gejalanya, termasuk batuk kering, demam tinggi, kejang-kejang, muntah darah, dan pendarahan di mata.

1. Ada delapan pasien yang dicurigai menderita Ebola

Melansir Associated Press, Kementerian Kesehatan Uganda menyampaikan bahwa pria itu tinggal di Mubende dan masih belum diketahui bagaimana virus ebola jenis Sudah barada di pria itu.

“Kami sekarang sedang mengumpulkan lebih banyak informasi tentang kemungkinan sumber infeksi," kata kementerian. 

Pemerintah juga menyampaikan adanya dugaan penyebaran wabah ebola terbaru karena enam orang lainnya di daerah yang sama, termasuk tiga anak, meninggal pada awal bulan. Mereka tewas setelah menderita apa yang disebut pejabat setempat sebagai penyakit aneh.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan ada delapan pasien yang diduga menderita ebola. WHO saat ini telah membantu otoritas kesehatan Uganda untuk penyelidikan dan mengerahkan staf ke daerah yang terkena dampak.

"Uganda tidak asing dengan pengendalian Ebola yang efektif. Berkat keahliannya, tindakan telah diambil untuk mendeteksi virus dengan cepat dan kami dapat mengandalkan pengetahuan ini untuk menghentikan penyebaran infeksi,” kata Matshidiso Moeti, direktur regional WHO untuk Afrika.

2. Tidak ada vaksin efektif untuk ebola jenis Sudan

Ilustrasi vaksinasi. (Unsplash.com/Ed Us)

Melansir VOA, salah satu upaya untuk melawan virus tersebut adalah dengan melakukan vaksinasi. Tapi, WHO menyampaikan vaksinasi terhadap mereka yang kontak dengan orang yang terinfeksi atau seseorang yang terkait dengan mereka, yang dikenal sebagai vaksinasi cincin, tidak mungkin dilakukan.

Kepala pencegahan dan pengendalian penyakit WHO-Uganda, Bayo Fatunmbi, mengatakan alasan vaksinasi cincin tidak dapat dilakukan karena belum ada vaksin yang efektif untuk ebola jenis Sudan.

"Vaksinasi cincin yang bekerja dengan virus Zaire, tidak akan berguna untuk jenis khusus Sudan ini. Tetapi ada jenis vaksin lain, Johnson dan Johnson, yang sedang diuji saat ini (untuk mengetahui) apakah itu akan berguna untuk jenis khusus ini,” tuturnya. 

3. Ebola pertama kali diidentifikasi pada 1976

Virus ebola menyebar melalui cairan tubuh dan gejalanya, termasuk demam, muntah, diare, nyeri otot, dan kadang-kadang pendarahan internal dan eksternal. Kasus yang parah dapat menyebabkan kematian 90 persen mereka yang terinfeksi. Untuk jenis Sudan tingkat kematian kasus dari 41 persen hingga 100 persen pada wabah sebelumnya, menuru WHO.

Virus ebola pertama kali diidentifikasi pada 1976 dalam dua wabah di Republik Demokratik Kongo (RDK) dan di Sudan. Jenis Sudah lebih jarang dilaporkan daripada jenis Zaire. Nama virus ini berdasarkan nama sungai di RDK.

Uganda diketahui telah mengalami beberapa kali wabah ebola, termasuk pada 2000, yang menewaskan ratusan orang. Pada 2018 hingga 2020, RDK mengalami wabah ebola ke-10 di provinsi Kivu Utara dan Ituri, yang menyebabkan lebih dari 2 ribu orang tewas.

Pada bulan lalu, kasus baru ebola juga dikonfirmasi oleh RDK di kota Beni, Kivu Utara. Wabah terbaru itu adalah wabah ke-15 yang tercatat di RDK.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us