Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

RSF Serang Kamp Pengungsi Sudan, 100 Orang Lebih Tewas

ilustrasi tentara (unsplash.com/Pawel Janiak)

Jakarta, IDN Times - Pasukan paramiliter Sudan, Rapid Support Forces (RSF), melancarkan serangan di dua kamp pengungsi yang dilanda kelaparan di wilayah Darfur. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan korban tewas mencapai lebih dari 100 orang, termasuk 20 anak-anak dan 9 pekerja bantuan.

Clementine Nkweta-Salami, Koordinator Kemanusiaan dan Perwakilan Tetap PBB di Sudan, mengatakan bahwa RSF dan milisi sekutunya menyerang kamp Zamzam dan Abu Shorouk serta kota el-Fasher, yang merupakan ibu kota provinsi Darfur Utara, pada Jumat dan Sabtu (11-12/4/2025). Para pekerja bantuan yang tewas terbunuh saat sedang menjalankan salah satu dari sedikit pos kesehatan yang masih tersisa di kamp Zamzam.

"Ini merupakan eskalasi mematikan dan tidak dapat diterima dalam serangkaian serangan brutal terhadap pengungsi dan pekerja bantuan di Sudan sejak awal konflik ini hampir 2 tahun lalu. Saya sangat mendesak mereka yang melakukan tindakan seperti itu untuk segera berhenti," kata Nkweta-Salami dalam sebuah pernyataan pada Sabtu, dikutip dari Al Jazeera.

1. Pekerja bantuan yang tewas termasuk dokter dari organisasi Relief International

Pejabat PBB tidak mengungkap identitas pekerja bantuan tersebut, namun Persatuan Dokter Sudan menyatakan bahwa enam tenaga medis dari organisasi Relief International terbunuh saat rumah sakit mereka di Zamzam diserang pada Jumat. Korban termasuk Mahmoud Babaker Idris, dokter di rumah sakit tersebut, dan Adam Babaker Abdallah, kepala organisasi di wilayah itu.

Relief International juga telah mengonfirmasi kematian sembilan pekerjanya, termasuk para dokter dan sopir, dan mengungkapkan bahwa klinik mereka telah diambil alih. Organisasi tersebut merupakan yang terakhir yang menyediakan layanan penting di Kamp Zamzam,

“Ini adalah serangan yang ditargetkan terhadap kelompok yang paling rentan, yaitu orang lanjut usia, perempuan, dan anak-anak,” kata Relief Internartional dalam sebuah pernyataan.

Pihaknya menambahkan bahwa pasar utama di Zamzam dan ratusan rumah sementara di kamp tersebut juga hancur akibat serangan RSF.

2. RSF bantah bertanggung jawab atas serangan tersebut

Dalam pernyataan pada Sabtu, RSF membantah melakukan serangan di Kamp Zamzam. Mereka mengklaim bahwa video yang baru-baru ini beredar, yang menunjukkan warga sipil terbunuh di wilayah tersebut, merupakan rekayasa oleh militer Sudan.

Kelompok tersebut menuduh militer sengaja mengatur kampanye media dengan menggunakan aktor dan adegan yang dibuat-buat sebagai upaya untuk mengkriminalisasi pasukan mereka, dilansir dari DW.

RSF terlibat dalam perebutan kekuasaan dengan militer Sudan sejak April 2023. Kedua pihak dituduh melakukan kejahatan perang dan melanggar hukum kemanusiaan internasional, dengan puluhan ribu orang tewas dan lebih dari 12 juta lainya mengungsi.

Beberapa pekan terakhir, militer Sudan berhasil mencapai kemajuan di ibu kota Khartoum. Hal ini mendorong RSF untuk meningkatkan serangannya di wilayah-wilayah Darfur yang masih belum berada di bawah kendali militer.

3. Zamzam dan Abu Shouk termasuk wilayah yang terdeteksi alami bencana kelaparan

Menurut data PBB, Zamzam dan Abu Shouk menampung lebih dari 700 ribu orang yang mengungsi dari Darfur selama masa-masa konflik di wilayah tersebut. Keduanya termasuk di antara lima daerah di Sudan yang terdeteksi mengalami bencana kelaparan oleh Integrated Food Security Phase Classification (IPC), sebuah kelompok pemantau kelaparan global

Konflik Sudan telah menciptakan krisis kemanusiaan terbesar di dunia. Sekitar 25 juta orang, atau setengah dari populasi negara tersebut, kini menghadapi kelaparan ekstrem. Badan-badan kemanusiaan dan pemimpin setempat telah menyerukan gencatan senjata segera dan akses bagi pekerja bantuan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us