Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rusia Rekrut Tentara dari Wilayah Dudukan di Ukraina

Tentara Rusia. (facebook.com/mod.mil.rus)

Jakarta, IDN Times - Rusia, pada Rabu (20/11/2024), mulai merekrut warga laki-laki di wilayah dudukannya di Ukraina untuk bergabung dalam militer. Langkah ini diduga untuk meningkatkan jumlah tentara di tengah kekurangan personel. 

Pada awal Oktober, Rusia sudah mengumumkan rencana menerjunkan 20 ribu terdakwa kasus kriminal ke Ukraina. Moskow mengalihkan perhatian kepada terdakwa kasus kriminal karena hanya sedikit narapidana bersedia bergabung dalam militer. 

1. Rekrut tentara dari Kherson dan Zaphorizhzhia

Tentara Rusia. (facebook.com/mod.mil.rus)

Warga laki-laki Ukraina yang direkrut Rusia mayoritas berasal dari Kherson dan Zaporizhzhia. Berdasarkan informasi dari IStories, mereka sudah menjalani masa pengenalan di Krimea pekan lalu dan rencananya akan diterjunkan di Donetsk.

Kementerian Luar Negeri Ukraina mengecam Rusia yang mengadakan kampanye mobilisasi militer di wilayahnya. Pihaknya mendesak warga agar mengenali asal usulnya dan tidak tertipu oleh rayuan Kremlin. 

"Kami menyerukan kepada seluruh warga Ukraina di area dudukan agar menghindari mobilisasi dengan segala cara. Kesempatan pertama mereka untuk pergi adalah meninggalkan unitnya dan kembali ke teritori Ukraina atau pergi ke negara ketiga," terangnya, dilansir Politico

Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa rekrutmen tentara dari Ukraina ini disebabkan tingginya korban tewas dan terluka di tubuh militer Rusia. Selama 1.000 hari perang di Ukraina, ia menyebut sudah lebih dari 600 ribu tentara Rusia yang tewas dan terluka. 

2. HRW sebut rekrutmen warga Ukraina sebagai kejahatan perang

Human Rights Watch (HRW) sudah melaporkan rekrutmen warga sipil yang ditawan oleh Rusia ke dalam militer pada Desember 2023. Pihaknya menyebut praktik semacam ini sebagai kejahatan perang. 

"Rusia secara terbuka dan tidak berlandaskan hukum memaksa warga laki-laki di area okupansi Rusia di Ukraina untuk berperang melawan negaranya sendiri. Praktik yang tidak terlihat adalah menekan warga sipil Ukraina dalam tahanan untuk bergabung ke dalam militer Rusia," tutur Kepala HRW di Eropa dan Asia Tengah Hugh Williamson, dilansir dari Newsweek.

Pakar perang dari Royal United Services Institute (RUSI), Nick Reynolds, mengungkapkan propaganda Rusia di dalam negeri mampu meningkatkan jumlah konskripsi. Ia pun menyebut rekrutmen dari Ukraina ini sebagai langkah untuk memperkuat tentaranya bersama penerjunan tentara Korea Utara (Korut). 

"Keterlibatan tentara Korut dalam perang akan mengurangi masalah kekurangan sumber daya manusia dalam militer Rusia. Langkah ini akan memberikan waktu bagi Rusia untuk melatih tentara dan rotasi unit serta menyulitkan Ukraina," ungkapnya. 

3. Ukraina sebut anak-anaknya dijadikan generasi baru tentara Rusia

Komisaris Hak Asasi Manusia (HAM) Ukraina, Dmytro Lubinets, mengatakan sudah ada 19.500 anak-anak Ukraina yang dideportasi paksa oleh Rusia. Ia menyebut identitas anak-anak tersebut diubah dan dipaksa mengikuti pendidikan militer. 

"Rusia tidak pernah memberikan kami informasi mengenai anak-anak Ukraina. Saya mencoba menghubungi organisasi internasional untuk melacak informasi tentang anak-anak tersebut, tapi tidak menghasilkan apa-apa," tuturnya, dikutip Euronews

Ia menambahkan, anak-anak tersebut sudah dideportasi dan dicuci otaknya untuk menghilangkan segala hubungan dengan negara asalnya. 

"Semua paspor, sertifikat kelahiran, dan segala informasi sudah diubah ke Rusia. Kami melihat secara detaul kebijakan Rusia terhadap Ukraina. Saya percaya bahwa tujuan utama Moskow adalah untuk menciptakan generasi baru tentara Rusia," sambungnya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Brahm
EditorBrahm
Follow Us