Prancis Bubarkan Ekstremis Kanan dan Islam Jelang Pemilu Legislatif

Jakarta, IDN Times - Prancis mengambil langkah tegas dengan membubarkan beberapa kelompok ekstrem kanan dan Islam radikal pada Rabu (26/6/2024). Tindakan ini dilakukan hanya empat hari menjelang putaran pertama pemilihan legislatif yang diperkirakan akan melihat lonjakan dukungan untuk ekstremisme politik.
Pemilihan nasional mendadak yang diusulkan oleh Presiden Emmanuel Macron telah menjerumuskan negara ke dalam perlombaan pemilihan yang terburu-buru. Sementara itu, partai National Rally (RN) pimpinan Marine Le Pen memimpin semua jajak pendapat menjelang pemilihan dua putaran pada 30 Juni dan 7 Juli.
1. Kelompok-kelompok ekstrem kanan yang dibubarkan
Di antara kelompok-kelompok yang dibubarkan, GUD menonjol sebagai organisasi yang dikenal karena kekerasan dan antisemitisme. Kelompok ini memiliki sejarah panjang mendukung tokoh politik sayap kanan, termasuk Marine Le Pen di masa lalu.
Les Remparts, kelompok berbasis di Lyon, juga menjadi target pembubaran. Dilansir dari Associated Press, kelompok ini dituduh menghasut kebencian, diskriminasi, dan kekerasan terhadap orang asing dan non-kulit putih. Beberapa anggotanya diketahui mengenakan jaket bertuliskan "White Division" dan menawarkan pelatihan bela diri.
Pemerintah Prancis juga membubarkan dua kelompok lain, La Traboule dan Top Sport Rhône. Keputusan pembubaran ini didasarkan pada hasil investigasi yang menunjukkan bahwa kelompok-kelompok tersebut menimbulkan risiko kekerasan dan mengancam keamanan nasional.
2. Kelompok Islam radikal turut jadi sasaran
Selain kelompok ekstrem kanan, Prancis juga membubarkan kelompok Islam radikal bernama Jonas Paris. Kelompok ini diklaim mendukung komunitas Muslim Prancis, namun juga dituduh mempromosikan kekerasan, kebencian, dan diskriminasi terhadap non-Muslim, perempuan, dan komunitas LGBTQ+.
Ini bukan pertama kalinya pemerintah Prancis mengambil langkah untuk membubarkan kelompok-kelompok yang dianggap melanggar keamanan dan hak asasi manusia. Namun pengumuman kali ini menjelang pemilihan tampaknya mengirimkan pesan kekhawatiran yang jelas terkait ekstremisme.
Sementara, kelompok aktivis SOS Racisme mengajukan gugatan hukum pada Rabu untuk menghentikan penyebaran video yang mengejek orang-orang keturunan Afrika. Mereka menuntut dakwaan provokasi kebencian rasial terhadap pembuat video yang menyuruh orang Afrika untuk pulang ke negara asal.
3. Kekhawatiran terkait keamanan jelang pemilu
Pembubaran kelompok-kelompok ekstremis ini mencerminkan kekhawatiran serius pemerintah Prancis terkait keamanan menjelang pemilihan legislatif. Menteri Dalam Negeri, Gerald Darmanin, memperingatkan risiko ketegangan yang sangat kuat selama masa pemilihan.
Situasi ini diperumit dengan meningkatnya popularitas partai sayap kanan ekstrem National Rally (RN). Menteri Keuangan, Bruno Le Maire, mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kemenangan RN dapat mengancam stabilitas dan perdamaian sipil.
Sementara itu, pemimpin RN Jordan Bardella berupaya menenangkan kekhawatiran publik dengan menjanjikan sikap tegas terhadap segala bentuk kekerasan politik.
"Jika saya menjadi perdana menteri dalam beberapa hari, saya berniat membubarkan organisasi yang menghasut kekerasan dalam masyarakat kita, baik dari ultrakiri maupun ultrakanan," ujarnya dalam konferensi pers, dilansir dari Newsweek.