Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rusia Disebut Bayar Taliban untuk Bunuh Tentara AS

Ilustrasi bendera Rusia. (Dmitry Djouce, CC BY 2.0 , via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Badan Intelijen Militer (GRU) membayar pasukan Taliban untuk membunuh tentara AS di Afghanistan.
  • GRU menawarkan hadiah sebesar 200 ribu dolar AS per tentara AS yang dibunuh, dan telah membayar total 30 juta dolar AS selama 20 tahun operasi di Afghanistan.
  • Rusia menggunakan pangkalan militer di Tajikistan untuk melancarkan operasinya di Afghanistan, sementara Tajikistan mendapat bantuan keamanan dari AS namun juga menjadi tempat berlindung agen Rusia dan penyelundupan senjata ke Afganistan.

Jakarta, IDN Times - Badan Intelijen Militer (GRU), pada Kamis (9/1/2024), disebut membayar pasukan Taliban untuk membunuh tentara Amerika Serikat (AS) selama beroperasi di Afghanistan sebelum ditarik pada Agustus 2021. 

Perang AS di Afghanistan berlangsung selama 20 tahun sejak Oktober 2001 sebagai respons atas tragedi 11 September di New York. Pada tahun itu, AS dan negara-negara Barat membom area yang diduga markas teroris dan berniat membangun kembali Afghanistan. 

1. Tawarkan hadiah Rp3,2 miliar untuk bunuh satu tentara AS

Berdasarkan keterangan Insider Investigative, mantan anggota Badan Intelijen Afghanistan (NDS) mengatakan bahwa GRU sudah menawarkan hadiah bagi pasukan Taliban yang mampu membunuh tentara AS di Afghanistan. 

Melansir The Moscow Times, GRU akan membayar sebesar 200 ribu dolar AS (Rp3,2 miliar) per tentara AS yang dibunuh. Sementara bayaran lebih kecil diberikan bagi pasukan Taliban yang berhasil membunuh tentara Afghanistan. 

Selama 20 tahun lamanya, Rusia dilaporkan sudah membayar sebesar 30 juta dolar AS (Rp487,6 miliar) untuk operasinya di Afghanistan. 

Sementara itu, operasi ini digerakkan oleh GRU Unit 29155 yang terlibat dalam berbagai aksi peracunan, pengeboman, dan berbagai upaya perusakan stabilitas tentara AS dan NATO di Afghanistan. 

2. Tajikistan diuntungkan selama operasi militer AS di Afghanistan

Rusia disebut menggunakan pangkalan militer di Tajikistan untuk melancarkan operasinya di Afghanistan. Pangkalan militer Rusia bekas Uni Soviet di Tajikistan menjadi salah satu yang terpenting dan terbesar yang mampu menampung 7 ribu pasukan. 

Di sisi lain, Tajikistan menjadi pihak yang diuntungkan selama berlangsungnya perang AS di Afghanistan. Rezim Dushanbe mendapatkan keuntungan dari pendanaan keamanan perbatasan dan pengiriman peralatan tempur AS ke Afghanistan, dikutip The Diplomat.

Sejak 1992, AS sudah memberikan sebesar 330 juta dolar AS (Rp5,3 triliun) untuk membantu keamanan di Tajikistan. Pada November 2021, bantuan keamanan AS ke Tajikistan mencapai 11,4 juta dolar AS (Rp185,2 miliar) dan menjadi pemberi bantuan terbesar bagi negara Asia Tengah itu.

Pada saat yang sama, Tajikistan menjadi tempat berlindung agen Rusia dan penyelundupan senjata ke Afganistan. Sementara, Rusia mengirimkan uang ke Afghanistan menggunakan sistem hawala. 

3. Rusia minta Barat angkat sanksi ke Afghanistan

Pada Oktober 2024, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyerukan kepada negara-negara Barat untuk mengangkat sanksi kepada Taliban. Ia pun meminta Barat ikut bertanggung jawab dalam upaya rekonstruksi ulang di Afghanistan. 

"Kami mendesak negara-negara Barat untuk mengakui perbuatannya usai berakhirnya konflik di Afghanistan dan membantu dalam proses rekonstruksi ulang, termasuk mengangkat sanksi dan mengembalikan aset-aset ke Kabul," tuturnya. 

Taliban sudah masuk dalam sanksi Barat selama lebih dari 2 dekade. Langkah ini berfungsi membatasi akses finansial kepada organisasi teroris, termasuk Al-Qaeda dan lainnya yang selama ini beroperasi di Afghanistan. 

Sementara itu, Duta Besar Rusia di Afghanistan Zamir Kabulov mengungkapkan harapannya agar Taliban dikeluarkan dari daftar organisasi teroris di Rusia dalam waktu dekat. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us