Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Milisi M23 Bergerak Menuju Kinshasa untuk Gulingkan Presiden Kongo 

Ilustrasi pasukan militer Afrika. (pixabay.com/Nambasi)
Ilustrasi pasukan militer Afrika. (pixabay.com/Nambasi)

Jakarta, IDN Times – Pasukan pemberontak M23 berjanji akan meneruskan serangan mereka di Kongo sampai berhasil menaklukkan ibu kota Kinshasa. Pemimpin pemberontak, Corneille Nangaa, mengatakan tujuan akhir mereka adalah menggulingkan Presiden Kongo, Félix Tshisekedi.

“Kami di sini di Goma untuk menetap sebagai orang Kongo untuk melindungi populasi dari kebiadaban. Kami akan melanjutkan upaya pembebasan hingga Kinshasa,” kata Nangaa, dilansir DW, Jumat (31/1/2025).

Pernyataan itu muncul setelah pemberontak mengambil alih Kota Goma di provinsi Kivu Utara sebelum maju ke selatan menuju Bukavu. Pertempuran di Goma menewaskan puluhan orang, di mana tentara Kongo yang menyerah diangkut ke wilayah yang dirahasiakan.

BBC melaporkan, sebanyak 700 orang tewas sejak konflik dimulai pada Minggu. Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, mengatakan 2.800 orang lainnya terluka.

1. Serangan ke Kinshasa adalah hal yang mustahil

Para analis, yang dikutip BBC, meragukan kemampuan M23 bisa menaklukkan Kinshasa dalam waktu dekat. Mereka mengatakan tindakan semacam itu mustahil dilakukan.

”Aksi itu tidak mungkin terjadi mengingat luasnya wilayah negara itu. Kinshasa sendiri berjarak 2.600 kilometer. Namun, serangan seperti itu pernah terjadi pada 1997, ketika pasukan yang didukung Rwanda menggulingkan pemimpin lama Mobutu Sese Seko,” lapor media itu.

Baik pasukan perdamaian PBB maupun blok regional SADC gagal menghentikan serangan pemberontak. Pasukan perdamaian dari beberapa negara tewas dalam konflik tersebut. Afrika Selatan menderita korban terbanyak, yakni 13 orang.

Pada Rabu, Presiden Rwanda, Paul Kagame mengatakan pihaknya siap berkonfrontasi dengan Afrika Selatan jika perlu. Pernyataan itu muncul setelah Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, mengklaim bahwa pejuang M23 dan pasukan Rwanda bertanggung jawab atas kematian tersebut.

2. Kongo menolak berdialog dengan M23

Ilustrasi pasukan militer Afrika. (pixabay.com/Nambasi)
Ilustrasi pasukan militer Afrika. (pixabay.com/Nambasi)

Dilansir Al Jazeera, pasukan M23 mengatakan bahwa pihaknya terbuka untuk berdialog dengan pemerintah di Kinshasa. Akan tetapi, Menteri Pertahanan Kongo Guy Kabombo Muadiamvita menolak perundingan.

Muadiamvita mengatakan bahwa rencana untuk berdialog dengan para pemberontak dibatalkan.

Rwanda mengaku telah dijadikan kambing hitam terkait kasus M23. Negara itu menolak keterlibatannya dalam pemberontakan tersebut. Mereka juga menyatakan menolak berdialog dengan M23.

Para pakar PBB mengklaim M23 didukung oleh sekitar 4 ribu tentara dari Rwanda. M23 adalah satu dari lebih dari 100 kelompok bersenjata yang berebut kendali di wilayah timur Kongo. Kongo menyebut kelompok tersebut menjarah sumber daya dari wilayahnya.

3. Berbagai pihak meminta Rwanda menarik M23 dari Kongo

PBB, Uni Eropa, dan negara-negara termasuk Amerika Serikat (AS) dan China telah meminta pasukan Rwanda untuk meninggalkan Kongo. Inggris dan Jerman termasuk di antara negara donor yang mengancam akan menarik bantuan mereka ke Rwanda setelah serangan M23.

Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, mengatakan bahwa bantuan bilateral tahunan sebesar 40 juta dolar AS terancam. Sementara, Jerman telah membatalkan pembicaraan bantuan dengan negara tersebut.

Jutaan orang telah mengungsi akibat konflik selama bertahun-tahun di Kongo bagian timur. Dengan eskalasi terbaru, Direktur Jenderal Organisasi Internasional Migrasi (IOM), Amy Pope, khawatir situasi yang lebih buruk akan terjadi.

”Kebutuhan kemanusiaan sangat besar. Dengan meningkatnya pertempuran yang mengkhawatirkan saat ini, situasi yang sudah mengerikan dengan cepat menjadi jauh lebih buruk," katanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us