Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pertemuan PBB untuk Kurangi Polusi Plastik Gagal Capai Kesepakatan

Pertemuan kelima Komite Negosiasi antar Pemerintah tentang Polusi Plastik (INC-5) yang dimulai pada 25 November 2024 di Busan, Korea Selatan. (x.com/andersen_inger)

Jakarta, IDN Times - Pertemuan Majelis Lingkungan Hidup PBB gagal mencapai kesepakatan untuk mengakhiri polusi plastik pada 2040. Pertemuan kelima Komite Negosiasi antar Pemerintah tentang Polusi Plastik (INC-5) akan dilanjutkan dalam pembicaraan tahun depan.

Lebih dari 3.300 delegasi, termasuk anggota yang mewakili lebih dari 170 negara dan pengamat dari lebih dari 440 organisasi, telah bertemu di Busan, Korea Selatan (Korsel) sejak 25 November 2024.

Ketua INC, Luis Vayas Valdivieso, mengatakan pertemuan tersebut berakhir tanpa kesepakatan para delegasi, kendati telah terjadi kemajuan signifikan menuju tujuan tersebut.

"Meskipun menggembirakan bahwa sebagian teks telah disetujui, kami juga harus mengakui bahwa beberapa isu kritis masih menghalangi kita mencapai kesepakatan menyeluruh," ujarnya pada Minggu (1/12/2024), dikutip dari Korea Herald.

1. Apa saja faktor penghambat kesepakatan negosiasi?

Selama INC-5, perselisihan antarnegara dilaporkan fokus pada beberapa hal, seperti regulasi terhadap produksi plastik atau polimer plastik, bahan baku utama yang bersumber dari bahan bakar fosil untuk memproduksi produk plastik. Termasuk pula langkah untuk mengatur bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam pembuatan plastik dan mekanisme pendanaan untuk membantu negara-negara berkembang melaksanakan perjanjian tersebut.

Sebagian negara penghasil petrokimia, seperti Arab Saudi, sangat menentang upaya pengurangan produksi plastik dan telah mencoba menggunakan taktik prosedural untuk menunda negosiasi.

Menurut penyedia data Eunomia, China, Amerika Serikat, India, Korsel, Arab Saudi adalah 5 negara penghasil polimer utama teratas pada 2023.

Perselisihan ini, yang muncul sebagai masalah yang belum terselesaikan sejak hari pertama INC-5, akhirnya dapat diselesaikan. Namun, perundingan itu berakhir tanpa kesepakatan. Sebab, kesepakatan hanya dapat dicapai melalui konsensus penuh di antara semua negara peserta.

2. Klaim ada kemajuan pada sesi INC-5

Opsi yang diusulkan oleh Panama, yang didukung oleh lebih dari 100 negara, akan menciptakan jalur bagi target pengurangan produksi plastik global. Sementara, proposal lainnya tidak mencakup pembatasan produksi.

Meski begitu, para pengamat mengatakan lebih banyak momen kemajuan yang disaksikan selama INC-5, dibandingkan dengan INC sebelumnya. Hal ini terlihat di antara negara-negara yang menginginkan perjanjian progresif.

"Perjanjian yang hanya mengandalkan tindakan sukarela tidak akan dapat diterima. Sudah saatnya kami menanggapinya dengan serius dan merundingkan perjanjian yang sesuai dengan tujuannya, bukan yang dibuat untuk gagal," kata Juliet Kabera, Direktur Jenderal Otoritas Manajemen Lingkungan Rwanda.

3. Produksi plastik yang semakin meningkat tiap tahunnya

Ilustrasi sampah plastik. (unsplash.com/John Cameron)

Reuters melaporkan, penundaan kesepakatan tersebut terjadi beberapa hari setelah akhir yang penuh gejolak dari KTT Iklim COP29 di Baku, Azerbaijan.

Di Baku, negara-negara menetapkan target global baru untuk mengerahkan 300 miliar dolar AS (sekitar Rp4.770 triliun) setiap tahunnya dalam pendanaan iklim. Kesepakatan itu dianggap sangat tidak memadai oleh negara-negara kepulauan kecil dan banyak negara berkembang.

Menurut Program Lingkungan PBB, plastik diproduksi dengan kecepatan yang mengejutkan, yakni lebih dari 460 juta metrik ton per tahun dengan lebih dari setengahnya merupakan produk sekali pakai. Produksi plastik diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada 2050. Pihaknya juga menyatakan perempuan dan anak-anak sangat rentan terhadap toksisitasnya.

Sejak 1950-an, produksi plastik secara kumulatif berasal dari bahan kimia berbasis bahan bakar fosil, dan hanya 9 persen sampah plastik yang didaur ulang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rahmah N
EditorRahmah N
Follow Us