Pusat Pantau Ekspor Gandum Ukraina di Istanbul Diresmikan

Jakarta, IDN Times - Pusat koordinasi bersama di Istanbul, Turki, yang digunakan untuk memantau pergerakan ekspor gandum dari Ukraina, akhirnya diresmikan.
Pusat koordinasi ini merupakan bagian dari perjanjian yang disepakati oleh Ukraina, Rusia, Turki dan Perserikatan Bangsa-Bangsa terkait pengiriman gandum dari Ukraina.
Rusia dan Ukraina merupakan pengekspor makanan utama di dunia. Invasi Moskow ke Kiev mengakibatkan blokade di pelabuhan Ukraina dan menyebabkan lusinan kapal pengangkut 20 juta ton biji gandum, terdampar. Hal ini mengakibatkan krisis pangan global yang dirasakan terutama pada negara-negara berkembang.
1. Pusat koordinasi Istanbul akan memantau
Menteri Pertahanan Truki, Hulusi Akar mengatakan, pusat koordinasi dan pemantauan ini akan memberikan kontribusi signifikan untuk mengatasi krisis pangan yang berdampak ke seluruh dunia, terutama untuk menurunkan harga.
“Tugas pusat ini adalah menyediakan transportasi laut yang aman dari gandum dan produk makanan serupa untuk diekspor dari Ukraina,” kata Hulusi, dikutip dari Anadolu, Jumat (29/7/2022).
Hulusi pun mengingatkan, Jika dibiarkan, masalah gandum bisa menyebabkan masalah keamanan karena kelaparan dan migrasi gelap secara global.
2. Ada empat perwakilan di pusat koordinasi Istanbul

Hulusi menekankan tak ada unsur militer di lapangan. Pusat koordinasi ini juga akan memantau agar pelabuhan-pelabuhan di Ukraina tak menjadi sasaran Rusia, maupun sebaliknya.
“Pusat tersebut terdiri dari lima perwakilan asing dari Turki, Rusia, Ukraina, dan PBB. Tidak akan ada unsur militer di lapangan,” tambahnya.
Turki, PBB, Rusia dan Ukraina menandatangani kesepakatan pada Jumat lalu untuk membuka kembali tiga pelabuhan Ukraina - Odesa, Chernomorsk, dan Yuzhny - untuk gandum yang tertahan selama berbulan-bulan karena perang Rusia-Ukraina, yang kini telah memasuki bulan keenam.
3. Target lima juta ton setiap bulannya
Sejumlah pejabat PBB juga memasang target bahwa kapal-kapal Ukraina ini bisa membawa biji-bijian hingga 5 juta metrik ton tiap bulannya.
“Rencana ini awalnya akan aktif selama 120 hari, tapi bisa saja diperpanjang. Fakta bahwa dua pihak ini masih berperang dan mampu merundingkan kesepakatan semacam ini, saya pikir ini belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar pejabat tersebut.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, pejabat Ukraina akan memandu kapal melalui jalur yang aman untuk menuju tiga pelabuhan utama, termasuk pelabuhan Odesa yang juga dibombardir pasukan Moskow.
Kemudian kapal akan keluar dari teritorial Ukraina di Laut Hitam, transit di Selat Bosphorus dan masuk ke pelabuhan Turki untuk diperiksa. Selanjutnya, kapal-kapal tersebut baru berlayar ke tujuan masing-masing.