Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PBB: 700 Orang Tewas akibat Pertempuran Sengit di Kongo

ilustrasi tentara (unsplash.com/Pawel Janiak)

Jakarta, IDN Times - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Jumat (31/1/2025), melaporkan bahwa lebih dari 700 orang tewas dan 2.800 lainnya terluka akibat pertempuran sengit di Goma, kota terbesar di bagian timur Republik Demokratik Kongo (DRC), sejak Minggu (26/1/2025).

“WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan mitranya melakukan penilaian dengan pemerintah antara tanggal 26 hingga kemarin dan melaporkan bahwa 700 orang telah terbunuh dan 2.800 orang terluka,” kata juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stephane Dujarric. Ia memperingatkan bahwa jumlah korban kemungkinan akan bertambah.

“Organisasi kemanusiaan di Goma terus menilai dampak krisis ini termasuk penjarahan luas terhadap gudang dan kantor organisasi bantuan,” tambahnya.

1. Pemberontak M23 kepung kota Goma

Dilansir dari CNN, koalisi pemberontak M23 mengklaim telah merebut Goma pada Senin (27/1/2025). Namun, pemerintah DRC belum mengonfirmasi kabar tersebut meskipun mengakui bahwa kota itu telah dikepung.

Pada Rabu (29/1/2025), Presiden Felix Tshisekedi berjanji akan memberikan respons yang kuat dan terkoordinasi terhadap pemberontak.

M23, yang terdiri dari etnis Tutsi, mengatakan bahwa mereka memperjuangkan hak-hak minoritas, sementara Kinshaha menuding pemberontak tersebut berusaha menguasai kekayaan mineral yang melimpah di wilayah timur. Pemerintah juga menuding Rwanda mendukung M23, sebuah tuduhan yang dibantah oleh Kigali.

Wakil Sekretaris Jenderal Operasi Perdamaian, Jean-Pierre Lacroix, pada Jumat, mengatakan bahwa situasi di Goma masih tegang, dengan suara tembakan terdengar sesekali. Namun secara keseluruhan, ketenangan mulai berangsur-angsur pulih.

Ia juga memperingatkan bahwa kelompok pemberontak berada sekitar 60 kilometer di sebelah utara kota Bukavu. Awal pekan ini, M23 telah berjanji untuk melanjutkan serangannya hingga mencapai ibu kota, Kinshasa.

2. Warga Goma terancam kekurangan kebutuhan dasar dan hadapi penyakit

Para ahli telah memperingatkan bahwa kekacauan akibat konflik ini dapat menyebabkan warga sipil di Goma kekurangan kebutuhan dasar dan berisiko terhadap penyebaran penyakit.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan, akses ke air minum yang aman di Goma telah terputus. Akibatnya, warga terpaksa mengonsumsi air yang tidak diolah dari Danau Kivu.

“Tanpa tindakan segera, OCHA memperingatkan bahwa risiko wabah penyakit yang ditularkan melalui air akan terus meningkat," kata Dujarric.

Sementara itu, blok regional Komunitas Pembangunan Afrika Selatan (SADC) menyatakan dukungannya untuk DRC dalam pertemuan di Zimbabwe pada Jumat. 

"SADC menegaskan kembali solidaritas dan komitmen teguhnya untuk terus mendukung DRC dalam upayanya menjaga kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas teritorialnya," kata kelompok beranggotakan 16 negara itu dalam sebuah pernyataan.

SADC telah mengirimkan pasukan penjaga perdamaian ke DRC untuk memerangi pemberontak dan memulihkan perdamaian di sana. Dalam sepekan terakhir, sebanyak 16 tentara dari negara-negara Afrika bagian selatan tewas dalam pertempuran dengan M23 di sekitar Goma.

3. DRC sebut Rwanda ingin atur pergantian rezimnya

Dilansir dari BBC, Menteri Luar Negeri DRC, Therese Kayikwamba Wagner, mengatakan bahwa Rwanda secara ilegal menduduki negaranya dan berupaya mengatur pergantian rezim.

Menurutnya, komunitas internasional telah membiarkan Presiden Rwanda, Paul Kagame, lolos dari hukuman selama beberapa dekade dan gagal meminta pertanggungjawaban atas pelanggaran hukum internasional.

Juru bicara pemerintah Rwanda, Yolande Makolo, membantah tuduhan tersebut, dengan mengatakan bahwa pasukan negaranya hanya dikerahkan demi mencegah konflik meluas ke wilayah mereka.

“Kami tidak tertarik pada perang, kami tidak tertarik pada aneksasi, kami tidak tertarik pada pergantian rezim,” kata Makolo.

Tahun lalu, pakar PBB memperkirakan terdapat 3-4 ribu tentara Rwanda yang beroperasi bersama M23 di timur DRC.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us